JAYAPURA-Kepala Perwakilan BKKBN Papua melalui Penata Kependudukan dan Keluarga Kependudukan Ahli Madya BKKBN Papua, Djonny Suwu mengungkapkan angka prevalensi stunting di Papua dan 3 DOB, yakni Papua Pegunungan, Papua Selatan dan Papua Tengah pada tahun 2023 mengalami kenaikan, yakni 34 persen.
Menurutnya, faktor tingginya stunting di Papua karena berbagai faktor, salah satunya sumber daya manusia (SDM) bidang kesehatan yang masih sangat minim.
Terlebih khusus perhatian terhadap ibu hamil. Pola asupan gizi bagi seorang ibu hamil ini semestinya menjadi hal penting yang harus diperhatikan. Sebab secara aturan 1000 hari pertama usia kehidupan gizinya terpenuhi. Sayangnya hal ini tampak kurang diperhatikan, sehingga yang terjadi angka prevalensi stunting di Papua masih sangat tinggi.
“Stunting, memang bukan penyakit, tapi lebih kearah bagaimana meningkatkan kualitas intelektual. Sehingga yang difokuskan Bkkbn Papua saat ini melakukan upaya pencegahan,” kata Joni Selasa (5/3).
Adapun upaya pencegahan yang dilakukan Bkkbn kata Joni, pertama meningkatkan sosialisasi kepada remaja berusia di bawah 21 tahun .
Target dari program ini untuk remaja perempuan yang siap melahirkan di usia 21 tahun. Karena kandungan di usia itu sudah sempurna, dan mentalnya sudah sangat baik.
Sebab yang menjadi problem selama ini, bukan hanya stunting, tapi tingkat kematian ibu dan anak di Papua masih cukup tinggi. Hal itu terjadi karena tingginya kehamilan di bawah usia standard kehamilan.