Sunday, April 28, 2024
30.7 C
Jayapura

Tak Ada Gizi Buruk di Yahukimo

JAYAPURA – Dalam beberapa hari ini tersiar kabar, ada anak balita berusia 1,5 tahun  bernama Demesto Salla mengalami gizi buruk. Foto anak tersebut beredar di berbagai platform media sosial.  bocah tersebut kini tengah ditangani di Klinik Siloam, Dekai, Kabupaten Yahukimo.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Yahukimo, Lesman Tabuni didampingi Kabid Pelayanan Kesehatan Kabupaten Yahukimo, Markus Bahabol menjelaskan bahwa pasien bukan berasal dari Yahukimo karena setelah ditelusuri riwayat keluarganya, orang tua pasien merupakan warga Pegunungan Bintang dan berada di Nalca baru 4 hari karena urusan keluarga.

“Dari kartu keluarga ia merupakan warga Pegunungan Bintang dan pasien sudah sakit 1 bulan berada di Sentani. Pasien ini sudah 1 minggu tidak makan, seharusnya ini langsung ditangani medis tapi orang tuanya justru membawa ke Nalca dan berita ini dianggap pasien dari Yahukimo padahal baru datang ke Nalca,” beber Lesman di Jayapura, Rabu (10/5).

Meski demikian kata Lesman pihak Pemkab Yahukimo akan tetap melakukan penanganan awal dan hari ini, Kamis (11/5) pasien akan kami jemput dari Nalca untuk dibawa ke Wamena yang memiliki dokter anak.

Baca Juga :  Yahukimo Perlu Dibangun dengan Penyatuan Hati

Lesman kembali menelusuri riwayat keluarga dimana sang ayah pasien adalah Norten Sella memiliki empat anak dimana anak pertama lahir tahun 2013, lalu anak kedua tahun 2015, anak ketiga tahun 2018 dan pasien Demesto Salla sendiri lahir di Batom, Pegunungan Bintang pada 17 Desember tahun 2021. Ini kata Lesman yang paham soal gizi akan rentan soal kecukupan gizi.

“Saya bisa katakan anak ini mengalami kondisi Kwasiorkor yang tulangnya kelihatan dan bagian dagingnya tidak terlihat tapi bukan Marasmus yang juga gizi buruk dengan model mirip busung lapar,”  bebernya.

Lesman sendiri akhirnya mendapat jawaban langsung dari orang tua pasien alasan mengapa dibawa ke Nalca. Ini karena kedua orang tuanya sudah pasrah dengan kondisi sang anak dan khawatir jika sang anak meninggal di Sentani yang artinya ia harus mencari uang lebih untuk biaya pemakaman.

“Jadi itu salah satu alasan kenapa pasien ini ada di Nalca. Orang tuanya nampaknya khawatir jika anaknya meninggal akan ada biaya pemakaman,” bebernya diiyakan Kabid Pelayanan Kesehatan.

Baca Juga :  Dua KKB Yahukimo Dibawa ke Jayapura

“Tapi bagaimanapun juga sesuai perintah bupati, pasien ini akan kami lakukan penanganan awal dulu. Membawa keluar dari Nalca untuk ditangani di Wamena dan jika dilakukan penanganan segera maka paling tidak dalam 2 minggu kondisi pasien akan lebih baik yang diawali dengan naiknya berat badan. Kami turut prihatin sebab anak ini informasinya sudah tidak makan selama 1 minggu,” tambahnya.

Lesman sendiri menyebut bahwa pennyebab gizi buruk biasanya dikarenakan kecukupan gizi dalam keluarga yang tidak terpenuhi. Itu ditambah dengan pemahaman orang tua soal kebutuhan gizi termasuk factor ekonomi keluarga.

“Sekalipun orang tuanya guru tapi jarak kelahiran juga sangat dekat, ini kurang bagus karena pasti terjadi persoalan gizi dan belum lagi jika orang tuanya tidak terlalu paham soal kesehatan anak,” bebernya.

Lalu dengan berat badan pasien yang hanya 7 Kg, Lesman mengaku ini diluar berat normal yang seharusnya sudah di atas 10 Kg. “Tapi kami upayakan dulu, tadi kami sudah menghubungi orang lewat radio SSB untuk memastikan posisi pasien di Nalca agar penanganannya bisa segera,” tutup Lesman. (ade/oel/fia/wen)

JAYAPURA – Dalam beberapa hari ini tersiar kabar, ada anak balita berusia 1,5 tahun  bernama Demesto Salla mengalami gizi buruk. Foto anak tersebut beredar di berbagai platform media sosial.  bocah tersebut kini tengah ditangani di Klinik Siloam, Dekai, Kabupaten Yahukimo.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Yahukimo, Lesman Tabuni didampingi Kabid Pelayanan Kesehatan Kabupaten Yahukimo, Markus Bahabol menjelaskan bahwa pasien bukan berasal dari Yahukimo karena setelah ditelusuri riwayat keluarganya, orang tua pasien merupakan warga Pegunungan Bintang dan berada di Nalca baru 4 hari karena urusan keluarga.

“Dari kartu keluarga ia merupakan warga Pegunungan Bintang dan pasien sudah sakit 1 bulan berada di Sentani. Pasien ini sudah 1 minggu tidak makan, seharusnya ini langsung ditangani medis tapi orang tuanya justru membawa ke Nalca dan berita ini dianggap pasien dari Yahukimo padahal baru datang ke Nalca,” beber Lesman di Jayapura, Rabu (10/5).

Meski demikian kata Lesman pihak Pemkab Yahukimo akan tetap melakukan penanganan awal dan hari ini, Kamis (11/5) pasien akan kami jemput dari Nalca untuk dibawa ke Wamena yang memiliki dokter anak.

Baca Juga :  Yahukimo Perlu Dibangun dengan Penyatuan Hati

Lesman kembali menelusuri riwayat keluarga dimana sang ayah pasien adalah Norten Sella memiliki empat anak dimana anak pertama lahir tahun 2013, lalu anak kedua tahun 2015, anak ketiga tahun 2018 dan pasien Demesto Salla sendiri lahir di Batom, Pegunungan Bintang pada 17 Desember tahun 2021. Ini kata Lesman yang paham soal gizi akan rentan soal kecukupan gizi.

“Saya bisa katakan anak ini mengalami kondisi Kwasiorkor yang tulangnya kelihatan dan bagian dagingnya tidak terlihat tapi bukan Marasmus yang juga gizi buruk dengan model mirip busung lapar,”  bebernya.

Lesman sendiri akhirnya mendapat jawaban langsung dari orang tua pasien alasan mengapa dibawa ke Nalca. Ini karena kedua orang tuanya sudah pasrah dengan kondisi sang anak dan khawatir jika sang anak meninggal di Sentani yang artinya ia harus mencari uang lebih untuk biaya pemakaman.

“Jadi itu salah satu alasan kenapa pasien ini ada di Nalca. Orang tuanya nampaknya khawatir jika anaknya meninggal akan ada biaya pemakaman,” bebernya diiyakan Kabid Pelayanan Kesehatan.

Baca Juga :  LMA Minta Jangan Pilih Caleg yang Tak Pro Lingkungan

“Tapi bagaimanapun juga sesuai perintah bupati, pasien ini akan kami lakukan penanganan awal dulu. Membawa keluar dari Nalca untuk ditangani di Wamena dan jika dilakukan penanganan segera maka paling tidak dalam 2 minggu kondisi pasien akan lebih baik yang diawali dengan naiknya berat badan. Kami turut prihatin sebab anak ini informasinya sudah tidak makan selama 1 minggu,” tambahnya.

Lesman sendiri menyebut bahwa pennyebab gizi buruk biasanya dikarenakan kecukupan gizi dalam keluarga yang tidak terpenuhi. Itu ditambah dengan pemahaman orang tua soal kebutuhan gizi termasuk factor ekonomi keluarga.

“Sekalipun orang tuanya guru tapi jarak kelahiran juga sangat dekat, ini kurang bagus karena pasti terjadi persoalan gizi dan belum lagi jika orang tuanya tidak terlalu paham soal kesehatan anak,” bebernya.

Lalu dengan berat badan pasien yang hanya 7 Kg, Lesman mengaku ini diluar berat normal yang seharusnya sudah di atas 10 Kg. “Tapi kami upayakan dulu, tadi kami sudah menghubungi orang lewat radio SSB untuk memastikan posisi pasien di Nalca agar penanganannya bisa segera,” tutup Lesman. (ade/oel/fia/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya