Pasca gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 4,9 yang mengagetkan warga yang tinggal di Kota Jayapura pada 2 Januari dini hari, seolah-olah gempa tidak berhenti. Tercatat sudah lebih dari seribu kali gempa terjadi, dimana sekitar seratusan diantaranya, getarannya dirasakan masyarakat.
Pekan kemarin Polresta Jayapura Kota berhasil meringkus satu pelaku curanmor kelas kakap di Jayapura. Namun jika dilihat dari rekam jejaknya, bisa juga ia disebut sebagai pelaku nomor satu dalam hal curanmor di kota ini. Bagaimana tidak ia sendiri lupa sudah berada unit kendaraan yang sudah dieksekusi sangking banyaknya.
Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) St. Fransiskus Asisi ini terletak di SPG Jl. Teruna Bhakti, Kelurahan Yabansai, Distrik Heram, Kota Jayapura, Provinsi Papua. Tepatnya di samping SMA YPPK Teruna Bakti Waena.
Prosesi sakral itu dimulai sejak pagi hari, sekira pukul 05.00 WIT. Sejumlah masyarakat adat mengantarkan Julianus Khambuyouge Kambu menuju tempat pengukuhan yang dilanjutkan dengan Ibadah pemberkatan yang dibawakan oleh Pendeta Hosea Wally, dengan dihadiri tokoh adat dan warga Kampung Waena.
Menurut Gobai, sampai saat ini beberapa hal penting misalnya system administrasi kependudukan untuk memberikan identitas penduduk Orang Asli Papua, administrasi kependudukan dan pencatatan sipil, belum secara utuh diatur di dalam Perdasi sebelumnya.
Bencana Gempa bumi yang terjadi di Kota Jayapura pada Kamis (9/2) lalu, membuat trauma warga dan kerugian materil juga banyak. Karena itu, dibuat Posko tenda penampungan warga di beberapa titik di Kota Jayapura. Lalu apa harapan warga kepada pemerintah?
Gempa bumi yang terus terjadi, memang menimbulkan keresahan bagi masyarakat di Kota Jayapura. Apalagi, bagi mereka yang bekerja atau tinggal di bangunan gedung berlantai. Tentu menjadi kekhawatiran lebih saat terjadi gempa. Seperti di pusat perbelanjaan maupun perhotelan.
Pasca merebaknya pandemi Covid-19, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memang banyak yang terdampak. Sebagian masih bertahan, namun sebagian juga terpaksa gulung tikar. Karena itu, pascar meredanya Covid-19 ini, upaya memberdayakan ekonomi masyarakat perlu untuk terus didorong guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
 Pemandangan ini memang sudah tidak asing lagi. Ada sejumlah spot atau tempat memancing yang dijadikan tempat nongkrong para pemburu ikan ini. Tak hanya orang tua, pemuda, remaja dan anak-anak juga biasa melakukan aktifitas memancing. Salah satunya untuk meelpas kepenatan atau stress dari rutinitas.
Pasca lahirnya Daerah Otonomi Baru maka secara otomatis banyak penganggaran yang mulai digeser – geser. Jika sebelumnya dana yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Papua bisa mengatur 28 kabupaten dengan 1 kota, namun dengan lahirnya tiga DOB ini, provinsi induk Papua hanya menangani 8 kabupaten dan 1 kota. Sisanya semua dimasukkan ke daerah otonomi baru.