Saturday, April 27, 2024
30.7 C
Jayapura

Kadang Ngaku Polisi, Tak Terhitung Jumlah Motor yang Dicuri

Mencermati Sepak Terjang Lois Toti, Residivis Curanmor Kelas Kakap

Jika berbicara soal para pelaku curanmor di Kota Jayapura, nama Lois Toti tak boleh ditinggalkan. Dari sekian banyak sindikat, bisa dibilang dialah sang master. Bagaimana tidak, ia sendiri lupa sudah berapa banyak motor yang dieksekusi.

Laporan: Abdel Gamel Naser – Jayapura

Pekan kemarin Polresta Jayapura Kota berhasil meringkus satu pelaku curanmor kelas kakap di Jayapura. Namun jika dilihat dari rekam jejaknya, bisa juga ia disebut sebagai pelaku nomor satu dalam hal curanmor di kota ini. Bagaimana tidak ia sendiri lupa sudah berada unit kendaraan yang sudah dieksekusi sangking banyaknya.

  Data pihak kepolisian sendiri menyebut hampir 100 unit motor yang berhasil dicuri. Pelaku tersebut adalah RT alias Lois Toti dan jika bicara kasus pencurian motor, siapa yang tak kenal Lois Toti. Pria berusia 40 tahun yang sudah “bekerja” sejak 11 tahun lalu  untuk motor – motor di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Keerom.

   Menariknya selama melakukan aksi ini ia tak bekerja secara tim layaknya pelaku sindikat yang lain. Lois Toti memilih menjadi pemain tunggal alias seorang diri. Dan pada 2 Januari lalu langkahnya kembali terhenti setelah berhasil diciduk Tim Resmob Numbay Polresta Jayapura Kota saat Lois Toti kedapatan mabuk di pinggir jalan ketika motor yang dibawanya rusak.

   Ia nampaknya merasa aman sehingga berani berkeliaran di seputaran kota sementara polisi masih terus memantau pergerakannya. “Sudah lama kami cari dan akhirnya tertangkap. Ia (Lois Toti) ditangkap di depan SMA Katada dan saat itu ia sedang dalam kondisi dipengaruhi miras,” kata Kapolresta Jayapura Kota, Kombes Pol Victor Mackbon kepada wartawan pekan kemarin.

  Lois Toti mengaku sudah melakukan aksi pencurian motor sejak tahun 2012 lalu dan dialah pemain paling tajir dalam hal jumlah motor yang berhasil dicuri. Polisi menyebut hampir 100 motor yang jadi korban.  “Di Polresta sendiri ada 19  unit yang kami tangani dan ada juga korban yang mungkin belum melapor,”  jelas Victor Mackbon.

  Data ini cukup berbanding lurus dengan track record Lois Toti yang sudah 10 kali keluar masuk Lapas Abepura dengan catatan serupa yakni pencurian motor.

Dari kasus kesekian kalinya ini menurut Kapolres pihaknya masih mengkaji apakah residivis kambuhan seperti Lois Toti ini layak untuk dipenjara di luar Papua dengan status lapas maximum security, mengingat dalam kurun waktu 11 tahun ia memiliki catatan 10 kali keluar masuk Lapas. Artinya setiap tahun setelah dilepas ia dipastikan mengulang kembali perbuatannya.

Baca Juga :  Ada yang Sudah Jadi Gudang, Ada yang Masih Difungsikan Tapi Blower Rusak   

   Sementara pasal yang dikenakan paling tidak pasal 363 KUHP terkait pencurian dengan pemberatan dengan  ancaman hukuman maksimal 7 tahun atau pasal 372 tentang penggelapan dengan ancaman pidana empat tahun. “Nanti kami kaji lagi,” kata Kapolres Mackbon.

   Informasi lain menyebut bahwa Lois Toti tidak bisa berlama-lama ditahan karena memiliki penyakit menular, namun ini dibantah langsung oleh yang bersangkutan. “Tidak, tidak ada penyakit  itu,” akunya.

   Pria yang berdomisili di Arso ini memang terlihat lebih putih dan pucat, namun ini dikarenakan ia sejak Januari sudah ditahan di Polresta. Lalu dalam pengakuan sang Lois Toti ia mengaku  sejatinya sudah tak ingin lagi melakukan pencurian motor.

   Ia bahkan tengah berupaya mencari pekerjaan yang lebih baik. Hanya saja terkadang dorongan adanya pesanan inilah yang membuat ia kembali turun gunung menjawab permintaan pemesan. “Saya ingin meninggalkan pekerjaan ini, tapi kadang teman – teman ada yang pesan akhirnya saya cari  lagi,” akunya dihadapan polisi.

   Lois Toti sendiri beralasan cukup enak menjadi pelaku curanmor, lantaran  pekerjaan ini tidak terlalu susah dan bisa menghasilkan uang besar dalam waktu singkat. Dalam aksinya ada beberapa modus yang dilakukan. Mulai dari mencari motor yang kuncinya masih tergantung maupun melakukan tipu daya kepada korbannya. Lois Toti juga tak segan – segan mengaku sebagai anggota polisi dan menggiring korbannya ke kantor polisi.

   Biasanya  ia mencari calon korban yang masih muda yang  dirasa mudah untuk mempercayai omongannya. Lois Toti juga dikenal dengan pelaku kejahatan yang bermulut manis. Ada beberapa korban mengaku percaya dari apa yang disampaikan pria kelahiran Sarmi tersebut.  Seperti diceritakan satu korban bernama Amandus yang kesehariannya bekerja sebagai tukang ojek di Sentani.

   Ceritanya, November 2021 ia saat itu ia tengah membawa banyak barang dagangan online milik sang istri. Dalam perjalanan ia  berpapasan dengan Lois Toti tepatnya di depan Yonif 751/Raider. Kemudian pelaku meminta diantar ke arah Kantor Bupati di Gunung Merah. Sesampainya di lokasi, Lois Toti berpura – pura meminjam Hp untuk menelepon rekannya di gunung merah. Dan disitu korban menyerahkan Hp nya.

Baca Juga :  Tak Hanya Fokus Belajar Akademik, Tapi juga Belajar Etika dan Tanggung jawab

   Tak lama ia keluar dan meminta diantar ke arah Sentani. Dalam perjalanan ia meminta  untuk dia  yang membawa motor, karena merasa korban terlalu pelan dan disini korban mengikuti perintah tersebut. Sesampainya di pertigaan Jl Genyem ia berputar arah karena mengatakan ada surat yang tertinggal. Dan saat berada di jalan satu arah tak jauh dari asrama Lanud, ia meminta korban turun karena ia hendak mengambil barang.

   Di situ korban turun dan hanya melihat Lois Toti pergi menjauh. “Saya seperti tidak bisa apa – apa dan hanya melihat saja. Tidak lama saya merasa ada yang tidak beres kemudian saya cek ke jalan lorong yang dimasuki dan warga mengatakan bahwa dia (Lois Toti) hanya masuk sebentar kemudian keluar,” beber Amandus. Korban sendiri akhirnya pulang dan disitu ia justru diomeli sang istri karena kehilangan barang jualan plus motor.

   “Saya tidak bisa apa – apa lagi saat itu,” ceritanya.

  Lalu ada juga aksi Lois Toti yang mengaku sebagai anggota polisi yang langsung memberhentikan motor lain dan mengatakan motor tersebut bermasalah hukum  jadi harus dibawa ke kantor polisi. Korban yang bingung dan kaget kebanyakan hanya menurut saja. Akan tetapi belum sampai di kantor polisi Lois Toti biasa meminta korban turun dan menunggu di sekitar kantor polisi dan motor tersebut ia sendiri yang bawa.

   Nah di situlah motor berpindah tangan selamanya. Sementara untuk barang hasil curian Lois Toti kebanyakan motor yang dijadikan target adalah Honda Beat Street. Lois Toti mengaku memilih jenis ini karena lebih mudah untuk memasarkan. Untuk 1 unit motornya biasa dijual murah antara Rp 3 hingga Rp 4 juta tergantung kondisi dan biasa yang membeli adalah warga di wilayah Arso maupun di Jayapura.

  “Jika motornya di dapat di Sentani biasa dijual ke Arso atau Kota Jayapura, begitu sebaliknya,” kata Kapolresta.  Saat ini kata Kapolresta tim penyidik tengah mendalami motor – motor yang  dicuri Lois Toti termasuk meminta warga yang merasa kehilangan motor untuk mengecek atau membuat laporan. “Warga bisa melapor atau mengecek lagi ke Polres,” imbau Mackbon. (*/tri)

Mencermati Sepak Terjang Lois Toti, Residivis Curanmor Kelas Kakap

Jika berbicara soal para pelaku curanmor di Kota Jayapura, nama Lois Toti tak boleh ditinggalkan. Dari sekian banyak sindikat, bisa dibilang dialah sang master. Bagaimana tidak, ia sendiri lupa sudah berapa banyak motor yang dieksekusi.

Laporan: Abdel Gamel Naser – Jayapura

Pekan kemarin Polresta Jayapura Kota berhasil meringkus satu pelaku curanmor kelas kakap di Jayapura. Namun jika dilihat dari rekam jejaknya, bisa juga ia disebut sebagai pelaku nomor satu dalam hal curanmor di kota ini. Bagaimana tidak ia sendiri lupa sudah berada unit kendaraan yang sudah dieksekusi sangking banyaknya.

  Data pihak kepolisian sendiri menyebut hampir 100 unit motor yang berhasil dicuri. Pelaku tersebut adalah RT alias Lois Toti dan jika bicara kasus pencurian motor, siapa yang tak kenal Lois Toti. Pria berusia 40 tahun yang sudah “bekerja” sejak 11 tahun lalu  untuk motor – motor di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Keerom.

   Menariknya selama melakukan aksi ini ia tak bekerja secara tim layaknya pelaku sindikat yang lain. Lois Toti memilih menjadi pemain tunggal alias seorang diri. Dan pada 2 Januari lalu langkahnya kembali terhenti setelah berhasil diciduk Tim Resmob Numbay Polresta Jayapura Kota saat Lois Toti kedapatan mabuk di pinggir jalan ketika motor yang dibawanya rusak.

   Ia nampaknya merasa aman sehingga berani berkeliaran di seputaran kota sementara polisi masih terus memantau pergerakannya. “Sudah lama kami cari dan akhirnya tertangkap. Ia (Lois Toti) ditangkap di depan SMA Katada dan saat itu ia sedang dalam kondisi dipengaruhi miras,” kata Kapolresta Jayapura Kota, Kombes Pol Victor Mackbon kepada wartawan pekan kemarin.

  Lois Toti mengaku sudah melakukan aksi pencurian motor sejak tahun 2012 lalu dan dialah pemain paling tajir dalam hal jumlah motor yang berhasil dicuri. Polisi menyebut hampir 100 motor yang jadi korban.  “Di Polresta sendiri ada 19  unit yang kami tangani dan ada juga korban yang mungkin belum melapor,”  jelas Victor Mackbon.

  Data ini cukup berbanding lurus dengan track record Lois Toti yang sudah 10 kali keluar masuk Lapas Abepura dengan catatan serupa yakni pencurian motor.

Dari kasus kesekian kalinya ini menurut Kapolres pihaknya masih mengkaji apakah residivis kambuhan seperti Lois Toti ini layak untuk dipenjara di luar Papua dengan status lapas maximum security, mengingat dalam kurun waktu 11 tahun ia memiliki catatan 10 kali keluar masuk Lapas. Artinya setiap tahun setelah dilepas ia dipastikan mengulang kembali perbuatannya.

Baca Juga :  Polisi Masih Lidik 2 Kasus Curanmor 

   Sementara pasal yang dikenakan paling tidak pasal 363 KUHP terkait pencurian dengan pemberatan dengan  ancaman hukuman maksimal 7 tahun atau pasal 372 tentang penggelapan dengan ancaman pidana empat tahun. “Nanti kami kaji lagi,” kata Kapolres Mackbon.

   Informasi lain menyebut bahwa Lois Toti tidak bisa berlama-lama ditahan karena memiliki penyakit menular, namun ini dibantah langsung oleh yang bersangkutan. “Tidak, tidak ada penyakit  itu,” akunya.

   Pria yang berdomisili di Arso ini memang terlihat lebih putih dan pucat, namun ini dikarenakan ia sejak Januari sudah ditahan di Polresta. Lalu dalam pengakuan sang Lois Toti ia mengaku  sejatinya sudah tak ingin lagi melakukan pencurian motor.

   Ia bahkan tengah berupaya mencari pekerjaan yang lebih baik. Hanya saja terkadang dorongan adanya pesanan inilah yang membuat ia kembali turun gunung menjawab permintaan pemesan. “Saya ingin meninggalkan pekerjaan ini, tapi kadang teman – teman ada yang pesan akhirnya saya cari  lagi,” akunya dihadapan polisi.

   Lois Toti sendiri beralasan cukup enak menjadi pelaku curanmor, lantaran  pekerjaan ini tidak terlalu susah dan bisa menghasilkan uang besar dalam waktu singkat. Dalam aksinya ada beberapa modus yang dilakukan. Mulai dari mencari motor yang kuncinya masih tergantung maupun melakukan tipu daya kepada korbannya. Lois Toti juga tak segan – segan mengaku sebagai anggota polisi dan menggiring korbannya ke kantor polisi.

   Biasanya  ia mencari calon korban yang masih muda yang  dirasa mudah untuk mempercayai omongannya. Lois Toti juga dikenal dengan pelaku kejahatan yang bermulut manis. Ada beberapa korban mengaku percaya dari apa yang disampaikan pria kelahiran Sarmi tersebut.  Seperti diceritakan satu korban bernama Amandus yang kesehariannya bekerja sebagai tukang ojek di Sentani.

   Ceritanya, November 2021 ia saat itu ia tengah membawa banyak barang dagangan online milik sang istri. Dalam perjalanan ia  berpapasan dengan Lois Toti tepatnya di depan Yonif 751/Raider. Kemudian pelaku meminta diantar ke arah Kantor Bupati di Gunung Merah. Sesampainya di lokasi, Lois Toti berpura – pura meminjam Hp untuk menelepon rekannya di gunung merah. Dan disitu korban menyerahkan Hp nya.

Baca Juga :  Ada yang Sudah Jadi Gudang, Ada yang Masih Difungsikan Tapi Blower Rusak   

   Tak lama ia keluar dan meminta diantar ke arah Sentani. Dalam perjalanan ia meminta  untuk dia  yang membawa motor, karena merasa korban terlalu pelan dan disini korban mengikuti perintah tersebut. Sesampainya di pertigaan Jl Genyem ia berputar arah karena mengatakan ada surat yang tertinggal. Dan saat berada di jalan satu arah tak jauh dari asrama Lanud, ia meminta korban turun karena ia hendak mengambil barang.

   Di situ korban turun dan hanya melihat Lois Toti pergi menjauh. “Saya seperti tidak bisa apa – apa dan hanya melihat saja. Tidak lama saya merasa ada yang tidak beres kemudian saya cek ke jalan lorong yang dimasuki dan warga mengatakan bahwa dia (Lois Toti) hanya masuk sebentar kemudian keluar,” beber Amandus. Korban sendiri akhirnya pulang dan disitu ia justru diomeli sang istri karena kehilangan barang jualan plus motor.

   “Saya tidak bisa apa – apa lagi saat itu,” ceritanya.

  Lalu ada juga aksi Lois Toti yang mengaku sebagai anggota polisi yang langsung memberhentikan motor lain dan mengatakan motor tersebut bermasalah hukum  jadi harus dibawa ke kantor polisi. Korban yang bingung dan kaget kebanyakan hanya menurut saja. Akan tetapi belum sampai di kantor polisi Lois Toti biasa meminta korban turun dan menunggu di sekitar kantor polisi dan motor tersebut ia sendiri yang bawa.

   Nah di situlah motor berpindah tangan selamanya. Sementara untuk barang hasil curian Lois Toti kebanyakan motor yang dijadikan target adalah Honda Beat Street. Lois Toti mengaku memilih jenis ini karena lebih mudah untuk memasarkan. Untuk 1 unit motornya biasa dijual murah antara Rp 3 hingga Rp 4 juta tergantung kondisi dan biasa yang membeli adalah warga di wilayah Arso maupun di Jayapura.

  “Jika motornya di dapat di Sentani biasa dijual ke Arso atau Kota Jayapura, begitu sebaliknya,” kata Kapolresta.  Saat ini kata Kapolresta tim penyidik tengah mendalami motor – motor yang  dicuri Lois Toti termasuk meminta warga yang merasa kehilangan motor untuk mengecek atau membuat laporan. “Warga bisa melapor atau mengecek lagi ke Polres,” imbau Mackbon. (*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya