Sementara itu lanjut Jeri, penyumbang deflasi adalah ikan ekor kuning, bawang merah, ikan kembung, ikan cakalang dan ikan tuna. “Khusus bulan Desember 2023, disumbang oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta kelompok transportasi. Khusus kelompok transportasi mengalami tekanan harga yang didorong oleh peningkatan permintaan masyarakat terhadap angkutan udara selama Nataru,” bebernya.
Sementara itu, Dandung T Marsetyo selaku Analis Senior Bank Indonesia menyebut, keterbatasan pasokan beras sebagai daerah konsumen, Papua masih memiliki ketergantungan pada pasokan dari daerah produsen sehingga terpapar risiko tekanan harga yang berasal dari daerah produsen, terutama untuk komoditas aneka bawang dan cabai.
Selain itu, fenomena El Nino yang diperkirakan masih berlanjut hingga Februari – April 2024 dapat menyebabkan penurunan produktivitas panen produk pertanian. “Hal ini dapat menambah tekanan inflasi di tahun 2024 yang terutama berdampak pada volatile food. Meskipun di saat bersamaan, fenomena El Nino berdampak positif pada peningkatan produksi perikanan tangkap sehingga dapat menahan laju inflasi serta terdapat penurunan harga BBM non-subsidi per 1 Januari 2024,” terangnya.
Sekedar diketahui, Rapat Rutin Pengendalaian Inflasi pada Minggu pertama bulan Januari 2024 dilaksanakan secara daring dan luring yang dipimpin langsung oleh Mendagri dan diikuti oleh seluruh Gubernur, kementrian dan lembaga terkait, TPID Daerah, Badan Pangan Nasional, Kasatgas Pangan, Kejaksaan Agung dan Panglima TNI. (*/tri)
Dapatkan update berita pilihan setiap hari dari Cenderawasihpos.jawapos.com
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos