Tuesday, April 15, 2025
25.7 C
Jayapura

Waspada, Ada Belasan Ribu Penyakit Menular di Papua

JAYAPURA – Masyarakat di Kota Jayapura termasuk di delapan kabupaten nampaknya perlu ekstra memproteksi diri dari penyebaran penyakit menular. Tercatat untuk penyakit menular jenis TBC di Papua tercatat sebanyak 11.645 kasus. Jika ini tak disikapi dengan menjaga kesehatan maka jumlah tersebut dipastikan akan terus melejit.

Untuk penanganannya sendiri masih intens dilakukan dimana TBC sejatinya bisa sembuh jika dilakukan pengobatan secara teratur selama 6 bulan. Dirincikan bahwa jumlah penemuan kasus TBC tahun 2024 sebanyak 6.444 kasus atau 55 persen dan yang memulai pengobatan sebanyak 5.391 pasien. 

Hal itu disampaikan Plt Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr. Arry Pongtiku, pada peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia yang diperingati pada 24 Maret, di halaman Kantor Dinkes Papua, Jumat (11/4).

Mirisnya penyakit ini tak hanya diidap orang dewasa melainkan juga anak-anak. Untuk angka anak yang mengidap TBC  saat ini adalah 2.247, capaian TBC anak yang diobati Tahun 2024 sebanyak 951 kasus  atau 42%.  Hanya saja capaian penemuan kasus TBC dan TBC anak saat ini masih terbilang masih rendah dari target nasional yaitu 90 persen.

Baca Juga :  Kejari Tangani 800 Kasus Narkoba, 300 Diantaranya Kasus Ganja

“Melalui peringatan Hari TB Sedunia, bagaimana kita menemukan kasus sebanyak banyaknya untuk kita obati hingga sembuh,” ucap dr Arry kepada wartawan.

Terkait dengan penanganan kasus TB, dr Arry mengaku jika Kementrian Kesehatan memberikan target kepada Dinkes Papua penanganannya harus mencapai 70 persen dari target nasional selama lima tahun. Namun sampai saat ini baru mencapai 40 persen.

“Harusnya lebih banyak lagi agar bisa memutuskan rantai penularan dan mengakhiri TB di Papua. Jika target 70 persen terpenuhi selama lima tahun, maka kasus TB akan menurun seiring dengan pengobatan yang dilakukan hingga sembuh,” terangnya.

Kata dr Arry, alasan penangannya baru mencapai 40 persen lantaran pernah diperhadapkan dengan kasus Covid-19. Namun saat ini pihaknya menggencarkan penanganan agar pasien bisa sembuh. Ia juga mengingatkan bahwa TBC di Papua banyak beririsan dengan kasus HIV. Sekitar 30 persen penderita TBC juga mengidap HIV, karena daya tahan tubuh yang lemah.

“Kalau kita temukan banyak kasus, itu bukan hal negatif. Justru menunjukkan sistem kesehatan kita sudah lebih mampu mendeteksi dan menangani,” katanya. Sementara itu, Pj Gubernur Papua, Ramses Limbong menekankan pentingnya pencegahan dan deteksi dini tuberkulosis (TBC) dalam upaya menekan penyebaran penyakit tersebut.

Baca Juga :  Kinerja BPR Modern Express Membaik

Menurutnya, Indonesia menempati posisi kedua di dunia dalam jumlah kasus TBC, dan Papua menyumbang lebih dari 11.000 kasus. Kondisi ini mendorong pemerintah daerah untuk memperkuat pendekatan preventif, terutama melalui edukasi tentang pola hidup bersih dan sehat.

“Contohnya masih banyak orang tidur di lantai, ditambah kebiasaan merokok dan pola hidup tidak sehat. Jadi masyarakat perlu paham arti penting menjaga kesehatan, karena bakteri TBC ini cenderung berkembang di tempat lembab,” ujar Ramses.

Ia menambahkan, pengobatan TBC memerlukan waktu panjang, minimal enam bulan, dan bersifat menular. Karena itu, setelah pasien terdeteksi mengidap TBC, harus ada tindakan cepat agar tidak menular ke orang lain.

“Peran pemerintah adalah mencegah dan bertindak. Ini dilakukan hingga ke tingkat distrik. Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) untuk deteksi awal TBC,” pungkasnya. (fia/ade)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

JAYAPURA – Masyarakat di Kota Jayapura termasuk di delapan kabupaten nampaknya perlu ekstra memproteksi diri dari penyebaran penyakit menular. Tercatat untuk penyakit menular jenis TBC di Papua tercatat sebanyak 11.645 kasus. Jika ini tak disikapi dengan menjaga kesehatan maka jumlah tersebut dipastikan akan terus melejit.

Untuk penanganannya sendiri masih intens dilakukan dimana TBC sejatinya bisa sembuh jika dilakukan pengobatan secara teratur selama 6 bulan. Dirincikan bahwa jumlah penemuan kasus TBC tahun 2024 sebanyak 6.444 kasus atau 55 persen dan yang memulai pengobatan sebanyak 5.391 pasien. 

Hal itu disampaikan Plt Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr. Arry Pongtiku, pada peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia yang diperingati pada 24 Maret, di halaman Kantor Dinkes Papua, Jumat (11/4).

Mirisnya penyakit ini tak hanya diidap orang dewasa melainkan juga anak-anak. Untuk angka anak yang mengidap TBC  saat ini adalah 2.247, capaian TBC anak yang diobati Tahun 2024 sebanyak 951 kasus  atau 42%.  Hanya saja capaian penemuan kasus TBC dan TBC anak saat ini masih terbilang masih rendah dari target nasional yaitu 90 persen.

Baca Juga :  Mahasiswa Minta Tutup Freeport dan Cabut Izin Blok Wabu

“Melalui peringatan Hari TB Sedunia, bagaimana kita menemukan kasus sebanyak banyaknya untuk kita obati hingga sembuh,” ucap dr Arry kepada wartawan.

Terkait dengan penanganan kasus TB, dr Arry mengaku jika Kementrian Kesehatan memberikan target kepada Dinkes Papua penanganannya harus mencapai 70 persen dari target nasional selama lima tahun. Namun sampai saat ini baru mencapai 40 persen.

“Harusnya lebih banyak lagi agar bisa memutuskan rantai penularan dan mengakhiri TB di Papua. Jika target 70 persen terpenuhi selama lima tahun, maka kasus TB akan menurun seiring dengan pengobatan yang dilakukan hingga sembuh,” terangnya.

Kata dr Arry, alasan penangannya baru mencapai 40 persen lantaran pernah diperhadapkan dengan kasus Covid-19. Namun saat ini pihaknya menggencarkan penanganan agar pasien bisa sembuh. Ia juga mengingatkan bahwa TBC di Papua banyak beririsan dengan kasus HIV. Sekitar 30 persen penderita TBC juga mengidap HIV, karena daya tahan tubuh yang lemah.

“Kalau kita temukan banyak kasus, itu bukan hal negatif. Justru menunjukkan sistem kesehatan kita sudah lebih mampu mendeteksi dan menangani,” katanya. Sementara itu, Pj Gubernur Papua, Ramses Limbong menekankan pentingnya pencegahan dan deteksi dini tuberkulosis (TBC) dalam upaya menekan penyebaran penyakit tersebut.

Baca Juga :  Feri Pahabol Resmi Gabung Persik Kediri

Menurutnya, Indonesia menempati posisi kedua di dunia dalam jumlah kasus TBC, dan Papua menyumbang lebih dari 11.000 kasus. Kondisi ini mendorong pemerintah daerah untuk memperkuat pendekatan preventif, terutama melalui edukasi tentang pola hidup bersih dan sehat.

“Contohnya masih banyak orang tidur di lantai, ditambah kebiasaan merokok dan pola hidup tidak sehat. Jadi masyarakat perlu paham arti penting menjaga kesehatan, karena bakteri TBC ini cenderung berkembang di tempat lembab,” ujar Ramses.

Ia menambahkan, pengobatan TBC memerlukan waktu panjang, minimal enam bulan, dan bersifat menular. Karena itu, setelah pasien terdeteksi mengidap TBC, harus ada tindakan cepat agar tidak menular ke orang lain.

“Peran pemerintah adalah mencegah dan bertindak. Ini dilakukan hingga ke tingkat distrik. Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) untuk deteksi awal TBC,” pungkasnya. (fia/ade)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya