Saturday, April 27, 2024
27.7 C
Jayapura

Warga Nusantara Pilih Mengungsi ke Jayapura

Sudah Ratusan Jiwa Eksodus ke Jayapura, Bupati Pegubin “Rayu” Warga Pendatang kembali ke Oksibil

SENTANI- Selama dua hari belakangan ini sudah  ratusan  warga Nusantara di Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang,  memilih mengungsi ke Jayapura. Mereka memilih  mengungsi lantaran daerah tersebut saat ini dalam kondisi tidak aman akibat adanya aksi kriminal yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata.

Setidaknya sejak kamis (12/1), sebanyak 39 orang flight pertama dan 22 orang flight kedua dan di hari Jumat (13/1)  sebanyak 16 orang di flight pertama dan 26 orang di flight kedua. Sementara ada satu pesawat komersil Smart Air mengangkut 16 orang penumpang dari Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang ke Jayapura.  Ratusan penumpang itu sebagian besarnya  terdiri dari anak-anak dan perempuan.

“Ya, benar masyarakat memilih mengungsi ke Jayapura. Namun kami sendiri melalui jajaran belum mendapatkan laporan tentang latarbelakang dari  warga tersebut mengungsi. Jadi, tidak ada laporan tentang isu itu dari Kapolres Pegunungan Bintang,” ungkap Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Ignatius Benny Ady Prabowo, Jumat, (13/1) kemarin.

Sejumlah masyarakat yang memilih mengusir ini ditengarai rasa tidak aman karena adanya sejumlah rangkaian aksi kriminal yang dilakukan oleh para kelompok kriminal bersenjata yang ada di wilayah oksibil pegunungan Bintang.

Diketahui aksi teror yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata di pegunungan Bintang itu bermula dari kebakaran terhadap SMK Negeri 1 Pegunungan Bintang, kemudian membakar kantor dinas kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pegunungan Bintang.  Terpisah, Ketua Umum Ikatan Toraja (IKT) Provinsi Papua Edie Rante Tasak, mengatakan warga yang turun ke Jayapura, bukan mengungsi namun hal ini berdasarkan permintaan Paguyuban Nusantara yang ada di Kabupaten Pegunungan Bintang, lantaran situasi Kamtibmas di wilayah Pegubin akhir akhir ini, sangat dikhawatirkan.

  “Itu bukan pengungsian, tetapi hal ini normatif saja, karena kalau mengungsi, berarti situasi di Pegubin sedang darurat, tapi warga yang turun ini atas insisiatif kami selaku pengurus paguyuban, lantaran situasi di Pegubin saat ini terus dihantui dengan berbagai gangguan, sehingga antisipasi hal itu, kami koordinasi dengan Bupati Pegubin agar masyarakat pendatang sementara ini diturunkan ke Jayapura,” jelas Edis melalui sambungan telefon, Jumat (13/1) kemarin.

Baca Juga :  Gubernur Papua dan Rektor URI Amerika Teken MoU Pendidikan

Edy menyebut sebanyak 100 jiwa warga pendatang yang turun ke Jayapura, mereka menggunakan pesawat hercules.”Hari Jumat ini sudah ada 2 flight, yang sudah turun ke Jayapura, sebenarnya 4 flight, tapi karena cuaca tidak mendukung sehingga nantinya dilanjutkanhari sabtu  (hari ini red),” ujar Edi.

Dikatakan, warga yang turun dominan, dari Sulawesi, yaitu Buton, Bugis dan Toraja. Nantinya saat warga tiba di Jayapura akan dikumpulkan di Tongkonan Kotaraja, Distrik Abepura, Kota Jayapura.

“Untuk akomodasi mereka di Jayapura, nanti masing masing paguyuban akan urus, kami sudah koordinasi dengan para ketua Paguyuban di Jayapura untuk mengurus warga kita yang sudah tiba di Bandara Sentani jumat siang,” kata Edi.

Edi kembali menegaskan warga yang turun hanya betul-betul mengantisipasi, terjadinya hal yang tidak diinginkan di Pegubin, sehingga Ia mengharapkan agar keluarga Sulawesi yang di Jayapura dapat melihat mereka, sehingga selama warga tersebut berada di Jayapura mereka mendapatkan pelayanan yang baik.

“Hari ini, juga kami upaya untuk evakuasi warga pendatang yang ada di Mamid, ke Karubaga, karena tiga hari lalu ada warga kita yang dipalang oleh KKB. Evak yang kami lakukan bagian dari upaya antisipasi,” bebernya

Ia pun mengharapkan agar situasi Kamtibmas di Wilayah Pegubin dapat kembali membaik sehingga warga pendatang bisa kembali ke Pegubin dengan rasa tenang dan nyaman. “Semoga saja  beberapa hari ke depan ini situasi aman, sehingga mereka bisa kembali ke Pegubin,” tandasnya.

Sementara itu Bupati Pegunungan Bintang,Spei Yan Bidana meminta masyarakat di Kota Oksibil agar tidak meninggalkan Oksibil setelah adanya gangguan Kambtibmas yang dimotori oleh sejumlah kelompok KKB belakangan ini. Dia menyebut, saat situasi keamanan dikota Oksibil sudah dikendalikan oleh pihak keamanan.

Baca Juga :  PDIP Pede Pilih Kader Internal di Pilkada Gubernur Papua

“Oksibil sudah dikendalikan oleh keamanan. Sehingga tidak bisa dikatakan eksodus atau mengungsi, hanya mengamankan diri ke pos TNI dan Polres Oksibil. Kita amggap sudah aman, jadi rakyat tetap tenang, kita berharap aktivitas tetap berjalan seperti biasa,”ujar bupati Spei Yan Bidana kepada wartawan di Sentani, Jumat (13/1).

Karena itu dia berharap, seluruh masyarakat tetap tenang dan kembali melaksanakan aktivitas seperti biasa. “Jadi saya harap dengan penyampaian saya ini, warga tenang dan bisa melakukan aktivitas seperti biasa di kota Oksibil,” harapnya.

Dia mengakui, gangguan Kambtibmas yang dilakukan oleh kelompok masyarakat yang bersebarangan NKRI diwilayah itu, belakangan ini memang sangat mengganggu rutinitas masyarakat dan pemerintah setempat. Terutama aksi teror tembak menembak, pembakaran fasilitas umum milik  pemerintah.” Tapi harap tenang supaya kota Oksibil itu kembali pulih seperti biasa,”imbuhnya.

Sementara itu, untuk meredam aksi brutal KKB tidak berlanjut,  Bupati Spei akan membangun komunikasi dengan mengedepankan pendekatan kekeluargaan dengan masyarakatnya yang berseberangan dengan NKRI.

“Itu nanti kami akan lakukan pendekatan keluarga setelah saya naik dulu, semua komponen akan bertemu dan pendekatan keluarga untuk mereka tidak boleh lakukan teror, intimidasi, melakukan pembakaran karena ini menyangkut kehidupan masyarakat umum,” ujarnya.

Untuk itu dia juga meminta agar kelompok kriminal bersenjata itu tidak lagi menebar kekerasan atau intimidasi di wilayah tersebut . “Jadi hentikan kekerasan yang dibuat oleh teman teman yang berhaluan ideologi berbeda dengan kita. Kita ajak supaya kembali dan kita bangun. Karena membakar fasilitas pendidikan berarti membuat generasi muda Papua dan seterusnya itu menjadi tidak pintar dan tidak ada masa depan,” pungkasnya. (roy/rel)

Sudah Ratusan Jiwa Eksodus ke Jayapura, Bupati Pegubin “Rayu” Warga Pendatang kembali ke Oksibil

SENTANI- Selama dua hari belakangan ini sudah  ratusan  warga Nusantara di Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang,  memilih mengungsi ke Jayapura. Mereka memilih  mengungsi lantaran daerah tersebut saat ini dalam kondisi tidak aman akibat adanya aksi kriminal yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata.

Setidaknya sejak kamis (12/1), sebanyak 39 orang flight pertama dan 22 orang flight kedua dan di hari Jumat (13/1)  sebanyak 16 orang di flight pertama dan 26 orang di flight kedua. Sementara ada satu pesawat komersil Smart Air mengangkut 16 orang penumpang dari Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang ke Jayapura.  Ratusan penumpang itu sebagian besarnya  terdiri dari anak-anak dan perempuan.

“Ya, benar masyarakat memilih mengungsi ke Jayapura. Namun kami sendiri melalui jajaran belum mendapatkan laporan tentang latarbelakang dari  warga tersebut mengungsi. Jadi, tidak ada laporan tentang isu itu dari Kapolres Pegunungan Bintang,” ungkap Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Ignatius Benny Ady Prabowo, Jumat, (13/1) kemarin.

Sejumlah masyarakat yang memilih mengusir ini ditengarai rasa tidak aman karena adanya sejumlah rangkaian aksi kriminal yang dilakukan oleh para kelompok kriminal bersenjata yang ada di wilayah oksibil pegunungan Bintang.

Diketahui aksi teror yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata di pegunungan Bintang itu bermula dari kebakaran terhadap SMK Negeri 1 Pegunungan Bintang, kemudian membakar kantor dinas kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pegunungan Bintang.  Terpisah, Ketua Umum Ikatan Toraja (IKT) Provinsi Papua Edie Rante Tasak, mengatakan warga yang turun ke Jayapura, bukan mengungsi namun hal ini berdasarkan permintaan Paguyuban Nusantara yang ada di Kabupaten Pegunungan Bintang, lantaran situasi Kamtibmas di wilayah Pegubin akhir akhir ini, sangat dikhawatirkan.

  “Itu bukan pengungsian, tetapi hal ini normatif saja, karena kalau mengungsi, berarti situasi di Pegubin sedang darurat, tapi warga yang turun ini atas insisiatif kami selaku pengurus paguyuban, lantaran situasi di Pegubin saat ini terus dihantui dengan berbagai gangguan, sehingga antisipasi hal itu, kami koordinasi dengan Bupati Pegubin agar masyarakat pendatang sementara ini diturunkan ke Jayapura,” jelas Edis melalui sambungan telefon, Jumat (13/1) kemarin.

Baca Juga :  Gejala Ringan dan OTG Isolasi di KM Tidar

Edy menyebut sebanyak 100 jiwa warga pendatang yang turun ke Jayapura, mereka menggunakan pesawat hercules.”Hari Jumat ini sudah ada 2 flight, yang sudah turun ke Jayapura, sebenarnya 4 flight, tapi karena cuaca tidak mendukung sehingga nantinya dilanjutkanhari sabtu  (hari ini red),” ujar Edi.

Dikatakan, warga yang turun dominan, dari Sulawesi, yaitu Buton, Bugis dan Toraja. Nantinya saat warga tiba di Jayapura akan dikumpulkan di Tongkonan Kotaraja, Distrik Abepura, Kota Jayapura.

“Untuk akomodasi mereka di Jayapura, nanti masing masing paguyuban akan urus, kami sudah koordinasi dengan para ketua Paguyuban di Jayapura untuk mengurus warga kita yang sudah tiba di Bandara Sentani jumat siang,” kata Edi.

Edi kembali menegaskan warga yang turun hanya betul-betul mengantisipasi, terjadinya hal yang tidak diinginkan di Pegubin, sehingga Ia mengharapkan agar keluarga Sulawesi yang di Jayapura dapat melihat mereka, sehingga selama warga tersebut berada di Jayapura mereka mendapatkan pelayanan yang baik.

“Hari ini, juga kami upaya untuk evakuasi warga pendatang yang ada di Mamid, ke Karubaga, karena tiga hari lalu ada warga kita yang dipalang oleh KKB. Evak yang kami lakukan bagian dari upaya antisipasi,” bebernya

Ia pun mengharapkan agar situasi Kamtibmas di Wilayah Pegubin dapat kembali membaik sehingga warga pendatang bisa kembali ke Pegubin dengan rasa tenang dan nyaman. “Semoga saja  beberapa hari ke depan ini situasi aman, sehingga mereka bisa kembali ke Pegubin,” tandasnya.

Sementara itu Bupati Pegunungan Bintang,Spei Yan Bidana meminta masyarakat di Kota Oksibil agar tidak meninggalkan Oksibil setelah adanya gangguan Kambtibmas yang dimotori oleh sejumlah kelompok KKB belakangan ini. Dia menyebut, saat situasi keamanan dikota Oksibil sudah dikendalikan oleh pihak keamanan.

Baca Juga :  Dua Anggota KKB Sadis Dilumpuhkan

“Oksibil sudah dikendalikan oleh keamanan. Sehingga tidak bisa dikatakan eksodus atau mengungsi, hanya mengamankan diri ke pos TNI dan Polres Oksibil. Kita amggap sudah aman, jadi rakyat tetap tenang, kita berharap aktivitas tetap berjalan seperti biasa,”ujar bupati Spei Yan Bidana kepada wartawan di Sentani, Jumat (13/1).

Karena itu dia berharap, seluruh masyarakat tetap tenang dan kembali melaksanakan aktivitas seperti biasa. “Jadi saya harap dengan penyampaian saya ini, warga tenang dan bisa melakukan aktivitas seperti biasa di kota Oksibil,” harapnya.

Dia mengakui, gangguan Kambtibmas yang dilakukan oleh kelompok masyarakat yang bersebarangan NKRI diwilayah itu, belakangan ini memang sangat mengganggu rutinitas masyarakat dan pemerintah setempat. Terutama aksi teror tembak menembak, pembakaran fasilitas umum milik  pemerintah.” Tapi harap tenang supaya kota Oksibil itu kembali pulih seperti biasa,”imbuhnya.

Sementara itu, untuk meredam aksi brutal KKB tidak berlanjut,  Bupati Spei akan membangun komunikasi dengan mengedepankan pendekatan kekeluargaan dengan masyarakatnya yang berseberangan dengan NKRI.

“Itu nanti kami akan lakukan pendekatan keluarga setelah saya naik dulu, semua komponen akan bertemu dan pendekatan keluarga untuk mereka tidak boleh lakukan teror, intimidasi, melakukan pembakaran karena ini menyangkut kehidupan masyarakat umum,” ujarnya.

Untuk itu dia juga meminta agar kelompok kriminal bersenjata itu tidak lagi menebar kekerasan atau intimidasi di wilayah tersebut . “Jadi hentikan kekerasan yang dibuat oleh teman teman yang berhaluan ideologi berbeda dengan kita. Kita ajak supaya kembali dan kita bangun. Karena membakar fasilitas pendidikan berarti membuat generasi muda Papua dan seterusnya itu menjadi tidak pintar dan tidak ada masa depan,” pungkasnya. (roy/rel)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya