Saturday, November 8, 2025
26.9 C
Jayapura

Bahan Dibeli dari Pedagang Lokal, Porsi Kecil Rp 11.000, Porsi Besar Rp 15 Ribu

Menggerakkan dapur raksasa bukan perkara mudah. SPPG Polda Papua mengandalkan 41 tenaga kerja, terdiri dari 38 relawan dan 3 staf inti, antara lain Kepala SPPG, Akuntan, serta Ahli Gizi. Dari jumlah itu, sebagian orang merupakan OAP yang turut berperan penting dalam setiap tahap pengolahan makanan.

Sistem kerja mereka diatur bergiliran. Tim kebersihan mulai bertugas sejak pukul 07.00 hingga 17.00 WIT. Tim bahan baku bekerja sore hingga malam, sementara tim masak bergantian sesuai jadwal. “Semua berjalan dengan disiplin, karena ini soal tanggung jawab terhadap ribuan anak,” ujar Kombes Sandi.

Belajar dari kasus di sejumlah daerah lain, SPPG Polda Papua menaruh perhatian besar pada keamanan pangan. Proses pengawasan dilakukan berlapis, melibatkan tim Safety Food, BGN, dan tenaga ahli gizi dari Biddokkes Polda Papua.

Baca Juga :  Syahrul Maulana Ismail Raih Hafizh Terbaik II pada Ajang STQH 

“Setiap makanan yang sudah dimasak diuji dulu secara organoleptik,” jelas AKP Didi Subowo, Koordinator Safety Food.

Metode organoleptik melibatkan pemeriksaan bau dan tekstur makanan. “Kalau ada aroma tak sedap atau tekstur berlendir, langsung kami sisihkan,” tambahnya.

Tahap berikutnya adalah pemeriksaan kimiawi dengan kit khusus untuk mendeteksi kandungan arsenik, sianida, nitrit, hingga formalin. “Kalau hasilnya aman, baru kami laporkan ke kepala SPPG untuk distribusi ke sekolah-sekolah,” kata Didi.

Selain itu, tim ahli gizi juga melakukan evaluasi gizi penerima manfaat. “Kami ingin tahu apakah MBG benar-benar memberi dampak bagi siswa. Hasilnya sejauh ini positif,” ujar Bela Erni Putri, Ahli Gizi dapur SPPG.

Baca Juga :  Perketat Pemeriksaan Setiap Barang yang akan Dikirim Keluar  Merauke

Di tengah pencapaian itu, Irwasda Polda Papua, Kombes Pol Jermias Rontini, mengingatkan masih ada hal yang perlu diperbaiki, terutama fasilitas dapur. “Saya harap BGN bisa memperluas ruang pencucian ompreng, karena ruangan yang ada sekarang terlalu kecil untuk ribuan ompreng setiap hari,” ujarnya.

Menggerakkan dapur raksasa bukan perkara mudah. SPPG Polda Papua mengandalkan 41 tenaga kerja, terdiri dari 38 relawan dan 3 staf inti, antara lain Kepala SPPG, Akuntan, serta Ahli Gizi. Dari jumlah itu, sebagian orang merupakan OAP yang turut berperan penting dalam setiap tahap pengolahan makanan.

Sistem kerja mereka diatur bergiliran. Tim kebersihan mulai bertugas sejak pukul 07.00 hingga 17.00 WIT. Tim bahan baku bekerja sore hingga malam, sementara tim masak bergantian sesuai jadwal. “Semua berjalan dengan disiplin, karena ini soal tanggung jawab terhadap ribuan anak,” ujar Kombes Sandi.

Belajar dari kasus di sejumlah daerah lain, SPPG Polda Papua menaruh perhatian besar pada keamanan pangan. Proses pengawasan dilakukan berlapis, melibatkan tim Safety Food, BGN, dan tenaga ahli gizi dari Biddokkes Polda Papua.

Baca Juga :  Temukan Karung Mencurigakan, Ini yang Didapati Satgas Yonif 122/TS

“Setiap makanan yang sudah dimasak diuji dulu secara organoleptik,” jelas AKP Didi Subowo, Koordinator Safety Food.

Metode organoleptik melibatkan pemeriksaan bau dan tekstur makanan. “Kalau ada aroma tak sedap atau tekstur berlendir, langsung kami sisihkan,” tambahnya.

Tahap berikutnya adalah pemeriksaan kimiawi dengan kit khusus untuk mendeteksi kandungan arsenik, sianida, nitrit, hingga formalin. “Kalau hasilnya aman, baru kami laporkan ke kepala SPPG untuk distribusi ke sekolah-sekolah,” kata Didi.

Selain itu, tim ahli gizi juga melakukan evaluasi gizi penerima manfaat. “Kami ingin tahu apakah MBG benar-benar memberi dampak bagi siswa. Hasilnya sejauh ini positif,” ujar Bela Erni Putri, Ahli Gizi dapur SPPG.

Baca Juga :  Binggung Tentukan Pilihan, Banyak yang Pasang Baliho Tapi Tidak Ketemu Langsung

Di tengah pencapaian itu, Irwasda Polda Papua, Kombes Pol Jermias Rontini, mengingatkan masih ada hal yang perlu diperbaiki, terutama fasilitas dapur. “Saya harap BGN bisa memperluas ruang pencucian ompreng, karena ruangan yang ada sekarang terlalu kecil untuk ribuan ompreng setiap hari,” ujarnya.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya