Guru Rosalia ketika itu mengalami luka tusuk di pinggang, luka robek di leher dan juga luka patah tangan terbuka. Pastor Jhon Jonga juga bersedih mengingat sebuah perjuangan tidak harus dilakukan dengan merugikan orang lain apalagi sampai membunuh. Berjuang namun dengan cara membunuh, kata Pastor ini gagalnya sebuah perjuangan karena tak ada satupun manusia yang ingin dibunuh apalagi dengan cara seperti itu.
“Ini bentuk kegagalan, apalagi dengan korban adalah tenaga pendidik. Mereka dipanggil untuk mendidik anak-anak Papua khususnya yang ada di pedalaman. Menjadi orang khusus sebab tentu tidak semuanya mau. Ini menjadi kerugian besar dan menjadi persoalan hingga saat ini.
“Ingat namanya pendidikan itu akan merubah sebuah peradaban menjadi lebih baik dan yang melakukan itu adalah para guru-guru di pedalaman. Banyak yang menelepon saya dan memberi ungkapan menyesal serta prihatin. Saya sampaikan bagaimanapun juga kalau mau berjuang silahkan saja tapi jangan melukai,” beber pastor.
Lalu soal statemen soal masyarakat sipil dengan masyarakat Papua tidak boleh datang untuk mendidik dan melayani ini juga disesalkan mengingat kondisi akan semakin buruk dimana banyak masyarakat kampung yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan juga anak-anak tidak mendapat layanan pendidikan.
“Ini cara yang tidak bagus jika berjuang untuk merdeka kemudian membunuh. Ingat jika ingin merdeka itu membutuhkan sumber daya manusia, sumberdaya ekonomi dan lainnya namun tidak harus dengan membunuh sebab itu cara yang salah sekali,” cecar Jhon Jonga.
Dengan kejadian ini diyakini banyak pihak keluarga dan banyak orang bisa saja tidak mau lagi memberikan pelayanan.
“Saya sangat prihatin jika di pedalaman tak ada petugas kesehatan dan pendidik karena disitulah masyarakat akan belajar. Kalau pemerintah pakai masyarakat sipil bisa saja tapi jika situasi tidak aman tentu orang juga tidak mau sekalipun dipaksa,” sambung pastor Jhon.
Ini dikatakan bisa menjadi ancaman besar bagi masyarakat sebab jika ada masyarakat yang sakit bisa saja tidak tertangani secara maksimal karena para petugasnya sudah diungsikan. Karenanya ia sekali lagi mengecam tindakan ini apalagi harus menghilangkan nyawa. Pastor Jhon lantas berpesan untuk kelompok yang berjuang bagi Papua merdeka bahwa petugas kesehatan, pendidik, tokoh agama itu tidak boleh diganggu.
Tidak boleh dilukai, disiksa apalagi dibunuh sebab aturan mainnya sudah diakui secara hukum internasional. “Jadi salah jika mengatakan bisa berjuang sendiri tanpa dokter, tanpa petugas guru dan lain sebagainya. Saya pikir tidak segampang itu sebab orang yang bekerja pelayanan kemanusiaan itu memang tanpa pamrih dan mereka butuh keamanan dan keselamatan,” jelasnya.
Dan sebagai pastor ia berpendapat bahwa agama apapun tidak membenarkan untuk membunuh. “Saya tahu perasaan orang Papua, mungkin mereka marah atau dendam karena tindakan militer berpuluh-puluh tahun lalu namun pembalasan ini dilakukan kepada warga sipil yang datang untuk melayani mereka. Sekali lagi, jika ingin merdeka jangan sampai ada tindakan pembunuhan dan di luar batas – batas kemanusiaan,” tutup pastor. (kar/ade)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos