Saturday, March 15, 2025
25.7 C
Jayapura

13 Nelayan Asal Merauke Jalani Sidang Perdana di Moresby PNG

MERAUKE – Sebanyak 13 nelayan asal Kabupaten Merauke yang ditahan pihak otoritas PNG menjalani sidang perdana, Senin (26/9), kemarin.

   Kepala Badan Pengelolaan Perbatasan Kabupaten Merauke, Rekianus Samkakai, S.STP, MAP, saat ditemui media ini mengunkapkan, sesuai agenda yang diterima dari KBRI di Moresby PNG, 13 nelayan asal Kabupaten Merauke yang ditangkap otoritas PNG tersebut menjalani sidang perdana 26 September 2022.

   ‘’Kita minta dan harapkan keringanan hukuman bagi 13 warga negara kita yang sedang menjalani proses hukum di PNG tersebut,’’ katanya.

Para nelayan tersebut, jelas Rekianus Samkakai  menjelani sidang di Moresby, ibukota negara PNG. 

Rekianus Samkakai juga menjelaskan, dalam menghadapi proses hukum tersebut, ke-13 nelayan tersebut mendapat pendampingan hukum yang disiapkan pihak KBRI. Hal itu disampaikan Rekianus Samkakai  terkait dengan keraguan pihak keluarga yang merasa tidak ada pendampingan hukum terhadap 13 nelayan tersebut.

Baca Juga :  Ratusan Kendaraan Pemkab Merauke Siap Dilelang  Terbuka

    ‘’Kita terus ikut perkembangannya sampai putusan nanti. Kita berharap  dan meminta keringanan hukuman kepada mereka,’’ tandasnya.

    Diketahui ke-13 nelayan tersebut berasal dari KM KMN Arsila 77 dengan Nahkoda bernama Sarif Casiman (32) dengan 6 ABK masing-masing Laode Darsan(40), Riki Hemi Setiawan (38), Farid Sasole (31), Peli Puswakor (22), Joni (46), dan Ceno Jelaful (28).

Sementara untuk KMN Baraka Paris 21 dengan Nahkoda  Rohman (43), Joni (51) yang merupakan tukang masak, Amin Nurul Mustofo (21) bagian mesin dan 3 kru yakni Nuriadi (42), Beni Wasel (26) dan Fernando Tuwok (22).

Dengan proses hukum tersebut, sudah tercatat 25 nelayan asal Kabupaten Meraue menjalani proses hukum di PNG karena melanggar teritorial saat menangkap ikan. Sebelumnya, 12 nelayan juga ditangkap dan saat ini sedang menjani hukuman di PNG. Masing-masing nelayan dijatuhi hukuman 4 tahun penjara. 

Baca Juga :  Cegah Covid-19, Satgas Yonif 411 Kostrad Gandeng PMI

Sebagaimana diketahui, kedua kapal nelayan tersebut ditangkap tentara PNG Selasa (22/8) sekitar pukul 15.30 WIT, karena memasuki wilayah PNG untuk menangkap ikan. Kedua kapal ini masuk wilayah laut PNG bersama dengan KMN Calvin-02.

Namun saat melihat ada kapal patroli PNG, KMN Calvin-02 berusaha kabur sehingga tentara PNG memberondongnya dengan tembakan  peluru. Akibatnya, Nahkoda KMN  Calvin-02 bernama Sugeng meninggal dunia akibat kena peluru pada bagian kepala.

Sedangkan 8 ABK lainnya  berhasil selamat karena merundung dan bersembunyi di bagian mesin yang berada di bagian bawah kapal. (ulo/tho)

MERAUKE – Sebanyak 13 nelayan asal Kabupaten Merauke yang ditahan pihak otoritas PNG menjalani sidang perdana, Senin (26/9), kemarin.

   Kepala Badan Pengelolaan Perbatasan Kabupaten Merauke, Rekianus Samkakai, S.STP, MAP, saat ditemui media ini mengunkapkan, sesuai agenda yang diterima dari KBRI di Moresby PNG, 13 nelayan asal Kabupaten Merauke yang ditangkap otoritas PNG tersebut menjalani sidang perdana 26 September 2022.

   ‘’Kita minta dan harapkan keringanan hukuman bagi 13 warga negara kita yang sedang menjalani proses hukum di PNG tersebut,’’ katanya.

Para nelayan tersebut, jelas Rekianus Samkakai  menjelani sidang di Moresby, ibukota negara PNG. 

Rekianus Samkakai juga menjelaskan, dalam menghadapi proses hukum tersebut, ke-13 nelayan tersebut mendapat pendampingan hukum yang disiapkan pihak KBRI. Hal itu disampaikan Rekianus Samkakai  terkait dengan keraguan pihak keluarga yang merasa tidak ada pendampingan hukum terhadap 13 nelayan tersebut.

Baca Juga :  Pastikan Alsintan Berfungsi, Kementan Gelar Apel Siaga Brigade Pangan 

    ‘’Kita terus ikut perkembangannya sampai putusan nanti. Kita berharap  dan meminta keringanan hukuman kepada mereka,’’ tandasnya.

    Diketahui ke-13 nelayan tersebut berasal dari KM KMN Arsila 77 dengan Nahkoda bernama Sarif Casiman (32) dengan 6 ABK masing-masing Laode Darsan(40), Riki Hemi Setiawan (38), Farid Sasole (31), Peli Puswakor (22), Joni (46), dan Ceno Jelaful (28).

Sementara untuk KMN Baraka Paris 21 dengan Nahkoda  Rohman (43), Joni (51) yang merupakan tukang masak, Amin Nurul Mustofo (21) bagian mesin dan 3 kru yakni Nuriadi (42), Beni Wasel (26) dan Fernando Tuwok (22).

Dengan proses hukum tersebut, sudah tercatat 25 nelayan asal Kabupaten Meraue menjalani proses hukum di PNG karena melanggar teritorial saat menangkap ikan. Sebelumnya, 12 nelayan juga ditangkap dan saat ini sedang menjani hukuman di PNG. Masing-masing nelayan dijatuhi hukuman 4 tahun penjara. 

Baca Juga :  Di Muting, Banyak Ditemukan Gizi Buruk

Sebagaimana diketahui, kedua kapal nelayan tersebut ditangkap tentara PNG Selasa (22/8) sekitar pukul 15.30 WIT, karena memasuki wilayah PNG untuk menangkap ikan. Kedua kapal ini masuk wilayah laut PNG bersama dengan KMN Calvin-02.

Namun saat melihat ada kapal patroli PNG, KMN Calvin-02 berusaha kabur sehingga tentara PNG memberondongnya dengan tembakan  peluru. Akibatnya, Nahkoda KMN  Calvin-02 bernama Sugeng meninggal dunia akibat kena peluru pada bagian kepala.

Sedangkan 8 ABK lainnya  berhasil selamat karena merundung dan bersembunyi di bagian mesin yang berada di bagian bawah kapal. (ulo/tho)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya