Kegiatan ini menghadirkan Prof Auldry F Wolokouw yang merupakan pakar terkait lingkungan hidup. Disini Aldry bercerita banyak dan menjelaskan tentang manfaat pohon bakau termasuk yang berkaitan dengan perubahan iklim.
Kegiatan yang bekerjasama dengan CTSS Samdhana dan Institut Pertanian Bogor ini mengajak mahasiswa dan para peneliti muda untuk berfikir kritis membedas persoalan pangan lokal di Kampung Engros. Elvira Rumkabu selaku Sekretaris Eksekutif Koalisi Kampus menjelaskan bahwa talk show ini bagian mendesimenasi assessment awal dari tim muda Koalisi Kampus Demokrasi Papua yang dilakukan sejak Desember 2023 hingga April 2024 lalu.
Dari potensi hutan mangrove yang dimiliki seluas 3,37 juta hektar dan masih memiliki potensi di angka 700 ribu hektar, maka peluang untuk aktif terlibat dalam menurunkan emisi rumah kaca dan karbon sangat terbuka.
Direktur Walhi Papua, Maikel Peuki menjelaskan bahwa diskusi yang dilakukan untuk mengingatkan kembali para pegiat lingkungan terkait hari bumi. Masih banyak PR yang harus dilakukan terkait kondisi lingkungan di Papua apalagi dengan kondisi terkini saat ini dimana ada sejumlah Daerah Otonomi Baru (DOB) yang secara tidak langsung akan memberi ancaman bagi terhadap keberlangsungan hidup masyarakat adat dan juga hutan ada yang tersisa.
Pasalnya selain memiliki fungsi penting bagi kehidupan, karena selain sebagai sumber plasma nutfah, hutan mangrove juga menjadi tempat berkembang biak satwa termasuk menjadi pelindung atau barrier dari abrasi.
Agar program ini berjalan dengan baik, pemerintah tidak saja membiarkan masyarakat bekerja sendiri, tetapi pemerintah juga memberikan dukungan penuh terutama dengan penyiapan bibit tanaman pohon secara gratis kepada masyarakat. Program ambil bibit gratis ini diharapkan menjadi supaya untuk menarik perhatian masyarakat supaya terus menjaga kawasan hutan di papua dengan melakukan penanaman pohon.
“Tidak mudah untuk mempertahankan sebab harus ada kerja ikhlas di situ,” tambah Petronela. Ditambahkan Alex Waisimon, peraih Kalpataru 2017 bahwa ia harus bersembunyi dibalik karakter orang gila untuk bisa mempertahankan hutan.
“Kami senang karena adik – adik dari Sekolah Papua Kasih ini memiliki pertanyaan yang tajam. Rasa ingin tahunya sangat tinggi dan mereka cerdas,” kata salah satu pemateri dari Rumah Bakau, Dorus Gheorgino Christo Samuelino.
Kepada Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua Jan Jap Orumeseray menyebut faktor utama bencana banjir bandang di Sentani Kabupaten Jayapura itu karena curah hujan yang tinggi.
Disini ia juga menyampaikan bahwa dari dokumen yang dimiliki terpidana termasuk menyangkut sertipikat dan rekomendasi dari BBKSDA kata Ormuserai ia bisa memastikan semua menyalahi.