Pertama BPS GKI sedih dan berdukacita dan menyesali peristiwa yang terjadi pada wilayah pelayanan GKI dimana para guru dan tenaga kesehatan telah bekerja bagi kemanusiaan dalam mencerdaskan serta melayani Kesehatan masyarakat menjadi korban akibat kekerasan yang telah terjadi.
Kedua, peristiwa penyerangan kepada tenaga pendidik, merusak sekolah, menyerang tenaga medis sungguh-sungguh merusak pekerjaan Injil yang telah membawa terang keselamatan, merusak iman kekristenan, pembebasan serta merusak nilai nilai kemanusiaan di jantung pusat Pekabaran Injil GKI di daerah pedalaman Papua di Klasis Yalimu Angguruk pada masa-masa minggu sengsara Yesus Kristus.
Ketiga, para pendidik dan tenaga medis sedang melakukan amanat Agung Yesus Kristus dalam Injil Matius 28: 19 – 20. Keempat, tindakan kekerasan ini bukan hanya mengakibatkan korban dari para guru dan tenaga Kesehatan tetapi juga menutup akses pendidikan dan kesehatan bagi warga gereja yang selama ini membutuhkan layanan kesehatan dan pendidikan bagi kemajuan orag asli Papua untuk maju dan menjadi tuan di negerinya sendiri.
Kelima, peristiwa ini sangat kami sesali sebab akibat yang terjadi pada kondisi ini adalah warga gereja yang adalah warga masyarakat menjadi takut, merasa tidak aman, akhirnya saat ini mengungsi ke hutan, ini mengakibatkan kekuatiran kami akan kondisi Kesehatan, kemanan para pengungsi khususnya perempuan dan anak.
Dan terakhir, peristiwa ini mengakibatkan akses keluar masuk bagi pelayanan public dan aktifitas masyarakat bagi usaha pencaharian masyarakat dan pelayanan baik pemerintah maupun gereja menjadi terganggu. Tak lupa juga Badan Pekerja Sinode GKI Di Tanah Papua menyampaikan, turut berduka bersama keluarga ibu guru Rosalia Rerek Sogen dan para guru dan tenaga medis yang telah menjadi korban atas peristiwa ini.
“Kami meminta warga GKI di Yahukimo dan sekitarnya untuk tetap tenang dan kami akan segera berkoordinasi untuk memastikan keselamatan bagi warga gereja yang ada di Anggruk maupun di hutan tempat pengungsian saat ini,” imbaunya.
Lainnya, mereka meminta kepada penatua, penginjil, guru jemaat, pendeta, pemerintah daerah, aparat TNI dan kepolisian mengecek penyebab situasi ini,melakukan percakapan pastoral untuk menenangkan masyarakat yang adalah warga gereja.
“Kami harap semua mengambil peran mengecek penyebab situasi ini dan sama-sama mencarikan solusinya,” pungkasnya.
Sementara Pastor Jhon Jonga juga angkat suara atas kejadian ini. Ia meyakini para korban yang selama akan merasakan trauma yang mendalam. Apalagi ada rekan rekan seprofesi yang menjadi korban.
Pastor mendengar informasi jika korban ketika itu mau menolong temannya namun justru dirinya yang menjadi amuk sasaran kelompok ini.
“Ada temannya yang dari Biak dan itu yang ingin diselamatkan tapi disitulah justru guru Rosalia mendapat bentuk kekerasan,” beber Pastor kepada Cenderawasih Pos saat ditemui di Koya Tengah, Rabu (26/3).