Sebagaimana diketahui, dua peristiwa tersebut terjadi di Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan. Peristiwa penyerangan penambang di Kali I Distrik Seradala yang menewaskan 13 orang, dan penganiayaan secara keji terhadap dua perempuan yang menyebabkan korban meninggal dunia.
Sejumlah perangkat OPD termasuk bupati sendiri telah mendatangi Distrik Amuma untuk memastikan informasi yang menyebut jika terjadi bencana kelaparan hingga menyebabkan kematian. Namun dari pantauan langsung diketahui informasi tersebut tidak terjadi.
"Dengan penuh rasa syukur kami Polres Yahukimo senang bisa membantu masyarakat di Kompleks Anggruk, dan dengan bantuan pembuatan Sumur Bor ini semoga dapat bermanfaat untuk masyarakat di Kompleks Anggruk" Ucap Kapolres.
Iapun menyinggung terkait beberapa waktu lalu di Kabupaten Yahukimo terjadi pembantaian warga pendulang emas oleh KKB. Korban yang telah ditemukan meninggal dunia sebanyak 13 orang sedangkan korban yang berhasil selamat mencapai 95 orang.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Pegunungan, dr Ronny J.A.Situmorang, M.Kes menyampaikan, peristiwa penyerangan terhadap Nakes tidak memudarkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang ada di daerah tersebut. Sebab, masyarakat membutuhkan pelayanan kesehatan.
“Kalau untuk ke sana nanti lihat,” singkatnya sambil tersenyum dengan ekspresi yang masih terlihat trauma. Apa yang dirasa Adrianus tentu sangat manusiawi sebab tak ada pekerjaan seharga nyawa. Meski ia dan rekan – rekannya melakukan tugas kemanusiaan namun jaminan keamanan harus melekat. Bukan pulang justru tinggal nama.
Dalam keterangan persnya saat kunjungan kerja di Cibitung, Bekasi, pada Rabu (1/11) kemarin, Wapres Ma’ruf mengatakan bahwa kasus kematian di Yahukimo tersebut bukan disebabkan oleh kelaparan, melainkan karena kekurangan pangan.
Aparat keamanan juga telah menyatakan untuk warga tidak melakukan aktifitas di lokasi yang tidak terjangkau oleh aparat. Namun terkait aksi kekerasan bersenjata yang menewaskan 13 masyarakat sipil akhirnya ditanggapi oleh DPR Papua. DPR belakangan ini memang tak banyak berkomentar terkait kasus HAM.
“Saya prihatin terjadinya krisis kemanusiaan di Kabupaten Yahukimo. Padahal, tak seorang pun memiliki hak mencabut nyawa manusia. Kita harus hidup saling mengasihi satu sama yang lain tanpa menghilangkan nyawa orang yang merupakan sebagai karya ciptaan Tuhan yang sangat mulia,” ucap Theo kepada Cenderawasih Pos, Minggu (28/10).