Sunday, March 30, 2025
25.7 C
Jayapura

Sejak 1961 Menjadi Daerah yang Aman, Kini Masyarakat Kampung Juga Ikut Menyesal

Tak hanya itu, mana perbuatan baik dan mana perbuatan dosa juga diketahui masyarakat sehingga tidak serta merta melukai orang tak berdosa. “Kami mengajak masyarakat juga mau membantu menjaga situasi ini agar tetap kondusif. Menjaga Anggruk dan daerah lainnya senantiasa aman. Kami TNI Polri menjamin keamanan disini dan jangan takut dengan aparat sebab mereka tidak  akan menyakiti, sekecil apapun tak ada niat untuk menyakiti. keberadaan kami adalah untuk melindungi dan membantu masyarakat untuk menciptakan kedamaian,” beber Tommy.

Pihaknya berharap tenaga guru dan kesehatan bisa   kembali dan melakukan pelayanannya. Semua untuk mencerdaskan sebab inilah generasi penerus dan  menjadi seorang pemimpin seperti yang sudah dilakukan bupati maupun wakil bupati. Tak hanya dari Sinode GKI di Tanah Papua yang mengecam tindakan ini tetapi juga pimpinan umat Katholik, Pastor Jhon Jonga juga menyayangkan kejadian tersebut.

Baca Juga :  Aktifasi Forum Lalu Lintas dan Perkuat Kasih Biru Plus Parap-para Numbay

Ia meyakini para korban yang selamat akan merasakan trauma yang mendalam mengingat yang menjadi korban adalah rekan seprofesi.  Pastor Jhon mendapat informasi jika korban, Rosalia Rerek Sogen ketika itu mau menolong temannya namun justru dirinya yang menjadi amuk sasaran kelompok yang menyerang.

Pihak Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) menyatakan siap bertanggungjawab atas aksi penyerangan ini.  “Ada temannya yang dari Biak dan itu yang ingin diselamatkan tapi disitulah justru guru Rosalia mendapat bentuk kekerasan,” beber Pastor kepada Cenderawasih Pos saat ditemui di Koya Tengah, Rabu (26/3)

Guru Rosalia ketika itu mengalami luka tusuk di pinggang, luka robek di leher dan juga luka patah tangan terbuka. Pastor Jhon Jonga juga bersedih mengingat sebuah perjuangan tidak harus dilakukan dengan merugikan orang lain apalagi sampai membunuh. Berjuang namun dengan membunuh dianggap sebagai gagalnya sebuah perjuangan.

Baca Juga :  Disinyalir Ada Pelaku Baru yang Akan Masuk DPO

“Ini bentuk kegagalan, apalagi dengan korban adalah tenaga pendidik. Mereka dipanggil untuk mendidik anak-anak Papua khususnya yang ada di pedalaman. Menjadi orang khusus sebab tentu tidak semuanya mau. Ini menjadi kerugian besar dan menjadi persoalan hingga saat ini,” ucap Pastor.

Tak hanya itu, mana perbuatan baik dan mana perbuatan dosa juga diketahui masyarakat sehingga tidak serta merta melukai orang tak berdosa. “Kami mengajak masyarakat juga mau membantu menjaga situasi ini agar tetap kondusif. Menjaga Anggruk dan daerah lainnya senantiasa aman. Kami TNI Polri menjamin keamanan disini dan jangan takut dengan aparat sebab mereka tidak  akan menyakiti, sekecil apapun tak ada niat untuk menyakiti. keberadaan kami adalah untuk melindungi dan membantu masyarakat untuk menciptakan kedamaian,” beber Tommy.

Pihaknya berharap tenaga guru dan kesehatan bisa   kembali dan melakukan pelayanannya. Semua untuk mencerdaskan sebab inilah generasi penerus dan  menjadi seorang pemimpin seperti yang sudah dilakukan bupati maupun wakil bupati. Tak hanya dari Sinode GKI di Tanah Papua yang mengecam tindakan ini tetapi juga pimpinan umat Katholik, Pastor Jhon Jonga juga menyayangkan kejadian tersebut.

Baca Juga :  Salah Satu Pemikir Lahirnya Sepak Bola tanpa APBD

Ia meyakini para korban yang selamat akan merasakan trauma yang mendalam mengingat yang menjadi korban adalah rekan seprofesi.  Pastor Jhon mendapat informasi jika korban, Rosalia Rerek Sogen ketika itu mau menolong temannya namun justru dirinya yang menjadi amuk sasaran kelompok yang menyerang.

Pihak Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) menyatakan siap bertanggungjawab atas aksi penyerangan ini.  “Ada temannya yang dari Biak dan itu yang ingin diselamatkan tapi disitulah justru guru Rosalia mendapat bentuk kekerasan,” beber Pastor kepada Cenderawasih Pos saat ditemui di Koya Tengah, Rabu (26/3)

Guru Rosalia ketika itu mengalami luka tusuk di pinggang, luka robek di leher dan juga luka patah tangan terbuka. Pastor Jhon Jonga juga bersedih mengingat sebuah perjuangan tidak harus dilakukan dengan merugikan orang lain apalagi sampai membunuh. Berjuang namun dengan membunuh dianggap sebagai gagalnya sebuah perjuangan.

Baca Juga :  Daerah yang Berpotensi Longsor dan Banjir Harus Waspada

“Ini bentuk kegagalan, apalagi dengan korban adalah tenaga pendidik. Mereka dipanggil untuk mendidik anak-anak Papua khususnya yang ada di pedalaman. Menjadi orang khusus sebab tentu tidak semuanya mau. Ini menjadi kerugian besar dan menjadi persoalan hingga saat ini,” ucap Pastor.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/