Friday, April 26, 2024
33.7 C
Jayapura

Masyarakat Adat Ingatkan Akar Budaya Jangan Tercerabut

Rudi Mebri ( FOTO : Gamel/Cepos )

JAYAPURA-Jelang hari masyarakat adat internasional yang jatuh pada tanggal 9 Agustus, sejumlah tokoh adat di Jayapura angkat suara. 

Dikatakan, ada banyak hak masyarakat adat yang hingga kini masih dikesampingkan dan ada cenderung dibutuhkan ketika moment tertentu. Hanya saja tak selalu menyoal tentang hak yang belum diberikan proporsional, ada juga koreksi ke dalam yang menyatakan saat ini banya sekali masyarakat adat yang mulai lupa akan jati dirinya. Apa yang menjadi kesulungan perlahan-lahan tercerabut. 

 Ketua LMA Port Numbay, George Awi  melihat bahwa saat ini masyarakat adat tidak mendapatkan apa yang semestinya diperoleh. Masyarakat adat cenderung hanya menjadi objek semata. “Hak mereka kadang dikesampingkan padahal dalam Undang-undang Otsus sudah memberikan perlindungan namun kenyataan belum diperhatikan secara baik,” ujar George Awi di Hotel Horison Kotaraja, Selasa (6/8). 

Baca Juga :  Diserang OTK, Empat Anggota TNI Tertembak

Ia mengakui bahwa selama ini keberadaan  masyarakat adat terkesan dikesampingkan. Contoh konkritnya seperti ada pembangunan yang dilakukan di atas lahan masyarakat adat, kebanyakan mereka yang mendiami lokasi tersebut tak diperhatikan. Kadang ada yang dibayar tapi tidak sesuai, molor dan ketika ada pemalangan baru muncul kalimat masyarakat adat tidak mendukung pembangunan. “Harusnya hal-hal semacam ini tak terjadi. Harus ada harmoni,” imbuhnya. 

Ketua Pemuda Adat Port Numbay, Rudi Mebri justru melihat bahwa saat ini banyak  tatanan yang perlahan tercerabut. “Tak ada yang membatasi masuknya penduduk baru dan pelan-pelan banyak tanah yang terlepas. Coba jangan memunculkan pikiran bahwa tanah ini jangan dijual sebab hak hidup hanya ada di situ, bukan pada barang lain dan ini yang masih sering terjadi, jual-jual tanah,” singkatnya. (ade/nat)

Baca Juga :  DPO Kasus Mutilasi Ditangkap

Rudi Mebri ( FOTO : Gamel/Cepos )

JAYAPURA-Jelang hari masyarakat adat internasional yang jatuh pada tanggal 9 Agustus, sejumlah tokoh adat di Jayapura angkat suara. 

Dikatakan, ada banyak hak masyarakat adat yang hingga kini masih dikesampingkan dan ada cenderung dibutuhkan ketika moment tertentu. Hanya saja tak selalu menyoal tentang hak yang belum diberikan proporsional, ada juga koreksi ke dalam yang menyatakan saat ini banya sekali masyarakat adat yang mulai lupa akan jati dirinya. Apa yang menjadi kesulungan perlahan-lahan tercerabut. 

 Ketua LMA Port Numbay, George Awi  melihat bahwa saat ini masyarakat adat tidak mendapatkan apa yang semestinya diperoleh. Masyarakat adat cenderung hanya menjadi objek semata. “Hak mereka kadang dikesampingkan padahal dalam Undang-undang Otsus sudah memberikan perlindungan namun kenyataan belum diperhatikan secara baik,” ujar George Awi di Hotel Horison Kotaraja, Selasa (6/8). 

Baca Juga :  Miris, Remaja 16 Tahun Ditemukan Tewas Gantung Diri

Ia mengakui bahwa selama ini keberadaan  masyarakat adat terkesan dikesampingkan. Contoh konkritnya seperti ada pembangunan yang dilakukan di atas lahan masyarakat adat, kebanyakan mereka yang mendiami lokasi tersebut tak diperhatikan. Kadang ada yang dibayar tapi tidak sesuai, molor dan ketika ada pemalangan baru muncul kalimat masyarakat adat tidak mendukung pembangunan. “Harusnya hal-hal semacam ini tak terjadi. Harus ada harmoni,” imbuhnya. 

Ketua Pemuda Adat Port Numbay, Rudi Mebri justru melihat bahwa saat ini banyak  tatanan yang perlahan tercerabut. “Tak ada yang membatasi masuknya penduduk baru dan pelan-pelan banyak tanah yang terlepas. Coba jangan memunculkan pikiran bahwa tanah ini jangan dijual sebab hak hidup hanya ada di situ, bukan pada barang lain dan ini yang masih sering terjadi, jual-jual tanah,” singkatnya. (ade/nat)

Baca Juga :  Istri Korban Tahu Rencana Pembunuhan

Berita Terbaru

Artikel Lainnya