Direktorat Kriminal Umum Polda Papua dan Polres Jayawijaya kembali melakukan reposisi kasus pembunuhan anggota Brimob Batalyon D Wamena Bripda Fernando Diego Rumaropen dan perampasan senjata jenis sniper styer serta AK 101 yang terjadi tanggal 18 Juni lalu.
Kelompok tersebut telah mengakui bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut serta perampasan dua senjata jenis AK 101 dan SSG08. Kedua senjata itu sedang dikirim dari Distrik Napua ke Nduga.
Dari pantauan Cenderawasih Pos, prosesi pemakaman jenazah dimulai pukul 13.20 WIT., dimana pihak keluarga yang dipimpin Bupati Jayawijaya, Jhon Richard Banua, SE, M.Si., melepas jenazah dan diserahkan kepada Kapolres Jayawijaya AKBP. Muh. Safei AB, SE., untuk dimakamkan.
Hasil pengembangan penyelidikan tewasnya Bripda Diego Rumaropen di Distrik Napua, Kabupaten Jayawijaya mulai menemukan titik terang. Polisi menyebut bahwa pelaku merupakan anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dari wilayah Kabupaten Nduga.
 Pertemuan bersama dengan Avsec Angkasa Pura, Lanud Silas Papare, Satgas Kopasgat, Security Officer Screening Bandara Sentani dan Para Protokol Bandara Sentani tersebut dilaksanakan di Aula Base Ops Lanud Silas Papare, Jum’at (17/6) lalu.
Umar Pagawak yang merupakan kakek dari almarhum Bripda Diego Rumaropen menyatakan, jika keluarga besarnya sangat tidak puas dan mempertanyakan apakah seorang Danki tidak tahu kalau lokasi yang digunakan untuk menembak sapi itu daerah rawan. Sebab anggota yang sudah lama berada di Wamena, jika ingin ke sana juga pasti membawa 5 sampai dengan 10 orang.
Dari data yang dihimpun Cenderawasih Pos, korban Bripda Diego Rumaropen mengikuti Danki Brimob Batalyon D Wamena, AKP. Rustam untuk menembak sapi karena diminta oleh pemiliknya atas nama Alex Matuan.
Dari data yang dihimpun cepos online, korban Bripda Diego Rumaropen mengikuti Danki Brimob Batalyon D Wamena, AKP. Rustam untuk menembak sapi karena diminta oleh pemiliknya atas nama Alex Matuan.
Ini agar tak lagi ada korban jiwa akibat pembacokan ataupun penembakan yang menimpa warga sipil. Pekerjaan seperti tukang ojek kata salah satu anggota DPR Papua, Yulius Miagoni menjadi satu pekerjaan yang cukup berisiko.
Polisi hanya memintai keterangan terkait aksi tersebut untuk mengecek bagaimana aksi itu dilakukan karena sempat mengganggu dan membuat resah warga di sekitar lokasi aksi atau mimbar bebas.