Kapolda Papua mengatakan akan berkolaborasi dengan Satgas Damai Cartenz dan TNI untuk membantu penangkapan terhadap pelaku penyanderaan dan juga untuk menyelamatkan pilot Susi Air tersebut.
"Saya harap pemerintah Indonesia segera menunjuk negara luar sebagai mediator pembebasan Pilot Susi Air, ini langkah yang tepat kita bangun," ujar Thomas Ch. Syufi selaku Koordinator Papuan Observatory for Human Rights (POHR) saat ditemui wartawan di Kantor Pengadilan Negeri Jayapura, Selasa (13/6).
Terkait itu, pihaknya mengimbau kepada Egianus Kogoya dan semua pengikutnya supaya segera membebaskan pilot tersebut. Karena tidak ada gunanya ancaman itu termasuk menyandera pilot tersebut.
“Menurut saya, ancaman pembunuhan terhadap Pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens bukan solusi penyelesaian masalah dan jalan keluar untuk menentukan nasib sendiri. Justru akan membuat semua orang tidak simpati terhadap perjuangan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) untuk menentukan nasib sendiri jika sampai pilot ditembak mati,” bebernya.
Nikolaus memiliki keyakinan itu karena menurutnya tidak mudah menyelundupkan senjata dari luar negeri masuk ke Indonesia. “Kita punya keamanan, pemerintahan, kan tidak sembarangan (senjata ilegal) masuk ke negara kita. Tidak sembarang barang-barang ilegal (bisa masuk), pasti ada seleksi (pengawasan) yang baik,” kata Nikolaus.
"Apa pun taruhannya tidak boleh masuk dunia internasional ke situ," katanya saat menyampaikan arahan dalam Rapat Koordinasi Nasional Terkait Pemilu 2024 Bersama Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono dan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo di Jakarta, Senin (29/5) kemarin.
"Ya, operasi yang dilakukan tentu kita harus memperhitungkan jangan sampai terjadi korban, bagaimana (sandera) selamat, jadi tidak sistem dihabisi, dibumi hangus," kata Ma'ruf Amin di Jakarta, Jumat.
Karenanya ia menyatakan akan mengedepankan komunikasi yang baik. “Pembebasan pilot akan terus diupayakan dan dari sini kita akan belajar terutama mereka yang melakukan penyanderaan bahwa mereka harus belajar bahwa mereka melakukan satu tindakan yang menimbulkan banyak kerugian.
Yunus meminta siapapun itu untuk bisa membedakan sebab tidak semua memahami situasi politik di Papua. Pilot Philips hanya bekerja melayani dan juga memiliki keluarga, istri dan anak. Pilot ini diyakini tidak paham dengan situasi terkini Papua karena tugasnya lebih banyak hanya untuk pelayanan.
Menurut Theo, sudah mau empat bulan berjalannya waktu. Namun Philip Marthen masih berada di tangan TPNPB, sehingga itu. Harus ada komunikasi dengan TPNPB untuk pembebasan pilot asal Selandia Baru tersebut.