Monday, November 24, 2025
26.9 C
Jayapura

Sosok Periang, Kuat dan Aktif Menjadi Kader Posyandu

“Pihak mertua saya menyalahkan kami karena menganggap kami tidak memperhatikan Irene. Padahal kami sudah berusaha. Jika saat itu istri saya ditangani lebih cepat mungkin dia tidak meninggal. Tapi semuanya sudah terjadi,” ungkapnya.

Ya Irene bukan sekadar ibu rumah tangga ia juga aktif menjadi kader posyandu di kampung. Sosok yang, menurut Abraham Kabey selalu periang, kuat, dan tegar.

Namun ketegaran itu runtuh pada Minggu sore, 16 November. Sekitar pukul 14.30 WIT, Irene dibawa dari rumah orang tuanya di Kampung Keinsyo menuju RSUD Yowari. Perjalanan ditempuh lewat air, menggunakan perahu jhonson selama 20 menit, lalu dilanjutkan dengan perjalanan darat. Ia hendak melahirkan, tapi kondisinya terus melemah.

Baca Juga :  Bebas Macet dan Pasar Jadi Bersih, Tapi Masih Ada PKL Bandel Jualan di Luar

Setibanya di IGD Ponek RSUD Yowari, Irene langsung diperiksa dan dipindahkan ke ruang bersalin. Diruang bersalin Iren sudah menunjukkan tanda-tanda bersalin. Waktu berjalan hingga malam. Namun hingga pukul 23.00 WIT, kondisinya tak membaik. Keluarga mendesak agar Irene dirujuk karena mendapat informasi bahwa ia tak mampu melahirkan secara normal dan membutuhkan operasi.

Desakan itu akhirnya membuat pihak rumah sakit merujuk Irene ke RS Dian Harapan. Namun di sinilah keluarga merasakan kebuntuan. Karena mereka menunggu, tanpa kepastian. Pemeriksaan pun tak dilakukan. Irene kembali dipindahkan. Kali ini ke RSUD Abepura. Namun, lagi-lagi, keluarga menghadapi penolakan karena ruang operasi belum bisa difungsikan karena masih dalam perbaikan. Suara isak dan nada tinggi mewarnai lorong rumah sakit malam itu.

Baca Juga :  Terkesan Kumuh, Banyak Sampah dan Pecahan Botol, Rumput Tumbuh Liar

Kondisi Irene kian kritis. Didampingi dua petugas RSUD Yowari, keluarga meminta agar ia dibawa ke RSUD Dok II Jayapura. Ambulans bergegas. Namun di perjalanan, darah mulai keluar dari mulut Irene. Napasnya tersengal. Oksigen yang diberikan tak cukup menolong. Irene kemudian dilarikan ke rumah sakit terdekat yaitu RS Bhayangkara. Tetapi disini keluarga kembali dilemahkan oleh kenyataan. Irene, pemegang BPJS Kelas III, diminta membayar uang muka Rp4 juta karena ruang kelas III penuh dan hanya VIP yang tersedia.

“Pihak mertua saya menyalahkan kami karena menganggap kami tidak memperhatikan Irene. Padahal kami sudah berusaha. Jika saat itu istri saya ditangani lebih cepat mungkin dia tidak meninggal. Tapi semuanya sudah terjadi,” ungkapnya.

Ya Irene bukan sekadar ibu rumah tangga ia juga aktif menjadi kader posyandu di kampung. Sosok yang, menurut Abraham Kabey selalu periang, kuat, dan tegar.

Namun ketegaran itu runtuh pada Minggu sore, 16 November. Sekitar pukul 14.30 WIT, Irene dibawa dari rumah orang tuanya di Kampung Keinsyo menuju RSUD Yowari. Perjalanan ditempuh lewat air, menggunakan perahu jhonson selama 20 menit, lalu dilanjutkan dengan perjalanan darat. Ia hendak melahirkan, tapi kondisinya terus melemah.

Baca Juga :  Terkesan Kumuh, Banyak Sampah dan Pecahan Botol, Rumput Tumbuh Liar

Setibanya di IGD Ponek RSUD Yowari, Irene langsung diperiksa dan dipindahkan ke ruang bersalin. Diruang bersalin Iren sudah menunjukkan tanda-tanda bersalin. Waktu berjalan hingga malam. Namun hingga pukul 23.00 WIT, kondisinya tak membaik. Keluarga mendesak agar Irene dirujuk karena mendapat informasi bahwa ia tak mampu melahirkan secara normal dan membutuhkan operasi.

Desakan itu akhirnya membuat pihak rumah sakit merujuk Irene ke RS Dian Harapan. Namun di sinilah keluarga merasakan kebuntuan. Karena mereka menunggu, tanpa kepastian. Pemeriksaan pun tak dilakukan. Irene kembali dipindahkan. Kali ini ke RSUD Abepura. Namun, lagi-lagi, keluarga menghadapi penolakan karena ruang operasi belum bisa difungsikan karena masih dalam perbaikan. Suara isak dan nada tinggi mewarnai lorong rumah sakit malam itu.

Baca Juga :  Saya dan Ibunya Sempat Larang karena Tahu Capeknya Jadi Atlet 

Kondisi Irene kian kritis. Didampingi dua petugas RSUD Yowari, keluarga meminta agar ia dibawa ke RSUD Dok II Jayapura. Ambulans bergegas. Namun di perjalanan, darah mulai keluar dari mulut Irene. Napasnya tersengal. Oksigen yang diberikan tak cukup menolong. Irene kemudian dilarikan ke rumah sakit terdekat yaitu RS Bhayangkara. Tetapi disini keluarga kembali dilemahkan oleh kenyataan. Irene, pemegang BPJS Kelas III, diminta membayar uang muka Rp4 juta karena ruang kelas III penuh dan hanya VIP yang tersedia.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya