Sunday, April 28, 2024
26.7 C
Jayapura

Wilayah Dengan Basis Kelompok Bersenjata jadi Ancaman saat Pemilu

Frits: Potensi Kerawanan Pemilu juga Diperkuat dengan KPU dan Bawaslu yang Minim Lakukan Sosialisasi ke Masyarakat.

JAYAPURA – Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia (HAM), menyebut wilayah yang memiliki basis kelompok sipil bersenjata di tanah Papua berpotensi menjadi ancaman di Pemilu mendatang.

Kepala Komnas HAM Papua, Frits Ramandey, mengatakan pemetaan Komnas HAM wilayah yang memiliki basis kelompok sipil bersenjata diantaranya Kabupaten Nduga, Pegunungan Bintang, Intan Jaya, Puncak, Puncak Jaya, Yahukimo, Lanny Jaya, Dogiyai, Paniai dan Maybrat.

“Daerah daerah tersebut kelompok sipil bersenjatanya sangat aktif, sehingga berpotensi adanya kelompok sipil bersenjata membuat ancaman keamanan Pemilu di daerah tersebut,” kata Frits kepada Cenderawasih Pos, Rabu (31/1).

Baca Juga :  Isu Penculikan Anak Kembali Picu Penyaniayan 4 Sopir di Yalimo

Namun lanjut Frits, daerah yang dengan jumlah penduduknya terbanyak berpotensi juga terjadi gesekan. Seperti Mimika, Wamena, Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Merauke, Sorong dan Manokowari.

 “Di wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak dan aktivitas kampanye berpolitik sangat masif berpotensi terjadi gesekan dan ini menjadi ancaman dan perlu diantisipasi saat Pemilu,” ujarnya.

Menurut Frits, potensi kerawanan Pemilu juga diperkuat dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) yang minim melakukan sosialisasi ke masyarakat.

“Sosialisasi KPU dan Bawaslu yang nyaris tidak berjalan secara maksimal sangat berpotensi mendistorsi pemilih. Sangat rawan terjadi komplain oleh pemilih maupun peserta Pemilu sendiri,” kata Frits.

Terkait dengan kerawanan Pemilu, Frits meyakini jika Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius D Fakhiri sudah memetakan daerah rawan konflik di Papua dan cara penanganan yang dilakukan aparat di lapangan.

Baca Juga :  Pangan Lokal Jadi Alternatif Sikapi Mahalnya Harga Beras 

“Kita harap Kapolda dapat menempatkan personel yang siaga satu minggu sebelum pelaksanaan Pemilu,” harapnya.

Frits juga berharap partai politik (Parpol) maupun individu memberi dukungan positif dengan tidak melakukan cipta kondisi terhadap proses Pemilu.

“Partai politik maupun individu Caleg dan sejenisnya berpotensi untuk melakukan cipta kondisi di daerah daerah tertentu, karena itu kami minta Parpol dan individu harus memahami Pemilu sebagai proses demokrasi,” kata Frits.

Frits: Potensi Kerawanan Pemilu juga Diperkuat dengan KPU dan Bawaslu yang Minim Lakukan Sosialisasi ke Masyarakat.

JAYAPURA – Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia (HAM), menyebut wilayah yang memiliki basis kelompok sipil bersenjata di tanah Papua berpotensi menjadi ancaman di Pemilu mendatang.

Kepala Komnas HAM Papua, Frits Ramandey, mengatakan pemetaan Komnas HAM wilayah yang memiliki basis kelompok sipil bersenjata diantaranya Kabupaten Nduga, Pegunungan Bintang, Intan Jaya, Puncak, Puncak Jaya, Yahukimo, Lanny Jaya, Dogiyai, Paniai dan Maybrat.

“Daerah daerah tersebut kelompok sipil bersenjatanya sangat aktif, sehingga berpotensi adanya kelompok sipil bersenjata membuat ancaman keamanan Pemilu di daerah tersebut,” kata Frits kepada Cenderawasih Pos, Rabu (31/1).

Baca Juga :  Sepanjang 2023 Sebanyak 37 Warga Sipil Tewas Karena KKB

Namun lanjut Frits, daerah yang dengan jumlah penduduknya terbanyak berpotensi juga terjadi gesekan. Seperti Mimika, Wamena, Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Merauke, Sorong dan Manokowari.

 “Di wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak dan aktivitas kampanye berpolitik sangat masif berpotensi terjadi gesekan dan ini menjadi ancaman dan perlu diantisipasi saat Pemilu,” ujarnya.

Menurut Frits, potensi kerawanan Pemilu juga diperkuat dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) yang minim melakukan sosialisasi ke masyarakat.

“Sosialisasi KPU dan Bawaslu yang nyaris tidak berjalan secara maksimal sangat berpotensi mendistorsi pemilih. Sangat rawan terjadi komplain oleh pemilih maupun peserta Pemilu sendiri,” kata Frits.

Terkait dengan kerawanan Pemilu, Frits meyakini jika Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius D Fakhiri sudah memetakan daerah rawan konflik di Papua dan cara penanganan yang dilakukan aparat di lapangan.

Baca Juga :  Tunggu Perangkatnya Ada, Baru ASN Akan Digeser ke DOB

“Kita harap Kapolda dapat menempatkan personel yang siaga satu minggu sebelum pelaksanaan Pemilu,” harapnya.

Frits juga berharap partai politik (Parpol) maupun individu memberi dukungan positif dengan tidak melakukan cipta kondisi terhadap proses Pemilu.

“Partai politik maupun individu Caleg dan sejenisnya berpotensi untuk melakukan cipta kondisi di daerah daerah tertentu, karena itu kami minta Parpol dan individu harus memahami Pemilu sebagai proses demokrasi,” kata Frits.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya