"Kalau bantuan saat ini dari partai, ada satunya dari Partai PKS, hari pertama mereka meninjau lokasi, kemudian memberikan bantuan makanan dan sembako, sementara dari Dinas Sosial, tetap memberikan pelayanan berupa makanan siap saji selama satu minggu," jelasnya.
"Jadi, awalnya saksi bernama Sunarman mendengar suara korban berteriak, lalu ia keluar rumahnya dan melihat api dari depan rumah kos korban. Saksi juga sempat memanggil korban namun tidak direspon,” kata Sunarman di lokasi kejadian.
Kapolres Merauke AKBP I Komang Budhiarta, SIK, saat dihubungi media ini mengungkapkan bahwa 4 unit rumah yang saling berdempetan yang terbakar tersebut adalah rumah usaha mebel milik Piyong, bengkel dan warung milik Edi, rumah yang ditempati Anakorende dan rumah yang digunakan sebagai kamar kost sebanyak 12 kamar milik Anakorende.
Maksudnya disini adalah anak – anak usia dini ini lebih memahami bahaya api jika tidak bisa dikendalikan. Karenanya anak – anak diminta untuk tidak memainkan api jika tak mendapat pengawasan orang tua.
"Obat nyamuknya posisi di bawah meja baru di atas meja itu ada baju-baju, kain-kain, mungkin baju atau kain-kain yang jatuh kena obat nyamuk jadi dia terbakar sama baju dan meja disitu," jelasnya.
Ia mengaku untuk tenda darurat tidak bisa pasang dikarenakan kondisi di lokasi kejadian tersebut adalah rawa. Ia menjelaskan Dinas Sosial hanya bisa memberikan terpal dan makanan siap saji selama masa darurat berlangsung.
"Kalau kebakaran tadi malam, saya tidak disini tapi saya ditelepon saya datang, saya lihat sudah rata dengan tanah," kata Luter saat ditemui Cenderawasih Pos di lokasi kejadian, Sabtu (16/3).
Belum diketahui secara pasti penyebab kebakaran yang menghanguskan dua rumah tersebut. Dari pantauan Cenderawasih Pos di TKP terlihat asap tebal pekat membumbung ke langit dan petugas dari pemadaman kebakaran (Damkar) terus berusaha memadamkan kobaran api.
Kapolres Dogiyai, Kompol Sarraju membenarkan insiden tersebut. Menurutnya, bangunan BPBD ini terbuat dari bahan kayu atau semi permanen sehingga api dengan cepat merambat ke seluruh bagian bangunan.
Akibatnya para pedagang memilih membangun lapak menggunakan dana pribadi. Walaupun tidak semua, tapi pantauan Cendrawasih pos, sebagian telah membangun kembali lapaknya. Bahkan ada yang membangun lapaknya secara darurat menggunakan terpal.