Sunday, November 24, 2024
25.7 C
Jayapura

Obat Suntik Malaria Kosong

dr Andreas Pekey, Sp.PD: Kami Takutkan Jika ada Pasien Dalam Kondisi Serius

JAYAPURA – Meski kasus penyakit malaria di Kota Jayapura tergolong stabil,  namun stok obat malaria mulai menjadi kendala. Pasalnya tidak hanya dinyatakan secara nasional stok obat malaria habis, tetapi stok obat malaria, khususnya obat suntik di RS juga mulai menipis.

  Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Jayapura, dr. Andreas Pekey,SpPD mengaku secara umum obat malaria suntikan di RSUD Jayapura kosong. Bahkan pihaknya juga sudah berkoordinasi untuk penyediaan obat malaria suntik,  tetapi kondisi yang terjadi secara nasional juga mempengaruhi ketersediaan obat malaria di Papua, khususnya di Jayapura.

Baca Juga :  Pemilihan Rektor Uncen Diagendakan  7 September   

  “Harusnya pemerintah pusat tidak membiarkan stok obat malaria sampai kosong, mereka kan tahu di Papua, malaria merupakan penyakit endemi, jadi kebutuhan obat malaria di Papua harus selalu ada,” katanya kepada Cenderawasih Pos, Senin (4/7) kemarin.

  Dikuinya, bukan hanya obat suntik saja, untuk obat tablet juga sebenarnya sudah kosong, tetapi pihaknya sudah meminta kepada Kimia Farma untuk menyediakan obat malaria tablet bagi RSUD Jayapura.

  “Kami sudah berkoordinasi dengan Kimia Farma, tetapi sampai saat ini belum ada kepastian, yang jelas kami mengimbau bagi masyarakat khususnya mereka yang baru datang ke Papua agar dapat mengambil langkah-langkah pencegahan malaria,” tambahnya.

  Dengan demikian, menurut dr. Pikey pencegahan dilakukan agar terhindar dari sakit malaria, baik menggunakan kelambu, tutup tempat penampungan air dengan rapat, perbanyak makan dan jaga kebersihan.

Baca Juga :  118 Lulusan STIH Umel Mandiri Diwisuda

  “Saat ini yang kami takutkan kalau sampai ada pasien yang gawat, dalam hal ini tidak bisa minum obat malaria, secara otomatis harus disuntik, sementara obat suntik kami habis, pastinya penanganan pasien bisa terganggu,” tambahnya.

  Andreas berharap, agar kedepannya Pemerintah Pusat dapat menyediakan obat malaria untuk kebutuhan di Papua, jangan sampai kosong dalam waktu lama. (ana/tri)

dr Andreas Pekey, Sp.PD: Kami Takutkan Jika ada Pasien Dalam Kondisi Serius

JAYAPURA – Meski kasus penyakit malaria di Kota Jayapura tergolong stabil,  namun stok obat malaria mulai menjadi kendala. Pasalnya tidak hanya dinyatakan secara nasional stok obat malaria habis, tetapi stok obat malaria, khususnya obat suntik di RS juga mulai menipis.

  Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Jayapura, dr. Andreas Pekey,SpPD mengaku secara umum obat malaria suntikan di RSUD Jayapura kosong. Bahkan pihaknya juga sudah berkoordinasi untuk penyediaan obat malaria suntik,  tetapi kondisi yang terjadi secara nasional juga mempengaruhi ketersediaan obat malaria di Papua, khususnya di Jayapura.

Baca Juga :  Berulang Kali Ditindak, Penjual Miras Masih Marak

  “Harusnya pemerintah pusat tidak membiarkan stok obat malaria sampai kosong, mereka kan tahu di Papua, malaria merupakan penyakit endemi, jadi kebutuhan obat malaria di Papua harus selalu ada,” katanya kepada Cenderawasih Pos, Senin (4/7) kemarin.

  Dikuinya, bukan hanya obat suntik saja, untuk obat tablet juga sebenarnya sudah kosong, tetapi pihaknya sudah meminta kepada Kimia Farma untuk menyediakan obat malaria tablet bagi RSUD Jayapura.

  “Kami sudah berkoordinasi dengan Kimia Farma, tetapi sampai saat ini belum ada kepastian, yang jelas kami mengimbau bagi masyarakat khususnya mereka yang baru datang ke Papua agar dapat mengambil langkah-langkah pencegahan malaria,” tambahnya.

  Dengan demikian, menurut dr. Pikey pencegahan dilakukan agar terhindar dari sakit malaria, baik menggunakan kelambu, tutup tempat penampungan air dengan rapat, perbanyak makan dan jaga kebersihan.

Baca Juga :  Pastikan Harga Stabil, Pj. Gubernur Sidak ke Pasar dan Retail Modern

  “Saat ini yang kami takutkan kalau sampai ada pasien yang gawat, dalam hal ini tidak bisa minum obat malaria, secara otomatis harus disuntik, sementara obat suntik kami habis, pastinya penanganan pasien bisa terganggu,” tambahnya.

  Andreas berharap, agar kedepannya Pemerintah Pusat dapat menyediakan obat malaria untuk kebutuhan di Papua, jangan sampai kosong dalam waktu lama. (ana/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya