Friday, April 26, 2024
27.7 C
Jayapura

Kadinkes Papua: Saya Benar-benar Kecewa!

drg.Aloysius Giyai, MKes ( FOTO : Sulo/Cepos )

Pembangunan Rumkit Rujukan Tanpa Dukungan Pemkab Merauke

MERAUKE- Kepala Dinas Kesehatan   Provinsi Papua dr Aloysius Giay mengaku kecewa  dengan pembangunan  rumah sakit  (rumkit) tipe B di Merauke sebagai rumah sakit  rujukan di  bagian Selatan Papua. Pasalnya, sejak    peletakan   batu pertama   rumah sakit  tersebut 4 tahun lalu,  Aloysius Giyai mengaku  penganggarannya   baru dilakukan dari Pemerintah Provinsi Papua.   Akibatnya, rumah  sakit  yang dibangun di belakang perumahan Veteran, Kelurahan Kamundu  tersebut terlihat   terbengkalai. 

  ‘’Jujur   saja, sejak saya peletakan   batu pertama  4 tahun lalu, yang kerja dan alokasikan anggaran    baru  Dinas Kesehatan Provinsi  Papua. Jadi saya   benar-benar kecewa,’’ kata  Aloysius Giyai menjawab pertanyaan Cenderawasih Pos   di Merauke, Sabtu (10/8).   

  Menurut Aloysius Giyai, tahun ini   pihaknya dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua menganggarkan  Rp 15 miliar untuk membangun satu  gedung lagi. Sementara satu gedung   utama sudah dibangun. 

  “Saya tidak tahu alasan  apa. Tapi  Pemkab Merauke selama 4 tahun tidak menganggarkan   pembangunan rumah sakit tersebut. Seharusnya ada sharing antara  pemerintah provinsi dan Kabupaten Merauke. Saya    kecewa sekali. Katanya tahun lalu mereka anggarkan Rp  25 miliar  tapi buktinya  tidak ada. mungkin dialihkan di tempat lain. Jujur saja, saya kecewa. Kalau kampanye bilang  pendidikan dan kesehatan  jadi prioritas tapi rumah sakit B  yang dibangun ini dengan tujuan mendekatkan pelayanan supaya  pasien rujukan tidak perlu rujuk ke Jayapura. Apalagi   keluar Papua  jika kita sudah punya rumah sakit yang  bertandar,’’ katanya lagi.   

Baca Juga :  Korban Kejahatan di Medsos Diminta Segera Lapor ke Polisi 

   Aloysius Giyai menjelaskan, selama  menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan di Papua, dirinya punya    komitmen  untuk membangun  rumah sakit rujukan di 5 wilayah adat. ‘’Kenapa yang lain bisa    jalan. Nabire sudah selesai. Biak tahun ini selesai dan dua wilayah adat lainnya selesai,’’ jelasnya. 

  Dijelaskan Aloysius, bahwa Dana Alokasi Khusus  (DAK) dari pusat sebenarnya diperuntukan  untuk membangun   rumah sakit  yang baru   tersebut. ‘’Kita sharing. DAK  untuk rumah sakit regional rujukan , kemudian dari  provinsi dan juga APBD kabupaten,’’  jelasnya. 

   Ditanya wartawan  apakah selama ini sudah dikoordinasikan dengan     pihak Kabupaten, Aloysius Giyai  mengaku setiap ada pertemuan   dirinya mempertanyakan   baik kepada kepala  dinas maupun kepada   bupatinya langsung dengan jawaban iya. ‘’Tapi  nyatanya di lapangan tidak ada,’’ terangnya. 

Baca Juga :  Pengadaan APD, KPU Merauke Terima Dana Rp 3 M

   Meski  Pemkab Merauke kurang perhatian   kepada pembangunan rumah sakit  regional  ini, namun menurut  Aloysius  Giay,    kemungkinan   perhatian  pemerintah   Kabupaten Merauke di sector kesehatan lain seperti  penanganan  HIV. Sebab, menurut Aloysius Giyai,  Kabupaten Merauke  yang    dulunya  nomor  satu  jumlah penderita HIV -AIDS di Papua, sekarang  sudah  melorot keurutan ketujuh. 

  ‘’Itu juga satu keberhasilan   dalam menekan angka  HIV-AIDS di Papua. Sekarang   yang urutan pertama justu Nabire,’’ tandasnya. (ulo/tri)  

drg.Aloysius Giyai, MKes ( FOTO : Sulo/Cepos )

Pembangunan Rumkit Rujukan Tanpa Dukungan Pemkab Merauke

MERAUKE- Kepala Dinas Kesehatan   Provinsi Papua dr Aloysius Giay mengaku kecewa  dengan pembangunan  rumah sakit  (rumkit) tipe B di Merauke sebagai rumah sakit  rujukan di  bagian Selatan Papua. Pasalnya, sejak    peletakan   batu pertama   rumah sakit  tersebut 4 tahun lalu,  Aloysius Giyai mengaku  penganggarannya   baru dilakukan dari Pemerintah Provinsi Papua.   Akibatnya, rumah  sakit  yang dibangun di belakang perumahan Veteran, Kelurahan Kamundu  tersebut terlihat   terbengkalai. 

  ‘’Jujur   saja, sejak saya peletakan   batu pertama  4 tahun lalu, yang kerja dan alokasikan anggaran    baru  Dinas Kesehatan Provinsi  Papua. Jadi saya   benar-benar kecewa,’’ kata  Aloysius Giyai menjawab pertanyaan Cenderawasih Pos   di Merauke, Sabtu (10/8).   

  Menurut Aloysius Giyai, tahun ini   pihaknya dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua menganggarkan  Rp 15 miliar untuk membangun satu  gedung lagi. Sementara satu gedung   utama sudah dibangun. 

  “Saya tidak tahu alasan  apa. Tapi  Pemkab Merauke selama 4 tahun tidak menganggarkan   pembangunan rumah sakit tersebut. Seharusnya ada sharing antara  pemerintah provinsi dan Kabupaten Merauke. Saya    kecewa sekali. Katanya tahun lalu mereka anggarkan Rp  25 miliar  tapi buktinya  tidak ada. mungkin dialihkan di tempat lain. Jujur saja, saya kecewa. Kalau kampanye bilang  pendidikan dan kesehatan  jadi prioritas tapi rumah sakit B  yang dibangun ini dengan tujuan mendekatkan pelayanan supaya  pasien rujukan tidak perlu rujuk ke Jayapura. Apalagi   keluar Papua  jika kita sudah punya rumah sakit yang  bertandar,’’ katanya lagi.   

Baca Juga :  Ada Upaya Provokasi, Polisi Amankan RSUD Merauke

   Aloysius Giyai menjelaskan, selama  menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan di Papua, dirinya punya    komitmen  untuk membangun  rumah sakit rujukan di 5 wilayah adat. ‘’Kenapa yang lain bisa    jalan. Nabire sudah selesai. Biak tahun ini selesai dan dua wilayah adat lainnya selesai,’’ jelasnya. 

  Dijelaskan Aloysius, bahwa Dana Alokasi Khusus  (DAK) dari pusat sebenarnya diperuntukan  untuk membangun   rumah sakit  yang baru   tersebut. ‘’Kita sharing. DAK  untuk rumah sakit regional rujukan , kemudian dari  provinsi dan juga APBD kabupaten,’’  jelasnya. 

   Ditanya wartawan  apakah selama ini sudah dikoordinasikan dengan     pihak Kabupaten, Aloysius Giyai  mengaku setiap ada pertemuan   dirinya mempertanyakan   baik kepada kepala  dinas maupun kepada   bupatinya langsung dengan jawaban iya. ‘’Tapi  nyatanya di lapangan tidak ada,’’ terangnya. 

Baca Juga :  Masyarakat Diimbau Tetap Bijak Bermedia Sosial 

   Meski  Pemkab Merauke kurang perhatian   kepada pembangunan rumah sakit  regional  ini, namun menurut  Aloysius  Giay,    kemungkinan   perhatian  pemerintah   Kabupaten Merauke di sector kesehatan lain seperti  penanganan  HIV. Sebab, menurut Aloysius Giyai,  Kabupaten Merauke  yang    dulunya  nomor  satu  jumlah penderita HIV -AIDS di Papua, sekarang  sudah  melorot keurutan ketujuh. 

  ‘’Itu juga satu keberhasilan   dalam menekan angka  HIV-AIDS di Papua. Sekarang   yang urutan pertama justu Nabire,’’ tandasnya. (ulo/tri)  

Berita Terbaru

Artikel Lainnya