MERAUKE – Hujan disertai angin kencang yang terjadi dalam beberapa hari beberapa wkatu lalu membuat sebagian padi petani di Merauke rebah. Akibat dari padi yang rebah tersebut membuat hasil tidak maksimal.
Selain karena padi yang rebah tersebut belum masak atau menguning juga sebagian besar terendam air sehingga cepat membusuk jika tidak segera dipanen. Meski belum waktunya panen, sebagian petani di Merauke berusaha menyelamatkan padinya yang sudah rebah tersebut dengan memanen lebih awal secara manual.
Yuniarti, salah satu petani dari Kampung Sidomulyo mengaku sebagian petani yang padinya rebah tersebut memanen meski sebenarnya belum waktunya secara manual.
‘’Dari pada sama sekali tidak dapat apa-apa, teman-teman yang padinya rebah mencoba menyelamatkan dengan memanen secara manual dengan menggunakan tenaga manusia,’’ kata Yuniarti, Kamis (28/03/2024).
Namun diakui Yuniarti bahwa padi yang sudah rebah sekalipun sudah masak tapi jika terendam banjir dipastikan tidak maksimal.
‘’Kalau tidak cepat dipanen maka akan tumbuh. Dan itu yang terjadi. Karena panennya dengan menggunakan tenaga manusia tentu butuh waktu lama. Kalau mesin tidak bisa lagi,’’ tandasnya.
Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan Kabupaten Merauke menyebut sekitar 30 persen dari luas tanam di area sentra pangan Merauke rebah akibat hujan disertai angin kencang beberapa waktu lalu. Luas tanam di areal sentra pangan Kabupaten Merauke meliputi Distrik Semangga, Tanah Miring, Kurik, Malind dan Merauke 25.000 hektar. Jika yang rebah sekitar 30 persen, maka diperkirakan sekitar 7.000 hektar padi di Merauke rebah.
Padahal dalam 2-3 tahun terakhir petani di Merauke mengalami gagal panen akibat El-Nino. Akibatnya, Merauke harus mendatangkan beras dari Makasar dan Surabaya sejak 2023 lalu untuk memenuhi kebutuhan di Merauke. (ulo)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos