
*Pemkab Merauke Akan Beli Beras Petani 10.000 Ton
MERAUKE- Ribuan petani di Merauke turun ke kota menggelar aksi demo damai, Senin (28/9).
Aksi demo damai yang digelar petani tersebut terkait dengan hasil panen petani yang tidak terserap oleh bulog sejak akhir bulan Juli 2020 lalu.
Ini karena kebijakan dari Perum Bulog Pusat tidak lagi membeli beras tapi dalam bentuk gabah kering. Sementara petani di Merauke tidak mau menjual gabah ke Bulog dengan alasan rugi.
Para petani ini turun ke kota rusa untuk menggelar demo menggunakan puluhan kendaraan baik truk maupun mobil pribadi. Mereka membawa sebuah keranda yang ditutup kain putih dan terdapat tulisan Petani Berduka. Selain keranda, mereka juga membawa puluhan spanduk dan pamlet.
Aksi demo damai itu diawali dengan mendatangi kantor Perum Bulog Sub Divre Merauke, selanjutnya ke Kantor DPRD Merauke dan terakhir di kantor Bupati Merauke.
Di kantor Bulog Merauke, perwakilan dari petani tersebut menggelar orasi serta membacakan 8 tuntutan yang ditujukan baik kepada pemerintah dan DPRD Kabupaten Merauke, pemerintah provinsi, presiden, Kabulog Pusat, Menteri Perhubungan dan Menteri Perdagangan.
Kabulog Sub Divre Merauke, Djabiuruddin yang menerima para petani mengaku hanya sebagai pelaksana di Merauke. Oleh sebab itu, pihaknya tidak bisa merngambil kebijakan pembelian beras, apabila belum ada surat keputusan dari Direktur Utama Bulog.
“Kami sifatnya menunggu saja. Karena di sini kami hanya sebagai pelaksana, bukan pengambil keputusan atau kebijakan. Kalau sudah ada keputusan, kami akan membuka kran pembelian sebesar-besarnya,” jelasnya di hadapan para petani.
Namun dengan adanya aksi tersebut, pihaknya akan kembali meminta kepada Direktur Utama Perum Bulog, agar di Merauke bisa kembali dilakukan pembelian beras.
Sementara itu, Ketua Aliansi Petani Merauke, Dino mengaku petani saat ini dihadapkan dengan masalah kredit perbankan, sementara hasil panen petani tidak dapat terserap.
Menurutnya, hasil panen petani di Merauke yang terserap oleh Bulog tahun 2020 baru sekira 12.000 ton dari target 24.100 ton. “Karena sejak Juli, Bulog sudah hentikan pembelian beras,’’ terangnya.
Setelah menggelar aksi di depan kantor Bulog Sub Divre Merauke, petani langsung bergeser ke gedung DPRD Merauke. Di tempat wakil rakyat ini, petani merasa kecewa karena tak satupun anggota dewan yang menemui mereka. Dengan alasan seluruh anggota dewan saat ini sedang menuju Jayapura untuk evaluasi APBD Perubahan.
Selanjutnya, para petani melanjutkan aksinya di kantor bupati Merauke. Di sini mereka diterima Wakil Bupati Merauke Sularso, SE.
Meski sempat hujan, para pendemo tetap bertahan. Mereka ingin mendengarkan langsung ada keputusan konkrit yang diberikan pemerintah daerah terkait dengan kondisi yang dialami petani sekarang ini.
Terkait aspirasi para petani ini, Pemkab Merauke menyatakan akan membeli beras petani sebanyak 10.000 ton. Rencana pembelian 10.000 ton beras petani ini disampaikan wakil bupati Merauke Sularso, SE menjawab para pendemo yang meminta adanya aksi nyata dari pemerintah daerah untuk membantu petani yang saat ini mengalami kesusahan.
Meskipun demikian, Wabup Sularso sempat terpancing saat salah seorang secara spontan berteriak. “Kami mau dengar apakah pemerintah daerah bisa beli beras kami hari ini. Kami ingin jawabannya sekarang,” teriak seorang pendemo.
Menjawab hal tersebut, Wabup Sularso dengan nada keras pula menjawab tidak bisa. “Kalau bapak-bapak mau jawabannya sekarang, hari ini tidak bisa dibeli. Itu jawaban saya. Saya minta waktu untuk bisa menjawab bapak-bapak. Tapi kalau sekarang tidak bisa. Kalau jumlahnya hanya 10 ton, saya bisa beli sendiri. Tapi jumlahnya berapa sebenarnya yang bisa kami pemerintah beli,” kata Wabup Sularso yang dijawab salah seorang petani 10.000 ton.
Wabup Sularso kemudian meminta waktu 3 hari untuk memberi jawaban. “Saya akan bicara dengan Kabulog dengan badan usaha daerah kita. Beri waktu kepada saya untuk mejawab. Kalau hari ini, saya tidak bisa menjawab sendiri. Karena saya harus tahu kemampuan keuangan daerah dan kemitraan. Jadi beri waktu saya 3 hari untuk menjawab,” kata Sularso yang dibalas petani petani dengan megatakan oke.
Usai menerima aspirasi petani, kepada wartawan Wabup Sularso menjelaskan bahwa 10.000 ton beras yang tersedia di tingkat petani saat ini hanya sebuah asumsi. Sebab pihaknya juga memiliki data.
Menurut Wabup Sularso, dirinya meminta 3 hari untuk membahas masalah ini. “Nanti setelah 3 hari baru kita lihat. Karena yang mereka sampaikan 10.000 ton itu belum tentu ada. Kalaupun ada, kita akan upayakan ambil. Karena sebelum saya ke sini, saya juga ditelpon oleh mitra, orang swasta dan dari Kemenhan akan melakukan pembelian beras. Kalau memang sesuai dengan standar kualitas saya pikir tidak ada masalah,” tuturnya.
Ditambahkan, setiap tahun rata-rata produksi beras di Merauke sekira 140.000 ton. Untuk Kebutuhan Kabupaten Merauke, Boven Digoel, Asmat dan Mappi hampir sekitar 70.000 ton. Sehingga sisanya sekira 70.000 ton diserap oleh swasta dan pemerintrah kabupaten lainnya.
“Data saya hari ini, kelebihan beras kita hanya sekira 40.000 ton. Namanya penyampaian aspirasi, mereka juga belum tentu punya data yang pas,” tutupnya. (ulo/nat)