Monday, April 29, 2024
26.7 C
Jayapura

Alasan Mata-mata, Jangan Jadikan Sipil dan Toga Sebagai Korban!

JAYAPURA-Kekerasan bersenjata yang kerap terjadi di wilayah konflik di Papua yang korbannya bukan hanya warga sipil melainkan juga tokoh agama (Toga). Sebagaimana peristiwa yang terjadi di Kabupaten Nduga belum lama ini, dari 11 warga sipil yang dibantai, dua di antaranya tokoh agama versi data dari pihak Kepolisian.

Uskup Keuskupan Jayapura, Mgr Leo Laba Ladjar OFM menyebut, pembantaian terhadap sipil adalah perbuatan yang tidak berprikemanusiaan.

“Mereka (KKB-red) mengklaim orang yang dibunuh adalah intel, padahal orang-orang sipil yang bekerja di daerah tersebut. Kami rasa ini  kekejaman yang keterlaluan. Dimana di antara korban tersebut ada seorang ustaz dan pendeta,” ungkap Uskup Leo Ladjar saat ditemui Cenderawasih Pos di Jayapura, Senin (25/7).

Lanjut Uskup Leo Ladjar, padahal tokoh-tokoh agama terus menyuarakan damai di tanah Papua namun kerap menjadi korban.

Baca Juga :  Pemprov Terus Berkolaborasi Memastikan Stok Bapok Aman Saat Nataru

“Jika punya urusan politik bicaralah dan berunding, tidak dengan membunuh orang secara keji. Jangan jadikan sipil dan tokoh agama sebagai korban dengan alasan dicurigai sebagai intel,” tegasnya.

“Kami rasa kelompok ini (KKB-red) sedang mencari alasan hanya untuk membenarkan dirinya atas segala kejahatan yang dilakukan, dan kita tidak terima itu,” sambungnya.

Uskup Leo Ladjar mengakui bahwa gereja selalu bersuara dengan kejadian kekerasan di tanah ini,  namun makin lama suara gereja tidak lagi didengarkan.

“Kelompok seperti ini tidak mungkin mendengar ajakan keagamaan, mereka (KKB-red) sudah buta. Tidak ada penghayatan keagamaan sehingga bisa bunuh orang seenaknya,” kata Uskup.

Ia berharap pihak keamanan dan pemerintah daerah harus bertindak tegas dengan tidak langsung memerangi kelompok ini. Namun menjaga keamanan di daerah tersebut  dan menjaga agar kelompok ini tidak menimbulkan korban lagi.

Baca Juga :  OTK Kibarkan Kain Putih Bercorak BK di Wamena

“Kalau hanya teriakan moral agama itu tidak didengarkan. Sebab kelompok ini tidak bermoral dan tidak peduli dengan agama. Kita selalu  bersuara agar kelompok ini tidak menjadikan sipil dan tokoh agama sebagai korban dalam konflik bersenjata. Namun mereka tidak mendengar dan tidak peduli,” bebernya.

Dikatakan,  mereka (KKB-red) punya cita-cita untuk Papua merdeka, namun perjuangan mereka membenarkan segala cara dengan membakar sekolah, membunuh orang.

“Perjuangan mereka di luar  perjuangan yang sehat. Kami harap bupati dan aparat keamanan di setiap kabupaten di Papua bersatu dan menjaga rakyat untuk menentang kelompok ini. Jangan diam diam malah mendukung kelompok ini,” tegasnya. (fia/nat)

JAYAPURA-Kekerasan bersenjata yang kerap terjadi di wilayah konflik di Papua yang korbannya bukan hanya warga sipil melainkan juga tokoh agama (Toga). Sebagaimana peristiwa yang terjadi di Kabupaten Nduga belum lama ini, dari 11 warga sipil yang dibantai, dua di antaranya tokoh agama versi data dari pihak Kepolisian.

Uskup Keuskupan Jayapura, Mgr Leo Laba Ladjar OFM menyebut, pembantaian terhadap sipil adalah perbuatan yang tidak berprikemanusiaan.

“Mereka (KKB-red) mengklaim orang yang dibunuh adalah intel, padahal orang-orang sipil yang bekerja di daerah tersebut. Kami rasa ini  kekejaman yang keterlaluan. Dimana di antara korban tersebut ada seorang ustaz dan pendeta,” ungkap Uskup Leo Ladjar saat ditemui Cenderawasih Pos di Jayapura, Senin (25/7).

Lanjut Uskup Leo Ladjar, padahal tokoh-tokoh agama terus menyuarakan damai di tanah Papua namun kerap menjadi korban.

Baca Juga :  Operasi di Papua Belum Memutus Mata Rantai Kekerasan

“Jika punya urusan politik bicaralah dan berunding, tidak dengan membunuh orang secara keji. Jangan jadikan sipil dan tokoh agama sebagai korban dengan alasan dicurigai sebagai intel,” tegasnya.

“Kami rasa kelompok ini (KKB-red) sedang mencari alasan hanya untuk membenarkan dirinya atas segala kejahatan yang dilakukan, dan kita tidak terima itu,” sambungnya.

Uskup Leo Ladjar mengakui bahwa gereja selalu bersuara dengan kejadian kekerasan di tanah ini,  namun makin lama suara gereja tidak lagi didengarkan.

“Kelompok seperti ini tidak mungkin mendengar ajakan keagamaan, mereka (KKB-red) sudah buta. Tidak ada penghayatan keagamaan sehingga bisa bunuh orang seenaknya,” kata Uskup.

Ia berharap pihak keamanan dan pemerintah daerah harus bertindak tegas dengan tidak langsung memerangi kelompok ini. Namun menjaga keamanan di daerah tersebut  dan menjaga agar kelompok ini tidak menimbulkan korban lagi.

Baca Juga :  Tiga Kilogram Kargo Atribut Militer OSEA Diamankan

“Kalau hanya teriakan moral agama itu tidak didengarkan. Sebab kelompok ini tidak bermoral dan tidak peduli dengan agama. Kita selalu  bersuara agar kelompok ini tidak menjadikan sipil dan tokoh agama sebagai korban dalam konflik bersenjata. Namun mereka tidak mendengar dan tidak peduli,” bebernya.

Dikatakan,  mereka (KKB-red) punya cita-cita untuk Papua merdeka, namun perjuangan mereka membenarkan segala cara dengan membakar sekolah, membunuh orang.

“Perjuangan mereka di luar  perjuangan yang sehat. Kami harap bupati dan aparat keamanan di setiap kabupaten di Papua bersatu dan menjaga rakyat untuk menentang kelompok ini. Jangan diam diam malah mendukung kelompok ini,” tegasnya. (fia/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya