Sunday, April 28, 2024
27.7 C
Jayapura

Menjadi Preseden Buruk  di Dunia Kesehatan

JAYAPURA – Pasien gizi buruk yang dievakuasi dari Distrik Nalca Kabupaten Yahukimo akhirnya mendapatkan penanganan medis yang lebih memadahi di RSUD Dok II Jayapura. Banyak pihak yang menyayangkan temuan ini karena dengan sendirinya menggambarkan bahwa masih ada masyarakat ditingkat akar rumput yang angka kecukupan gizinya masih jauh dari standart.

Apalagi kedua orang  tua pasien nampaknya sudah pasrah   dengan keadaan bayinya sehingga lebih memilih membawa sang anak pulang ke kampung. Dari situasi ytak mengenakkan itu ia memilih membawa pulang sang anak yang selama ini tinggal di Kabupaten Jayapura menuju keluarganya di Distrik Nalca, Yahukimo.

“Saya sudah cek pasiennya dan ada di ruangan. Kami juga sudah mengkomunikasikan dengan tim dokter untuk ditangani lebih serius. Disini ada beberapa bahan-bahan yang bisa digunakan peningkatan status gizinya. Untuk memacu gizinya,” jelas  Direktur RSUD Dok II Jayapura, dr Anton Mote saat ditemui di gedung DPR Papua, Jumat (12/5).

Baca Juga :  Libur dan Cuti Lebaran, Pelayanan RSUD Jayapura Tetap Dimaksimalkan

Ia menyampaikan bahwa jika melihat dari kondisi pasien diakui agak kronis  sehingga perlu penanganan medis yang lebih kompleks. “Kami berharap kondisi bayi minimal bisa lebih stabil dan jika sudah stabil barulah dilakukan rawat jalan dan diberi pendampingan khusus. Yang   terpenting saat ini adalah kecukupan gizinya jadi dengan sendiri ia bisa lebih kuat untuk dilakukan treatment berikutnya,” bebernya.

Mote mengaku bahwa temuan pasien  gizi buruk termasuk langka dan harusnya ada intervensi yang dilakukan petugas medis di daerah baik dari dinas maupun Puskesmas hingga petugas medis di kampung. Jangan sudah parah  dengan status yang cukup berat barulah ditangani. “Saya pikir pada tingkatan itu juga perlu dilakukan evaluasi,”imbuhnya.

Ditambahkan Sekretaris Komisi V DPR Papua yang membidangi kesehatan, Hengki Bayage bahwa pihaknya meminta pemerintah menseriusi kasus ini dan jangan sampai terjadi di daerah lain juga.

“Tentu kami sayangkan sebab ini menunjukkan bahwa penanganan kesehatan ditingkat bawah belum sepenuhnya menjangkau kepada kelompok – kelompok masyatakat paling bawa. Nanti sudah terkuak barulah semua sibuk memberikan pelayanan,” sindirnya. Namun Hengki menyampaikan bahwa pasien bukan asli Yahukimo melainkan dari Pegunungan Bintang. “Tidak ada temuan gizi buruk di Yahukimo dan kami sudah cek semua. Ini di luar Yahukimo,” imbuhnya.

Baca Juga :  Pj Gubernur: Operasi di Rumah Sakit Tak Boleh Berhenti

Ditambahkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Yahukimo, Lesman Tabuni bahwa menurut keterangan dokter, HB pasien rendah, hanya 2,2 sehingga perlu dilakukan transfusi darah. Lalu pasien memiliki selera mana yang masih rendah akibatnya fisik pasien juga lemah akibat taka da asupan gizi dalam tubuh.

  Selain itu pasien juga perlu dilakukan pemeriksaan darah lengkap agar jangan sampai ada infeksi paru – paru, hati atau malaria karena bisa menimbulkan anemia akibat kurang darah. “Update hari ini sang anak sudah mendapat cairan lewat infus makan dan minum juga baik serta sudah istirahat namun masih dilakukan pemantauan di ruang perawatan anak,” imbuh Lesman. (ade/oel/wen)

JAYAPURA – Pasien gizi buruk yang dievakuasi dari Distrik Nalca Kabupaten Yahukimo akhirnya mendapatkan penanganan medis yang lebih memadahi di RSUD Dok II Jayapura. Banyak pihak yang menyayangkan temuan ini karena dengan sendirinya menggambarkan bahwa masih ada masyarakat ditingkat akar rumput yang angka kecukupan gizinya masih jauh dari standart.

Apalagi kedua orang  tua pasien nampaknya sudah pasrah   dengan keadaan bayinya sehingga lebih memilih membawa sang anak pulang ke kampung. Dari situasi ytak mengenakkan itu ia memilih membawa pulang sang anak yang selama ini tinggal di Kabupaten Jayapura menuju keluarganya di Distrik Nalca, Yahukimo.

“Saya sudah cek pasiennya dan ada di ruangan. Kami juga sudah mengkomunikasikan dengan tim dokter untuk ditangani lebih serius. Disini ada beberapa bahan-bahan yang bisa digunakan peningkatan status gizinya. Untuk memacu gizinya,” jelas  Direktur RSUD Dok II Jayapura, dr Anton Mote saat ditemui di gedung DPR Papua, Jumat (12/5).

Baca Juga :  Orang Tua Minta Jangan Sampai Anak Mereka di DO atau Dipulangkan

Ia menyampaikan bahwa jika melihat dari kondisi pasien diakui agak kronis  sehingga perlu penanganan medis yang lebih kompleks. “Kami berharap kondisi bayi minimal bisa lebih stabil dan jika sudah stabil barulah dilakukan rawat jalan dan diberi pendampingan khusus. Yang   terpenting saat ini adalah kecukupan gizinya jadi dengan sendiri ia bisa lebih kuat untuk dilakukan treatment berikutnya,” bebernya.

Mote mengaku bahwa temuan pasien  gizi buruk termasuk langka dan harusnya ada intervensi yang dilakukan petugas medis di daerah baik dari dinas maupun Puskesmas hingga petugas medis di kampung. Jangan sudah parah  dengan status yang cukup berat barulah ditangani. “Saya pikir pada tingkatan itu juga perlu dilakukan evaluasi,”imbuhnya.

Ditambahkan Sekretaris Komisi V DPR Papua yang membidangi kesehatan, Hengki Bayage bahwa pihaknya meminta pemerintah menseriusi kasus ini dan jangan sampai terjadi di daerah lain juga.

“Tentu kami sayangkan sebab ini menunjukkan bahwa penanganan kesehatan ditingkat bawah belum sepenuhnya menjangkau kepada kelompok – kelompok masyatakat paling bawa. Nanti sudah terkuak barulah semua sibuk memberikan pelayanan,” sindirnya. Namun Hengki menyampaikan bahwa pasien bukan asli Yahukimo melainkan dari Pegunungan Bintang. “Tidak ada temuan gizi buruk di Yahukimo dan kami sudah cek semua. Ini di luar Yahukimo,” imbuhnya.

Baca Juga :  Polisi Sebut Ada Bentuk Penjarahan

Ditambahkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Yahukimo, Lesman Tabuni bahwa menurut keterangan dokter, HB pasien rendah, hanya 2,2 sehingga perlu dilakukan transfusi darah. Lalu pasien memiliki selera mana yang masih rendah akibatnya fisik pasien juga lemah akibat taka da asupan gizi dalam tubuh.

  Selain itu pasien juga perlu dilakukan pemeriksaan darah lengkap agar jangan sampai ada infeksi paru – paru, hati atau malaria karena bisa menimbulkan anemia akibat kurang darah. “Update hari ini sang anak sudah mendapat cairan lewat infus makan dan minum juga baik serta sudah istirahat namun masih dilakukan pemantauan di ruang perawatan anak,” imbuh Lesman. (ade/oel/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya