Konflik Terus Berulang, Perempuan dan Anak Kerap Jadi Korban

Direktur LBH Apik Jayapura Nur Aida Duwila Soal Dampak Konflik Bersenjata di Tanah Papua

Konflik bersenjata yang terjadi di Tanah Papua, hingga kini masih terjadi di beberapa daerah/ Bahkan, intensitas dan dampaknya makin meningkat. Lembaga Bantuah Hukum (LBH) Apik Jayapura, memberi catatan tersendiri dari dampak konflik ini.

Laporan: Elfira_Jayapura

Anak anak dan perempuan, masih saja menjadi korban di tengah konflik bersenjata yang tak pernah usai di tanah Papua. Dalam catatan Komnas HAM Papua, Januari-Juni tahun 2024 sebanyak 28 warga sipil yang meninggal dunia saat konflik bersenjata antara TNI-Polri dan Organisasi Papua Merdeka (OPM).

  Dari jumlah tersebut, 1 orang anak meninggal dunia dan 1 anak lainnya terluka. Sementara perempuan satu orang meninggal dunia dan tiga lainnya mengalami luka-luka saat konflik bersenjata terjadi di daerahnya.

   Direktur LBH Apik Jayapura, Nur Aida Duwila, menyebut entah mau Daerah Otonomi Baru (DOB) atau pun tanpa DOB. Kekerasan bersenjata itu masih masif di Papua, dan mirisnya anak anak dan perempuan kerap menjadi korban.

   Bahkan, pemekaran yang digadang-gadang untuk mengurangi potensi konflik tidak juga terjadi hingga kini. Pun, pemberdayaan perempuan dan Komnas Anak belum juga mampu menjangkau anak anak dan perempuan di DOB terutama di wilayah konflik.

   “Harus ada perhatian khusus dari dinas pemberdayaan perempuan dan anak yang berada di daerah konflik, jangan biarkan mereka ini terbunuh sia-sia atas apa yang mereka tidak ketahui di daerahnya,” kata Nona.

Direktur LBH Apik Jayapura Nur Aida Duwila Soal Dampak Konflik Bersenjata di Tanah Papua

Konflik bersenjata yang terjadi di Tanah Papua, hingga kini masih terjadi di beberapa daerah/ Bahkan, intensitas dan dampaknya makin meningkat. Lembaga Bantuah Hukum (LBH) Apik Jayapura, memberi catatan tersendiri dari dampak konflik ini.

Laporan: Elfira_Jayapura

Anak anak dan perempuan, masih saja menjadi korban di tengah konflik bersenjata yang tak pernah usai di tanah Papua. Dalam catatan Komnas HAM Papua, Januari-Juni tahun 2024 sebanyak 28 warga sipil yang meninggal dunia saat konflik bersenjata antara TNI-Polri dan Organisasi Papua Merdeka (OPM).

  Dari jumlah tersebut, 1 orang anak meninggal dunia dan 1 anak lainnya terluka. Sementara perempuan satu orang meninggal dunia dan tiga lainnya mengalami luka-luka saat konflik bersenjata terjadi di daerahnya.

   Direktur LBH Apik Jayapura, Nur Aida Duwila, menyebut entah mau Daerah Otonomi Baru (DOB) atau pun tanpa DOB. Kekerasan bersenjata itu masih masif di Papua, dan mirisnya anak anak dan perempuan kerap menjadi korban.

   Bahkan, pemekaran yang digadang-gadang untuk mengurangi potensi konflik tidak juga terjadi hingga kini. Pun, pemberdayaan perempuan dan Komnas Anak belum juga mampu menjangkau anak anak dan perempuan di DOB terutama di wilayah konflik.

   “Harus ada perhatian khusus dari dinas pemberdayaan perempuan dan anak yang berada di daerah konflik, jangan biarkan mereka ini terbunuh sia-sia atas apa yang mereka tidak ketahui di daerahnya,” kata Nona.