JAYAPURA-Setelah dua hari memilih berada di dalam tenda darurat akibat gempa susulan yang masih terjadi hingga Jumat (6/1) kemarin. Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura, akhirnya kembali masuk ke ruangan Jumat kemarin.
Wakil Direktur RSUD Dok II dr Andreas Pekey, Sp.PD menyebut bahwa para pasien tersebut yang meminta pindah sendiri. “Gempa sudah berkurang sehingga mereka mulai masuk ke ruangan,” kata dr Andreas melalui pesan WhatsApnya, Jumat (6/1).
Disampaikan tenda tenda sebelumnya disiapkan untuk evakuasi pasien dan keluarga yang benar benar panik dan juga evakuasi pasien yang gedung perawatan retak. “Tidak semua pasien di tenda melainkan hanya 20%. Pasien anak dan ginekologi lain masih di dalam gedung perawatan dengan tetap waspada,” ucapnya.
Menurut dr Andreas, hingga kini pelayanan di RSUD Dok II berjalan seperti biasa dengan tetap waspada kendati gempa susulan yang masih terjadi. “Pelayanan di RSUD Dok II tetap berjalan seperti biasa, semua petugas sudah ikut mengedukasi pasien dan keluarga untuk melakukan evakuasi pasien jika ada gempa,” ucapnya.
Dikatakan, saat gempa petugas RS punya tugas tambahan, yakni menyelamatkan diri, menyelamatkan pasien dan keluarga, membantu korban jika terjadi bencana sambil berdoa semoga keluarga di rumah baik baik saja. Dokter Andreas juga menyebut bahwa Kemensos RI melalui Benhur Tomi Mano membantu dua buah tenda dan beberapa karton makanan untuk membantu petugas medis.
Sementara itu, Debora salah satu orang tua pasien mengaku masih merasa cemas untuk kembali ke ruangan setelah Selasa (3/1) malam, ia membawa anaknya keluar dari ruang anak lantaran gempa yang dirasakan. “Panik karena goyangan gempa agak lama, saya keluar dari ruangan langsung mendorong anak saya yang sedang tertidur di tempat tidur rumah sakit saat itu,” kata Debora kepada Cenderawasih Pos.
Debora mengaku hingga kini masih trauma, pasalnya ia pernah menjadi korban gempa di Nabire beberapa tahun silam. Ia pun mengaku butuh trauma healing akibat gempa susulan yang masih terus terjadi hingga kini.
“Kalau tidur dalam ruangan tidak bisa, merasa tidak tenang, takutnya ada gempa susulan,” kata Debora.
Kendati demikian, kata Debora, tenaga medis selalu melakukan kontrol terhadap kondisi pasien yang berada di tenda yang berada di depan RSUD.
Sementara itu, warga lainnya Falen mengaku tidak membutuhkan trauma healing. Sebab, gempa susulannya tidak terlalu kuat. “Belum terlalu butuh trauma healing karena gempanya juga tidak terlalu besar,” ungkapnya. (fia/tri)