MERAUKE– Perayaan Jumat Agung atau kisah sengsara Tuhan Yesus sampai wafat di Kayu Salib diperingati oleh seluruh umat Kristiani di seluruh dunia, termasuk di Gereja Paroki Santo Mikael Kudamati Merauke, Jumat (15/4).
Perayaan Jumat Agung ini diawali dengan jalan salib pada pagi harinya, kemudian dilanjutkan dengan peringatan Sengara Yesus Kristus sampai wafat di Kayu Salib. Perayaan Jumat Agung yang dimulai sekitar pukul 15.00 WIT tersebut dipimpin Pastor Paroki Sonny Walewawan, Pr, yang diawali dengan ibadat sabda, kemudian dilanjutkan dengan penghormatan salib dan terakhir komuni.
Jika 2 tahun lalu, penghormatan salib hanya dilakukan dengan cara menunduk, maka pada perayaan Jumat Agung ini, sebagian umat mencium salib dan ada juga yang hanya menunduk di depan Salib. Pastor Paroki Sonny Walewawan, Pr, dalam kotbahnya mengatakan, Tuhan Yesus rela menanggung seluruh penderitaan sampai wafat di Kayu Salib karena cintaNya kepada manusia.
Dia mau menanggung dan menebus dosa manusia. Saat dalam menjalani kisah sengsaraNya, Yesus tidak sekalipun melawan, namun tetap setia karena cintanya kepada manusia. Yesus ingin menyelamatkan seluruh manusia yang percaya kepada-Nya.
Selain perayaan Jumat Agung tersebut, Umat Katolik Paroki Santo Mikhael Kudamati sehari sebelumnya yakni pada Kamis (14/4) merayakan Kamis Putih yang merupakan rangkaian Tri Hari Suci.
Pada Kamis Putih yang menjadi tradisi Gereja Katolik ini, Umat Allah memperingati kembali saat Yesus mengadakan perjamuan terakhir dengan 12 murid-muridnya, termasuk di dalamnya Yudas Iskariot yang mengkhianati Yesus serta pembasuhan kaki ke-12 murid-muridNya.
Lewat pembasuhan kaki itu, Yesus memberikan teladan kepada murid-muridNya untuk saling melayani satu dengan lainnya seperti yang ia lakukan. Seorang pemimpin harus mau melayani bukan untuk dilayani, karena Yesus sendiri datang selain untuk menebus dan menyelamatkan manusia, Dia juga datang untuk memberi keteladanan untuk saling melayani. (ulo/tho)