Saturday, April 27, 2024
30.7 C
Jayapura

Diperkirakan 30 Persen Padi Petani di Merauke Rebah

MERAUKEMusim hujan disertai angin kencang yang terjadi selama 1 minggu di Merauke beberapa hari lalu, tidak  hanya membuat ratusan warga dari pesisir pantai diungsikan ke GOR karena adanya banjir, namun juga berdampak kepada kepada petani. Pasalnya, hujan yang disertai dengan angin kencang tersebut membuat padi petani yang sudah mulai berbuah itu rebah, sehingga sebagian dari padi yang sudah rebah itu bisa gagal panen.

    ‘’Ada sekitar 30 persen dari luas tanam pada musim tanam rendengan tahun ini yang diperkirakan rebah akibat cuaca disertai angin kencang tersebut,’’ kata Kabid Tanaman Pangan, Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan Kabupaten Merauke Agustinus Yoga Prihanto, ketika ditemui media ini, di Merauke Senin (25/03/2024).

  Agustinus Yoga menjelaskan bahwa luas tanam di sentra-sentra pertanian pada musim tanam  rendengan tahun ini sebanyak 25.000 hektar. Jika dikalikan dengan 30 persen yang rebah tersebut maka diperkirakan sekitar 7.000 hektar lahan padi yang rusak akibat rebah. ‘’Rata-rata yang rebah itu adalah padi yang bulirnya berisi padat,’’ katanya.

Baca Juga :  Sambut Desember Penuh Kasih, Satgas Tamalatea Rias Pos

Agustinus Yoga menjelaskan, padi yang sudah rebah tersebut ada yang masih bisa diselamatkan, namun ada juga yang tidak bisa diselamatkan lagi. Apalagi kalau padi tersebut sudah rebah, kena banjir lagi beberapa hari tentu sudah rusak. ‘’Kalau padinya sudah masak atau menguning bisa dipanen saja, tapi kalau masih hijau tentu kalau dipaksa dipanen hasilnya nanti pasti sebagian besar akan menjadi menir,’’ terangnya.

Kendati demikian,  Agustinus Yoga mengaku bahwa dari pantuan di lapangan, produktivitas hasil panen rendengan kali ini cukup rendah. Karena banyak bulir padi yang ternyata tidak terisi. ‘’Terlihat banyak yang kosong. Bulirnya jarang. Satu dua saja yang bagus,’’ terangnya.

Baca Juga :  Pastikan Proses Belajar Mengajar di 7 SD  Kembali Normal 

Penyebab turunnya  produktivitas pada bulir pada tersebut, selain karena maslaah pupuk juga  karena menyangkut bibit yang ditanam petani.Banyak petani  yang menanam bibit  yang sudah berulang-ulang ditanam. Ini terjadi karena bibit yang disiapkan oleh Balai Bibit di Merauke di penangkaran banyak yang gagal.   

‘’Nanti untuk tanam gadu ini baru mulai normal lagi, karena kita mulai panen sekitar bulan April sampai Merauke. Lalu sertifikasi. Jadid kemungkinan Mei-Juni baru bisa mulai tanam dengan bibit yang sudah disetifikasi,’’’pungkasnya. (ulo)       

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

MERAUKEMusim hujan disertai angin kencang yang terjadi selama 1 minggu di Merauke beberapa hari lalu, tidak  hanya membuat ratusan warga dari pesisir pantai diungsikan ke GOR karena adanya banjir, namun juga berdampak kepada kepada petani. Pasalnya, hujan yang disertai dengan angin kencang tersebut membuat padi petani yang sudah mulai berbuah itu rebah, sehingga sebagian dari padi yang sudah rebah itu bisa gagal panen.

    ‘’Ada sekitar 30 persen dari luas tanam pada musim tanam rendengan tahun ini yang diperkirakan rebah akibat cuaca disertai angin kencang tersebut,’’ kata Kabid Tanaman Pangan, Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan Kabupaten Merauke Agustinus Yoga Prihanto, ketika ditemui media ini, di Merauke Senin (25/03/2024).

  Agustinus Yoga menjelaskan bahwa luas tanam di sentra-sentra pertanian pada musim tanam  rendengan tahun ini sebanyak 25.000 hektar. Jika dikalikan dengan 30 persen yang rebah tersebut maka diperkirakan sekitar 7.000 hektar lahan padi yang rusak akibat rebah. ‘’Rata-rata yang rebah itu adalah padi yang bulirnya berisi padat,’’ katanya.

Baca Juga :  Satpol PP Ungkap 3 Titik Penimbunan BBM Subsidi    

Agustinus Yoga menjelaskan, padi yang sudah rebah tersebut ada yang masih bisa diselamatkan, namun ada juga yang tidak bisa diselamatkan lagi. Apalagi kalau padi tersebut sudah rebah, kena banjir lagi beberapa hari tentu sudah rusak. ‘’Kalau padinya sudah masak atau menguning bisa dipanen saja, tapi kalau masih hijau tentu kalau dipaksa dipanen hasilnya nanti pasti sebagian besar akan menjadi menir,’’ terangnya.

Kendati demikian,  Agustinus Yoga mengaku bahwa dari pantuan di lapangan, produktivitas hasil panen rendengan kali ini cukup rendah. Karena banyak bulir padi yang ternyata tidak terisi. ‘’Terlihat banyak yang kosong. Bulirnya jarang. Satu dua saja yang bagus,’’ terangnya.

Baca Juga :  Gakkumdu Serahkan Kasus Pelanggaran Pemilu Asmat ke Kejaksaan 

Penyebab turunnya  produktivitas pada bulir pada tersebut, selain karena maslaah pupuk juga  karena menyangkut bibit yang ditanam petani.Banyak petani  yang menanam bibit  yang sudah berulang-ulang ditanam. Ini terjadi karena bibit yang disiapkan oleh Balai Bibit di Merauke di penangkaran banyak yang gagal.   

‘’Nanti untuk tanam gadu ini baru mulai normal lagi, karena kita mulai panen sekitar bulan April sampai Merauke. Lalu sertifikasi. Jadid kemungkinan Mei-Juni baru bisa mulai tanam dengan bibit yang sudah disetifikasi,’’’pungkasnya. (ulo)       

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya