Thursday, March 28, 2024
27.7 C
Jayapura

Butuh Donatur Tetap Untuk Kebutuhan Harian, Termasuk Biaya Pendidikan

Mengunjungi Panti Asuhan Pelangi Abepura yang Harus Mengasuh 33 Anak

Setiap orang bermimpi akan lahir dari orang tua yang lengkap dan  bertanggungjawab, yang mampu mendidik dan membesarkan anak anaknya. Sayangnya nasib itu tidak bisa didapatkan oleh anak anak yang ada di Panti Asuhan Pelangi Abepura. Seperti apa kondisi anak-anak di Panti Asuhan Pelangi ini.

Laporan: Carolus Daot_Jayapura

Senin, (12/12) siang, di bawah sinar yang terik terlihat puluhan anak-anak di Panti Asuhan Pelangi Abepura, sedang bermain di halaman. Terlihat anak anak ini sangat bahagia bercengkerama dengan teman teman sebayannya, yang walaupun mereka bukan lahir dari rahim yang sama, namun ikatan emosionalnya sangat begitu kuat.

  Lokasi Panti Asuhan ini meski mudah dijangkau, namun letaknya sedikit terbunyi di belakang Polsek Abepura. Bila melintas dari Kotaraja, saat berhenti di lampu merah, orang bisa dengan udah melihat pintu atau jalan masuk ke panti asuhan tersebut. Meski begitu, tak banyak yang singgah atau rutin berkunjung ke panti ini.

  Menurut Lena selaku Bendahra Panti Asuhan pelangi hingga saat ini sebanyak 33 anak anak yang diasuh di Panti Asuhan Pelangi. Dari 33 anak yang ada masing-masing tersebar dari beberapa wilayah. Sebagaian besar anak yang diasuh di Panti Asuhan Pelangi, berasal dari daerah pedalaman. Adapun sebagian yang dari Kota Jayapura,  namun tidak sebanding dengan jumlah dari wilayah pedalaman.

   “Perbandingannya sekitar 90 per 10 persen,” kata Lena, kepada Cenderawasih Pos yang siang kemarin berkunjung ke Panti Asuhan ini.

  Sebagian besar anak anak yang ada di Panti Asuhan Pelangi ini terlahir dari keluarga yang berekonomi lemah. “Yang yatim piatu cuma sedikit, paling banyak karena ekonomi orang tuanya lemah,” tutur Lena.

  Menurut Lena, ada salah satu anak yang ada di Panti tersebut, betul-betul karena dibuang oleh kedua orang tuanya. Dimana menurut cerita Bendahara Panti Asuhan Pelangi itu, anak tersebut dibuang oleh orang tuanya saat usia 8 tahun.

Baca Juga :  Omzet Turun Sejak Pandemi, Kalah dengan Penjual Miras Ilegal

  “Ceritanya kala itu pagi hari anak ini sedang duduk di pelataran panti, hal yang menyedikan   anak ini tidak normal (berkebutuhan khusus), sehingga kami pun susah untuk mencari keberadaan orang tuanya,” tutur Lena.

   Pihak pengurus panti  telah berupaya mencari  keluarga dari anak tersebut, namun sayangnya hingga saat ini masih belum dapat ditemukan.”Kami pernah datangi beberapa keluarga, tetapi belum ada yang mengaku. Sementara anak anak yang dari pedalaman, biasanya dari mahasiwa yang datang (menyampaikan), yang  minta bantuan untuk menghidupi anak anak tersebut sebab ekonomi orang tuanya cukup susah,” cerita Lena.

  Menghidupi 33 anak panti ini, kata dia, memang butuh biaya yang cukup besar. Untuk biaya hidup sehari hari memang masih cukup, namun terlepas daripada itu ada hal besar yang masih membutuhkan dukungan pihak lain, salah satunya dukungan finansial secara tetap.

  “Untuk makanan sehari harinya pasti selalu ada orang yang datang membagi kasih, namun kami butuh, donatur tetap untuk biaya hidup anak-anak ini,” tuturnya.

  Akomodasi bulanan sekitar Rp 15 juta, dengan jumlah yang ada, kata perempuan berdarah Jawa tersebut, memang butuh dukungan penuh dari semua pihak. Yang walaupun, saat ini ada pihak yang selalu memberikan suport secara financial, namun dukungan yang ada masih belum mencukupi untuk kebutuhan anak anak panti.

  “Ada donatur dari Belanda, tetapi itu hanya fokus untuk rehab bangunan, sehingga kami sangat butuh donatur tetap,” harap dia.

  Berbagai upaya yang mereka lakukan selama ini untuk dapat membiayai hidup anak panti, seperti dengan memberdayakan anak anak tersebut membuat kerajinan tangan, serta pengolahan tanaman organik.

   Yang kemudian hasil kerajinan tangan akan dijual. “Anak anak ini kami didik, baik secara spiritual juga belajar untuk hidup mandiri, dan saat ini mereka fokus membuat kerajinan serta pengolahan tanaman organik, nanti kerajinan tangannya kita jual, dan uangnya untuk mereka sendiri,” kata dia.

  Kemudian untuk pegawai sendiri, sebanyak 15 orang, dari jumlah yang ada hanya sebagian diberi upah, sementara yang lainnya kata Lena, betul betul bekerja secara sosial. “Ada 4 orang saja yang digaji, yang lain kerja sosial saja,” ungkap dia.

Baca Juga :  Rahul Yikwa Ingin Jadi TNI, Ketua Kelas dan Siswa yang Rajin di Sekolah

Iapun mengungkapkan anak-anak yang ada di Panti asuhan tidak hanya diasuh semata, namun pihak panti juga berusaha untuk memberikan pendidikan yang layak. Mulai dari TK hingga SMA. Bahkan sudah beberapa anak anak dari Panti Asuhan Pelangi ini, sudah sukses menduduki jabatan stratergis di pemerintahan.

  “Panti ini berdirinya sejak tahun 1961, dari rentetan waktu itu, sudah banyak anak anak yang sukses bahkan bekerja di pemerintahan,” imbuhnya.

  Untuk jaminan kesehatan kata dia pihak Panti Asuhan Pelangi selalu berusaha memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal sehingga anak anak tersebut layaknya tumbuh seperti anak anak pada umumnya.

  “Kami akan selalu berusaha yang terbaik untuk mereka, baik mendidik secara psikologis, maupun kebutuhan kesehatan juga akan kita pastikan secara penuh,” ungkapnya.

  Lena mengatakan kendala yang selalu dihadapi oleh pihak Panti, dalam hal modal untuk pembiayaan, pada bulan bulan tertentu. “Kalau hari raya seperti ini banyak yang datang membagi kasih, tetapi paling susah  kalau bulan Juli hingga September, kami sangat kewalahan, sehingga donar tetap ini sangat kami butuhkan,” ungkapnya.

  Adapun dukungan dari pemerintah memang ada,  namun tetap saja tidak menutupi kekurangan yang ada. Sebab untuk memenuhi kebutuhan anak anak panti, membutuhkan biaya yang cukup besar.

   “Puji Tuhan walaupun dukungan pemerintah sangat terbatas, namun pasti selalu ada yang datang membagi kasih, tetapi kami sangat mengharapkan ada yang mau bantu biaya hidup dari anak anak ini,” kata dia.

  Terutama lanjut Lena, biaya pendidikan, anak anak tersebut yang pastinya membutuhkan biaya yang cukup besar. “Ada juga sebagian yang diberikan keringanan dari pihak sekolah, tetapi tentunya kita tetap mempersiapkan biaya apalagi anak anak ini jumlahnya tidak sedikit,” ungkapnya. (*/tri)

Mengunjungi Panti Asuhan Pelangi Abepura yang Harus Mengasuh 33 Anak

Setiap orang bermimpi akan lahir dari orang tua yang lengkap dan  bertanggungjawab, yang mampu mendidik dan membesarkan anak anaknya. Sayangnya nasib itu tidak bisa didapatkan oleh anak anak yang ada di Panti Asuhan Pelangi Abepura. Seperti apa kondisi anak-anak di Panti Asuhan Pelangi ini.

Laporan: Carolus Daot_Jayapura

Senin, (12/12) siang, di bawah sinar yang terik terlihat puluhan anak-anak di Panti Asuhan Pelangi Abepura, sedang bermain di halaman. Terlihat anak anak ini sangat bahagia bercengkerama dengan teman teman sebayannya, yang walaupun mereka bukan lahir dari rahim yang sama, namun ikatan emosionalnya sangat begitu kuat.

  Lokasi Panti Asuhan ini meski mudah dijangkau, namun letaknya sedikit terbunyi di belakang Polsek Abepura. Bila melintas dari Kotaraja, saat berhenti di lampu merah, orang bisa dengan udah melihat pintu atau jalan masuk ke panti asuhan tersebut. Meski begitu, tak banyak yang singgah atau rutin berkunjung ke panti ini.

  Menurut Lena selaku Bendahra Panti Asuhan pelangi hingga saat ini sebanyak 33 anak anak yang diasuh di Panti Asuhan Pelangi. Dari 33 anak yang ada masing-masing tersebar dari beberapa wilayah. Sebagaian besar anak yang diasuh di Panti Asuhan Pelangi, berasal dari daerah pedalaman. Adapun sebagian yang dari Kota Jayapura,  namun tidak sebanding dengan jumlah dari wilayah pedalaman.

   “Perbandingannya sekitar 90 per 10 persen,” kata Lena, kepada Cenderawasih Pos yang siang kemarin berkunjung ke Panti Asuhan ini.

  Sebagian besar anak anak yang ada di Panti Asuhan Pelangi ini terlahir dari keluarga yang berekonomi lemah. “Yang yatim piatu cuma sedikit, paling banyak karena ekonomi orang tuanya lemah,” tutur Lena.

  Menurut Lena, ada salah satu anak yang ada di Panti tersebut, betul-betul karena dibuang oleh kedua orang tuanya. Dimana menurut cerita Bendahara Panti Asuhan Pelangi itu, anak tersebut dibuang oleh orang tuanya saat usia 8 tahun.

Baca Juga :  Tiap Cerita Punya Pesan Berbeda, Seni Teater di Papua Diharap Bisa Berkembang

  “Ceritanya kala itu pagi hari anak ini sedang duduk di pelataran panti, hal yang menyedikan   anak ini tidak normal (berkebutuhan khusus), sehingga kami pun susah untuk mencari keberadaan orang tuanya,” tutur Lena.

   Pihak pengurus panti  telah berupaya mencari  keluarga dari anak tersebut, namun sayangnya hingga saat ini masih belum dapat ditemukan.”Kami pernah datangi beberapa keluarga, tetapi belum ada yang mengaku. Sementara anak anak yang dari pedalaman, biasanya dari mahasiwa yang datang (menyampaikan), yang  minta bantuan untuk menghidupi anak anak tersebut sebab ekonomi orang tuanya cukup susah,” cerita Lena.

  Menghidupi 33 anak panti ini, kata dia, memang butuh biaya yang cukup besar. Untuk biaya hidup sehari hari memang masih cukup, namun terlepas daripada itu ada hal besar yang masih membutuhkan dukungan pihak lain, salah satunya dukungan finansial secara tetap.

  “Untuk makanan sehari harinya pasti selalu ada orang yang datang membagi kasih, namun kami butuh, donatur tetap untuk biaya hidup anak-anak ini,” tuturnya.

  Akomodasi bulanan sekitar Rp 15 juta, dengan jumlah yang ada, kata perempuan berdarah Jawa tersebut, memang butuh dukungan penuh dari semua pihak. Yang walaupun, saat ini ada pihak yang selalu memberikan suport secara financial, namun dukungan yang ada masih belum mencukupi untuk kebutuhan anak anak panti.

  “Ada donatur dari Belanda, tetapi itu hanya fokus untuk rehab bangunan, sehingga kami sangat butuh donatur tetap,” harap dia.

  Berbagai upaya yang mereka lakukan selama ini untuk dapat membiayai hidup anak panti, seperti dengan memberdayakan anak anak tersebut membuat kerajinan tangan, serta pengolahan tanaman organik.

   Yang kemudian hasil kerajinan tangan akan dijual. “Anak anak ini kami didik, baik secara spiritual juga belajar untuk hidup mandiri, dan saat ini mereka fokus membuat kerajinan serta pengolahan tanaman organik, nanti kerajinan tangannya kita jual, dan uangnya untuk mereka sendiri,” kata dia.

  Kemudian untuk pegawai sendiri, sebanyak 15 orang, dari jumlah yang ada hanya sebagian diberi upah, sementara yang lainnya kata Lena, betul betul bekerja secara sosial. “Ada 4 orang saja yang digaji, yang lain kerja sosial saja,” ungkap dia.

Baca Juga :  Yang Muda Gabung untuk Belajar, Yang Senior Juga Dapat Ilmu Baru    

Iapun mengungkapkan anak-anak yang ada di Panti asuhan tidak hanya diasuh semata, namun pihak panti juga berusaha untuk memberikan pendidikan yang layak. Mulai dari TK hingga SMA. Bahkan sudah beberapa anak anak dari Panti Asuhan Pelangi ini, sudah sukses menduduki jabatan stratergis di pemerintahan.

  “Panti ini berdirinya sejak tahun 1961, dari rentetan waktu itu, sudah banyak anak anak yang sukses bahkan bekerja di pemerintahan,” imbuhnya.

  Untuk jaminan kesehatan kata dia pihak Panti Asuhan Pelangi selalu berusaha memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal sehingga anak anak tersebut layaknya tumbuh seperti anak anak pada umumnya.

  “Kami akan selalu berusaha yang terbaik untuk mereka, baik mendidik secara psikologis, maupun kebutuhan kesehatan juga akan kita pastikan secara penuh,” ungkapnya.

  Lena mengatakan kendala yang selalu dihadapi oleh pihak Panti, dalam hal modal untuk pembiayaan, pada bulan bulan tertentu. “Kalau hari raya seperti ini banyak yang datang membagi kasih, tetapi paling susah  kalau bulan Juli hingga September, kami sangat kewalahan, sehingga donar tetap ini sangat kami butuhkan,” ungkapnya.

  Adapun dukungan dari pemerintah memang ada,  namun tetap saja tidak menutupi kekurangan yang ada. Sebab untuk memenuhi kebutuhan anak anak panti, membutuhkan biaya yang cukup besar.

   “Puji Tuhan walaupun dukungan pemerintah sangat terbatas, namun pasti selalu ada yang datang membagi kasih, tetapi kami sangat mengharapkan ada yang mau bantu biaya hidup dari anak anak ini,” kata dia.

  Terutama lanjut Lena, biaya pendidikan, anak anak tersebut yang pastinya membutuhkan biaya yang cukup besar. “Ada juga sebagian yang diberikan keringanan dari pihak sekolah, tetapi tentunya kita tetap mempersiapkan biaya apalagi anak anak ini jumlahnya tidak sedikit,” ungkapnya. (*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya