Monday, November 25, 2024
25.7 C
Jayapura

Yesus Wafat di Kayu Salib Karena Dosa Manusia

MERAUKE– Perayaan Jumat Agung atau kisah sengsara Tuhan Yesus sampai wafat di Kayu Salib diperingati  oleh seluruh umat Kristiani di seluruh dunia, termasuk di Gereja Paroki Santo Mikael Kudamati  Merauke, Jumat (15/4). 

Perayaan Jumat Agung ini diawali dengan jalan salib pada pagi harinya, kemudian dilanjutkan dengan peringatan Sengara Yesus Kristus sampai wafat di Kayu Salib.  Perayaan Jumat Agung yang dimulai sekitar pukul  15.00 WIT tersebut dipimpin  Pastor Paroki  Sonny Walewawan, Pr,  yang diawali dengan ibadat sabda,  kemudian dilanjutkan dengan penghormatan salib dan terakhir komuni. 

Jika 2 tahun lalu, penghormatan salib hanya dilakukan dengan cara menunduk, maka pada perayaan Jumat Agung ini, sebagian umat mencium salib dan ada juga yang hanya menunduk di depan Salib.  Pastor Paroki Sonny Walewawan, Pr,  dalam kotbahnya mengatakan, Tuhan Yesus rela menanggung seluruh penderitaan sampai wafat di Kayu Salib karena cintaNya kepada manusia. 

Baca Juga :  Babinsa Koramil  Kimaam Bantu Petani OAP Panen Padi   

Dia mau menanggung dan menebus dosa manusia. Saat  dalam  menjalani kisah sengsaraNya, Yesus tidak sekalipun melawan, namun tetap setia karena cintanya  kepada manusia. Yesus  ingin menyelamatkan seluruh manusia yang percaya kepada-Nya. 

Selain perayaan Jumat Agung tersebut, Umat Katolik Paroki Santo Mikhael Kudamati sehari sebelumnya yakni pada Kamis (14/4) merayakan Kamis Putih yang merupakan rangkaian Tri Hari Suci.

Pada  Kamis Putih   yang menjadi  tradisi Gereja Katolik ini, Umat  Allah memperingati kembali saat Yesus mengadakan perjamuan terakhir dengan 12 murid-muridnya, termasuk  di dalamnya Yudas Iskariot yang mengkhianati Yesus serta pembasuhan kaki ke-12 murid-muridNya.

Baca Juga :  Prioritaskan Pelayanan bagi Masyarakat

Lewat pembasuhan kaki itu,  Yesus memberikan teladan kepada murid-muridNya untuk saling melayani satu dengan lainnya seperti yang ia lakukan.   Seorang pemimpin harus mau melayani bukan untuk dilayani, karena  Yesus sendiri datang selain untuk menebus dan menyelamatkan manusia, Dia juga datang untuk memberi keteladanan untuk saling melayani. (ulo/tho)

MERAUKE– Perayaan Jumat Agung atau kisah sengsara Tuhan Yesus sampai wafat di Kayu Salib diperingati  oleh seluruh umat Kristiani di seluruh dunia, termasuk di Gereja Paroki Santo Mikael Kudamati  Merauke, Jumat (15/4). 

Perayaan Jumat Agung ini diawali dengan jalan salib pada pagi harinya, kemudian dilanjutkan dengan peringatan Sengara Yesus Kristus sampai wafat di Kayu Salib.  Perayaan Jumat Agung yang dimulai sekitar pukul  15.00 WIT tersebut dipimpin  Pastor Paroki  Sonny Walewawan, Pr,  yang diawali dengan ibadat sabda,  kemudian dilanjutkan dengan penghormatan salib dan terakhir komuni. 

Jika 2 tahun lalu, penghormatan salib hanya dilakukan dengan cara menunduk, maka pada perayaan Jumat Agung ini, sebagian umat mencium salib dan ada juga yang hanya menunduk di depan Salib.  Pastor Paroki Sonny Walewawan, Pr,  dalam kotbahnya mengatakan, Tuhan Yesus rela menanggung seluruh penderitaan sampai wafat di Kayu Salib karena cintaNya kepada manusia. 

Baca Juga :  Cegah Korupsi, KPK Gelar Rakor Akselarasi dengan PPS

Dia mau menanggung dan menebus dosa manusia. Saat  dalam  menjalani kisah sengsaraNya, Yesus tidak sekalipun melawan, namun tetap setia karena cintanya  kepada manusia. Yesus  ingin menyelamatkan seluruh manusia yang percaya kepada-Nya. 

Selain perayaan Jumat Agung tersebut, Umat Katolik Paroki Santo Mikhael Kudamati sehari sebelumnya yakni pada Kamis (14/4) merayakan Kamis Putih yang merupakan rangkaian Tri Hari Suci.

Pada  Kamis Putih   yang menjadi  tradisi Gereja Katolik ini, Umat  Allah memperingati kembali saat Yesus mengadakan perjamuan terakhir dengan 12 murid-muridnya, termasuk  di dalamnya Yudas Iskariot yang mengkhianati Yesus serta pembasuhan kaki ke-12 murid-muridNya.

Baca Juga :  Baru Selesai Dilantik, Bintara Polri Ditemukan Tewas   

Lewat pembasuhan kaki itu,  Yesus memberikan teladan kepada murid-muridNya untuk saling melayani satu dengan lainnya seperti yang ia lakukan.   Seorang pemimpin harus mau melayani bukan untuk dilayani, karena  Yesus sendiri datang selain untuk menebus dan menyelamatkan manusia, Dia juga datang untuk memberi keteladanan untuk saling melayani. (ulo/tho)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya