Thursday, March 28, 2024
31.7 C
Jayapura

Kedepankan Keberagaman Personel agar Sesuai Tema Acara 

Hoofdbureau Voice, Paduan Suara Lintas Agama, Pengisi Kickoff Satu Abad NU

Dari lontaran ide saat rapat pengamanan, Hoofdbureau Voice dibentuk hanya sepekan sebelum acara berlangsung. Agar mengentalkan nuansa harmoni, kelompok lintas agama di luar Polrestabes Surabaya diundang untuk mengirim perwakilan.   

HASTI EDI SUDRAJAT, Surabaya

SEMULA rapat itu hanya untuk koordinasi terkait pengamanan. Maklum, kickoff peringatan satu abad Nahdlatul Ulama di Tugu Pahlawan, Surabaya, bakal dihadiri ribuan orang.

Di tengah rapat, mendadak dari pihak panitia pelaksana (panpel) ada yang melontarkan ide agar jajaran Polrestabes Surabaya terlibat lebih jauh. Tak hanya mengurusi pengamanan, tapi juga mengisi acara.

Kapolrestabes Surabaya Kombespol Akhmad Yusep Gunawan setuju. Jajaran polrestabes disepakati mengisi acara ketika baru mulai. Yakni, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Syubbanul Wathon.

”Dengan begitu, otomatis harus ada paduan suara kan,” kenang AKBP Herlina yang ikut dalam rapat tersebut kepada Jawa Pos.

Padahal, Polrestabes Surabaya belum punya kelompok paduan suara. Lebih ”gawat” lagi, acara kurang sepekan saja.

Herlina yang ketiban sampur (ditunjuk) jadi pengasuh kelompok paduan suara tersebut bergerak cepat. Kepala satuan pembinaan masyarakat (Kasatbinmas) Polrestabes Surabaya itu mengumpulkan seratus personel dari berbagai satuan. Perinciannya, 70 polwan dan 30 polki (polisi laki-laki).”Yang saya panggil itu yang tugasnya tidak di lapangan,” ungkapnya.

Bukan tanpa alasan. Herlina merasa kelompok paduan suara itu pasti perlu banyak latihan. Dia tidak mau mengganggu tugas pokok personel. ”Jadi, yang dipanggil yang staf-staf,” imbuhnya.

Baca Juga :  IRT dengan 10 Anak, Belajar dari Pengalaman Hidup, Referensinya dari Internet

Acara yang akan diisi memang dihelat NU, organisasi muslim terbesar, tapi Herlina tak hanya merekrut personel muslim. Sebab, dia ingin menyelaraskan tim besutannya sesuai tema kickoff peringatan satu abad NU: harmoni, kolaborasi, dan inovasi.

Pada saat bersamaan, dia juga mencari pelatih paduan suara. Dari saran kenalan, didapatlah Maria Widianingrum. ”Eh, kok ndilalah beliau juga nonmuslim. Klop dengan keinginan agar tim ini terdiri dari beragam pemeluk agama,” katanya.

Kepada Maria, dia menjelaskan salah satu lagu yang akan dibawakan adalah Syubbanul Wathon. Yang membuat Herlina kaget, Maria ternyata tidak asing dengan lagu khas NU itu.

Hari pertama, seratus personel yang sebelumnya dipanggil diseleksi. Maria memimpin prosesnya. ”Audisi berdasarkan jenis suara. Untuk yang lolos ya yang memenuhi kriteria, minimal kencanglah. Namanya paduan suara kan nggak bisa hanya dengan umik-umik (menyanyi pelan-pelan),” ucap Maria, seperti ditirukan Herlina.

Dari seleksi itu terpilih 31 polwan dan 18 polki. Empat di antaranya nonmuslim. ’’Dua pemeluk Kristen, dua lainnya Hindu,” jelas Herlina

Perwira asal Tulungagung, Jawa Timur, itu selanjutnya berkomunikasi dengan komunitas agama lain di luar lingkup Polrestabes Surabaya agar mengirim perwakilan sebagai bagian tim. Dari seleksi yang berjalan, tiga pemeluk Khonghucu lolos. ”Prinsipnya, kami ingin tim ini benar-benar merefleksikan pluralisme sesuai tema acara,” ujarnya.

Soal nama, pemilihannya didasari sebutan Polrestabes Surabaya. Yakni, Hoofdbureau van Politie te Soerabaia yang berasal dari bahasa Belanda pada masa kolonial dulu. Artinya, biro besar polisi di Surabaya. ”Voice sendiri suara. Jadilah Hoofdbureau Voice namanya,” kata mantan Wakapolres Pasuruan Kota tersebut.

Baca Juga :  Apa pun Orderannya, Wajib Selesai Kurang dari Dua Minggu

Menurut dia, selama latihan tidak ada kendala berarti. Walaupun ada anggota paduan suara yang nonmuslim, mereka tetap bisa melafalkan lirik dengan baik. ”Lagu ini kan tujuannya menggugah semangat. Hanya memang ada bahasa Arab di liriknya,” tuturnya.

Kendala justru muncul ketika geladi kotor. Sebab, selama ini latihan berlangsung di gedung. Di sisi lain, konsep acara adalah outdoor. ”Oleh pelatih sebenarnya sudah dipertimbangkan. Namun, ternyata suara anak-anak kurang terdengar,” ungkapnya.

Namun, semua kendala itu akhirnya teratasi. Pada Kamis (28/7) malam pekan lalu itu, Hoofdbureau Voice tampil kompak. Lagu Indonesia Raya maupun Syubbanul Wathon terlantun dengan serasi. Liriknya terdengar jelas dan aransemennya terasa pas. Membuat ribuan orang yang memadati Tugu Pahlawan malam itu terpikat untuk ikut mengiringi bernyanyi.

Tepuk tangan kian bergemuruh setelah pembawa acara menyebut para anggota paduan suara itu berasal dari lintas agama. Membuatnya klop dengan tema yang diusung acara: harmoni, kolaborasi, dan inovasi.

”Kami nggak nyangka bakal dapat tepuk tangan yang meriah sekali mengingat persiapan juga tidak banyak. Lega rasanya bisa tampil sesuai harapan,” kata Herlina, mewakili keseluruhan anggota kelompok. (*/c6/ttg/JPG)

Hoofdbureau Voice, Paduan Suara Lintas Agama, Pengisi Kickoff Satu Abad NU

Dari lontaran ide saat rapat pengamanan, Hoofdbureau Voice dibentuk hanya sepekan sebelum acara berlangsung. Agar mengentalkan nuansa harmoni, kelompok lintas agama di luar Polrestabes Surabaya diundang untuk mengirim perwakilan.   

HASTI EDI SUDRAJAT, Surabaya

SEMULA rapat itu hanya untuk koordinasi terkait pengamanan. Maklum, kickoff peringatan satu abad Nahdlatul Ulama di Tugu Pahlawan, Surabaya, bakal dihadiri ribuan orang.

Di tengah rapat, mendadak dari pihak panitia pelaksana (panpel) ada yang melontarkan ide agar jajaran Polrestabes Surabaya terlibat lebih jauh. Tak hanya mengurusi pengamanan, tapi juga mengisi acara.

Kapolrestabes Surabaya Kombespol Akhmad Yusep Gunawan setuju. Jajaran polrestabes disepakati mengisi acara ketika baru mulai. Yakni, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Syubbanul Wathon.

”Dengan begitu, otomatis harus ada paduan suara kan,” kenang AKBP Herlina yang ikut dalam rapat tersebut kepada Jawa Pos.

Padahal, Polrestabes Surabaya belum punya kelompok paduan suara. Lebih ”gawat” lagi, acara kurang sepekan saja.

Herlina yang ketiban sampur (ditunjuk) jadi pengasuh kelompok paduan suara tersebut bergerak cepat. Kepala satuan pembinaan masyarakat (Kasatbinmas) Polrestabes Surabaya itu mengumpulkan seratus personel dari berbagai satuan. Perinciannya, 70 polwan dan 30 polki (polisi laki-laki).”Yang saya panggil itu yang tugasnya tidak di lapangan,” ungkapnya.

Bukan tanpa alasan. Herlina merasa kelompok paduan suara itu pasti perlu banyak latihan. Dia tidak mau mengganggu tugas pokok personel. ”Jadi, yang dipanggil yang staf-staf,” imbuhnya.

Baca Juga :  Banyak Meminta Foto Bersama dan Dicari Pengusaha Malaysia

Acara yang akan diisi memang dihelat NU, organisasi muslim terbesar, tapi Herlina tak hanya merekrut personel muslim. Sebab, dia ingin menyelaraskan tim besutannya sesuai tema kickoff peringatan satu abad NU: harmoni, kolaborasi, dan inovasi.

Pada saat bersamaan, dia juga mencari pelatih paduan suara. Dari saran kenalan, didapatlah Maria Widianingrum. ”Eh, kok ndilalah beliau juga nonmuslim. Klop dengan keinginan agar tim ini terdiri dari beragam pemeluk agama,” katanya.

Kepada Maria, dia menjelaskan salah satu lagu yang akan dibawakan adalah Syubbanul Wathon. Yang membuat Herlina kaget, Maria ternyata tidak asing dengan lagu khas NU itu.

Hari pertama, seratus personel yang sebelumnya dipanggil diseleksi. Maria memimpin prosesnya. ”Audisi berdasarkan jenis suara. Untuk yang lolos ya yang memenuhi kriteria, minimal kencanglah. Namanya paduan suara kan nggak bisa hanya dengan umik-umik (menyanyi pelan-pelan),” ucap Maria, seperti ditirukan Herlina.

Dari seleksi itu terpilih 31 polwan dan 18 polki. Empat di antaranya nonmuslim. ’’Dua pemeluk Kristen, dua lainnya Hindu,” jelas Herlina

Perwira asal Tulungagung, Jawa Timur, itu selanjutnya berkomunikasi dengan komunitas agama lain di luar lingkup Polrestabes Surabaya agar mengirim perwakilan sebagai bagian tim. Dari seleksi yang berjalan, tiga pemeluk Khonghucu lolos. ”Prinsipnya, kami ingin tim ini benar-benar merefleksikan pluralisme sesuai tema acara,” ujarnya.

Soal nama, pemilihannya didasari sebutan Polrestabes Surabaya. Yakni, Hoofdbureau van Politie te Soerabaia yang berasal dari bahasa Belanda pada masa kolonial dulu. Artinya, biro besar polisi di Surabaya. ”Voice sendiri suara. Jadilah Hoofdbureau Voice namanya,” kata mantan Wakapolres Pasuruan Kota tersebut.

Baca Juga :  Polsek Abepura Jadi Barometer, Butuh Dukungan Masyarakat Jaga Kamtibmas

Menurut dia, selama latihan tidak ada kendala berarti. Walaupun ada anggota paduan suara yang nonmuslim, mereka tetap bisa melafalkan lirik dengan baik. ”Lagu ini kan tujuannya menggugah semangat. Hanya memang ada bahasa Arab di liriknya,” tuturnya.

Kendala justru muncul ketika geladi kotor. Sebab, selama ini latihan berlangsung di gedung. Di sisi lain, konsep acara adalah outdoor. ”Oleh pelatih sebenarnya sudah dipertimbangkan. Namun, ternyata suara anak-anak kurang terdengar,” ungkapnya.

Namun, semua kendala itu akhirnya teratasi. Pada Kamis (28/7) malam pekan lalu itu, Hoofdbureau Voice tampil kompak. Lagu Indonesia Raya maupun Syubbanul Wathon terlantun dengan serasi. Liriknya terdengar jelas dan aransemennya terasa pas. Membuat ribuan orang yang memadati Tugu Pahlawan malam itu terpikat untuk ikut mengiringi bernyanyi.

Tepuk tangan kian bergemuruh setelah pembawa acara menyebut para anggota paduan suara itu berasal dari lintas agama. Membuatnya klop dengan tema yang diusung acara: harmoni, kolaborasi, dan inovasi.

”Kami nggak nyangka bakal dapat tepuk tangan yang meriah sekali mengingat persiapan juga tidak banyak. Lega rasanya bisa tampil sesuai harapan,” kata Herlina, mewakili keseluruhan anggota kelompok. (*/c6/ttg/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya