Meski begitu, para peserta kata Ati sudah mulai beradaptasi menggunakan mesin tersebut., namun tetap perlu latihan secara rutin. Sebab sebagain besar hasil pelatihan peserta masih bersifat umum. Sementara tuntutan perkembangan saat ini, kualitas saja tidak cukup untuk bersaing. Namun diutamakan kreatifitas.
Karena itu, penting bagi para peseta untuk beradaptasi menggunakan mesin jahit listrik. “Secara hasil menggunakan mesin listrik lebih bagus, dibandingkan manual,” katanya.
Adapun bahan untuk sandal hotel ini, bervariasi, diantaranya kain katun, velour, karet EVA, kain handuk, dan berbagai bahan kulit lainnya yang digunakan. “Yang pasti bahannya polos dan motif, dua bahan ini paling dominan untuk sandal hotel,” ujarnya.
Sementara dari hasil pelatihan tersebut peserta sudah mampu membuat sandal hotel. Hanya saja mereka harus memperbanyak belajar, terutama kreatifitas. “Secara kualitas, memang tidak diragukan, apalagi jahitan mesin listrik ini bagus, cuma kuantitas hasilnya itu yang harus ditingkatkan lagi,” katanya.
Dikatakan untuk pembuatan sandal hotel diwajibkan menggunakan mesin listrik, selain hasil yang berkualitas, tapi kecepatan atau daya produksi berbeda jauh dengan kerja mesin manual. “Karena hotel ini kalau order, tidak sedikit, bahkan ribuan picis mereka order, jadi harus pakai mesin listrik,” tutur Ati.
Sementara itu Hawal Susarari, salah satu peserta pelatihan mengaku bangga, sebab dirinya sama sekali tidak memiliki basic menjahit. Namun begitu, ia mampu membuat sandal hotel hanya dengan pelatihan tersebut. “Selama pelatihan, saya diberi kesempatan membuat sandal hotel puji Tuhan saya bisa menyelesaikan tugas itu dengan baik,” tuturnya.
Bahkan dari pelatihan tersebut, warga kelurahan Kota Baru Distrik Abepura itu, berhasil membuat 20 pcs sandal hotel. “Saya bersyukur pelatihan ini memberi banyak manfaat untuk kami, karena selain menambah pengetahuan tapi juga bisa menghasilkan uang,” ungkapnya.