Kemudian, khusus Guru Penggerak ini sangat membantu ketika mengimplementasikan kurikulum merdeka. Ketika memberikan penguatan-penguatan kepada teman sejawatnya. Maka peran guru penggerak itu di sekolahnya paling tidak itu sangat membantu di dalam memberikan penguatan-penguatan dan implementasi kurikulum merdeka.
“Sesuai dengan program pemerintah bahwa guru penggerak kemudian akan disiapkan untuk menjadi kepala sekolah. Saya melihat itu baik dan mungkin perlu dilihat lagi tingkat kompetensinya yang lain,” ungkapnya.
Selain dari sertifikat guru penggerak, dia berharap bahwa seseorang sebagai calon kepala sekolah dia memiliki kompetensi lain seperti kepribadiannya, visionalismenya dan juga sosialnya.
“Saya berharap itu kemudian akan berdampak kepada peningkatan pendidikan di Kota Jayapura,” bebernya.
Sejauh ini, sudah banyak sekolah yang melakukan pengimbasan kepada sekolah lain. Cara pengimbasannya melalui MGMP, melalui MKKS bisa juga dengan mengundang sekolah-sekolah terdekat. Beberapa sekolah di Kota Jayapura sudah lakukannya.
Dia melihat ketika pihaknya melaksanakan kegiatan kegiatan tingkat provinsi, di kabupaten lain pun juga melakukan hal yang sama. Minimal mereka mengimbaskan praktek baik yang mereka sudah lakukan di sekolahnya.
Lalu apa saja kesulitan di sekolah penggerak? Menurut Purnama Sinaga, guru penggerak dan sekolah penggerak itu mengimplementasikan kurikulum merdeka. Yang paling sulit itu adalah ketika dia harus belajar secara mandiri, lalu kemudian dia bisa mentransfer ilmunya kepada orang lain. Dia bisa menerapkan apa yang dia bisa pahami, apa yang dia pelajari. Karena model pembelajaran saat ini bukan seperti dulu, dengan tatap muka secara daring.