Saturday, April 27, 2024
24.7 C
Jayapura

Ratusan Hektar Padi Siap Panen Terendam Banjir

Seorang petani  berusaha menyelamatkan padinya yang terendam  banjir di Kampung Kanomsari, Distrik Jagebob-Merauke  dengan menggunakan rakit. ( FOTO : Edi Santoso for Cenderawasih Pos )

MERAUKE- Sedikitnya, 555 hektar  lahan padi di Merauke   terendam banjir.  Dari 555 hektar  yang terendam banjir tersebut, lebih  dari 100  hektar   di antaranya siap panen.  Kepala Dinas  Pertanian Kabupaten Merauke Edi Santoso ketika ditemui   Cenderawasih Pos  menjelaskan bahwa berdasarkan  laporan sementara  yang diterima  pihaknya dari penyuluh,  Babinsa, kepala Kampung dan PPL   bahwa  total  padi yang  terendam banjir tersebut  seluas 555 hektar.  

   Lahan padi yang terendam banjir ini   kata dia,  berada di Wasur, Distrik Merauke seluas 105 hektar, Kampung Sermayam Indah dan Butibop  Distrik  Tanah Miring kurang lebih 200 hektar. Selanjutnya di Kampung Mimi Baru dan Kanomsari-Distrik Jagebob seluas  170 hektar dan di Distrik Maling kurang lebih 80 hektar. 

Baca Juga :  Di Merauke, Video Mesum Beredar

   Meski begitu, lanjut  Edi Santoso, berdasarkan hasil monitoring secara langsung  di lapangan, dari 555    hektar  yang terendam banjir  tersebut masih ada potensi  untuk dapat diselamatkan. “Sehingga    kami belum bisa laporkan  berapa  luas persisnya  yang akan mengalami  gagal panen. Kami masih menunggu perkembangan sampai  satu minggu ke depan ini,’’ katanya. Sebab, jelas  Edi Santoso, seperti di Kampung Butibop  sekitar 100 hektar, sudah mendekati masa panen.  

  ‘’Hanya tidak bisa dilakukan   panen dengan menggunakan combine, sebab  ketinggian air antara 50-60 cm.  Sehingga kami meminta kepada kepala kampung dan babinsa untuk mengkoordinir dalam rangka meminimalisir gagal  panen ini dengan cara panen secara manual dengan  menggunakan rakit,”  jelasnya. 

Baca Juga :  Warga GKI Diajak Jadi Pelopor Disiplin Protokol Kesehatan 

  Sementara   padi yang masih berumur     2 bulan, lanjut Edi Santoso, dapat diselamatkan dengan cara mengalirkan air dari   sawah tersebut. Hanya saja, diakuinya, beberapa  tempat mengalami  kendala. Seperti di Kampung Mimi Baru, Sermayam Indah.  Sampai  Rabu (20/3), jelas  Edi Santoso, air yang  ada hampir  tidak bergerak keluar. Bahkan di Mimi Baru tersebut justru  air dari Kali Maro meluap masuk ke dalam lahan sawah petani. 

  “Ini ke depan kita perlu   koordinasi dengan Balai Wilayah Sungai dan Dinas PU bagaimana dengan lahan-lahan yang sebenarnya sangat potensial  ini. Minimal ada normalisasi dan pembangunan  saluran baru serta  ada pintu air yang bisa mengatur saat air meluap dan kekurangan air,’’ tandasnya. (ulo/tri)   

Seorang petani  berusaha menyelamatkan padinya yang terendam  banjir di Kampung Kanomsari, Distrik Jagebob-Merauke  dengan menggunakan rakit. ( FOTO : Edi Santoso for Cenderawasih Pos )

MERAUKE- Sedikitnya, 555 hektar  lahan padi di Merauke   terendam banjir.  Dari 555 hektar  yang terendam banjir tersebut, lebih  dari 100  hektar   di antaranya siap panen.  Kepala Dinas  Pertanian Kabupaten Merauke Edi Santoso ketika ditemui   Cenderawasih Pos  menjelaskan bahwa berdasarkan  laporan sementara  yang diterima  pihaknya dari penyuluh,  Babinsa, kepala Kampung dan PPL   bahwa  total  padi yang  terendam banjir tersebut  seluas 555 hektar.  

   Lahan padi yang terendam banjir ini   kata dia,  berada di Wasur, Distrik Merauke seluas 105 hektar, Kampung Sermayam Indah dan Butibop  Distrik  Tanah Miring kurang lebih 200 hektar. Selanjutnya di Kampung Mimi Baru dan Kanomsari-Distrik Jagebob seluas  170 hektar dan di Distrik Maling kurang lebih 80 hektar. 

Baca Juga :  Potong Tangan Istri Divonis 4 Tahun Penjara

   Meski begitu, lanjut  Edi Santoso, berdasarkan hasil monitoring secara langsung  di lapangan, dari 555    hektar  yang terendam banjir  tersebut masih ada potensi  untuk dapat diselamatkan. “Sehingga    kami belum bisa laporkan  berapa  luas persisnya  yang akan mengalami  gagal panen. Kami masih menunggu perkembangan sampai  satu minggu ke depan ini,’’ katanya. Sebab, jelas  Edi Santoso, seperti di Kampung Butibop  sekitar 100 hektar, sudah mendekati masa panen.  

  ‘’Hanya tidak bisa dilakukan   panen dengan menggunakan combine, sebab  ketinggian air antara 50-60 cm.  Sehingga kami meminta kepada kepala kampung dan babinsa untuk mengkoordinir dalam rangka meminimalisir gagal  panen ini dengan cara panen secara manual dengan  menggunakan rakit,”  jelasnya. 

Baca Juga :  KPU Tunggu Penetapan DCT   

  Sementara   padi yang masih berumur     2 bulan, lanjut Edi Santoso, dapat diselamatkan dengan cara mengalirkan air dari   sawah tersebut. Hanya saja, diakuinya, beberapa  tempat mengalami  kendala. Seperti di Kampung Mimi Baru, Sermayam Indah.  Sampai  Rabu (20/3), jelas  Edi Santoso, air yang  ada hampir  tidak bergerak keluar. Bahkan di Mimi Baru tersebut justru  air dari Kali Maro meluap masuk ke dalam lahan sawah petani. 

  “Ini ke depan kita perlu   koordinasi dengan Balai Wilayah Sungai dan Dinas PU bagaimana dengan lahan-lahan yang sebenarnya sangat potensial  ini. Minimal ada normalisasi dan pembangunan  saluran baru serta  ada pintu air yang bisa mengatur saat air meluap dan kekurangan air,’’ tandasnya. (ulo/tri)   

Berita Terbaru

Artikel Lainnya