Terlepas dari aktivitas selama ramadan, Masjid Jami lokasinya hanya sekitar 200 meter dari Masjid Raya Baiturrahim yang menjadi rumah ibadah umat Muslim terbesar di Kota Jayapura.
Dibangun sejak tahun 1943 oleh buruh yang berasal dari Buton, Ternate, Tidore, Halmahera, Waigeo, dan Salawati.
Semula, bangunan masjid hanya terdiri dari satu lantai di atas lahan seluas 1.440 meter persegi dengan atap dari seng dan kubah berbentuk limas seperti umumnya masjid di Jawa ketika itu.
Lalu, bangunan masjid direhab pertama kalinya pada tahun 1980 dengan bantuan Bazis. Syaiful berkisah, proses rehab dilakukan lantaran bocornya sebagian atap masjid.
Dan pada tahun 2000, berdirilah pembangunan SMP Nurul Huda Ma’rif dan sekaligus membangun masjid Jami yang awalnya berada di lantai 1 kemudian ditempatkan di lantai 3.
“Ada beberapa penyebab hingga masjidnya dibongkar, semua tak terlepas dari banyaknya animo masyarakat yang membutuhkan tingkat lanjutan sekolah,” ucapnya.
Menurut Syaiful, kendati posisi masjid dipindahkan ke lantai 3 dari posisi awalnya. Namun tak merubah sepenuhnya keaslian dari Masjid Jami seperti pertama kali dibangun. Bahkan kini dindingnya berlapis keramik hijau dan lantainya diberi keramik putih.
“Yang tidak berubah dari masjid ini adalah kubahnya yang tetap berdiri kokoh seperti itu, juga ada beberapa kayu bawaan sebelumnya termasuk bentuk plafonnya,” ungkapnya.
Tak hanya itu, letak podium tempat imam pun tak berubah di masjid yang kini berukuran 8 kali 15 meter itu. Dengan beberapa jendela di setiap sudutnya.
“Sedari kecil bentuk podium imamnya sudah seperti itu, tidak ada perubahan,” ucapnya sembari tangan mengarahkan ke bagian depan tempat dimana podium berada.
Masjid Jami adalah rumah ibadah umat Muslim pertama yang dibangun di ibu kota Provinsi Papua pada 1943 silam. Sejumlah buruh pelabuhan di Hollandia, nama Jayapura saat itu, adalah pencetus berdirinya Masjid Jami ketika Hindia Belanda masih berkuasa.
Para buruh itu adalah pendatang dari Buton, Ternate, Tidore, Halmahera, Waigeo, dan Salawati. Semula, bangunan masjid hanya terdiri dari satu lantai di atas lahan seluas 1.440 meter persegi dengan atap dari seng dan kubah berbentuk limas seperti umumnya masjid di Jawa ketika itu.
Di sekitar masjid, terdapat 12 KK yang tinggal di sana. Mereka adalah guru dan pengurus masjid. (*/tri)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos