Sementara menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), selama periode Januari-Agustus 2023 indikasi luas Karhutla sudah mencapai 267.935,59 hektare. Tercatat selama Januari-Agustus 2023 kebakaran hutan dan lahan Indonesia telah menghasilkan emisi 32,9 juta ton ekuivalen karbon dioksida (CO2e), lebih tinggi juga dibanding emisi sepanjang 2022 yang hanya 23,5 juta ton CO2e.
“Kami mencatat bahwa Karhutla juga mengancam pencapaian komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi yang dikukuhkan melalui dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) dan FOLU Net Sink 2030. Target nol karhutla yang ditetapkan pemerintah pada tahun 2030 kini menjadi tantangan besar,” kata Esron Pakpahan, salah satu Instruktur Krida Bina Wana SWB Papua.
Ia bahkan mencatat bahwa sejak tahun 2013 – 2023 kasus kebakaran hutan dan lahan yang sudah ditangani sebanyak 284 kasus. Kemudian untuk tahun 2023 kasus karhutla yang terjadi sejak 2 Februari hingga 18 Oktober tercatat sebanyak 19 kasus.
Selama menangani Karhutla, kata Esron ia dan tim belum pernah menemukan api menyala secara alami seperti gesekan pohon atau rumput. Ia berharap masyarakat bisa lebih memahami dampak dari Karhutla. Sebab menurutnya kerugiannya akan jauh lebih besar jika terjadi karhutla ketimbang kebakaran sebuah rumah ataupun gedung.
“Jadi jangan mengira Karhutla itu biasa – biasa saja. Tidak semua mau naik ke gunung untuk memadamkan. Bahkan kami beberapa kali diancam dengan parang padahal tujuannya baik,” bebernya.
“Selain itu para pelaku selama ini juga tak pernah tersentuh hukum meski dampaknya sangat merugikan,” imbuhnya.