“Masalah seperti ini sering terjadi. Saat operasi, anggota OPM menggunakan senjata. Tapi begitu mereka ditembak, senjatanya dibawa lari oleh rekan-rekannya, kemudian mereka menyebarkan klaim bahwa TNI menembak warga sipil. Padahal korban adalah bagian dari kelompok OPM,” tegasnya.
Pangdam juga menyebut bahwa strategi propaganda seperti itu sudah menjadi pola yang sering digunakan oleh OPM, terutama dengan memanfaatkan isu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) demi mencari dukungan dari masyarakat dan komunitas internasional. “Namun perlu diketahui, baik Koop Habema maupun satgas lain yang bertugas di Papua selalu menjalankan tugas secara terukur, dengan data yang valid dan intelijen yang kuat,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa TNI tidak pernah menjalankan operasi secara sembarangan, apalagi dengan tujuan menindas masyarakat Papua. Sebaliknya, semua operasi dilakukan dalam rangka menegakkan kedaulatan negara dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Kalau ada pihak yang mengganggu keutuhan negara, maka akan berhadapan dengan TNI. Tapi jangan langsung percaya informasi yang beredar, karena OPM juga sering menyebarkan hoaks untuk menarik simpati,” kata Pangdam. Ia pun mengimbau seluruh pihak, termasuk awak media, agar tidak menyebarkan informasi yang tidak akurat dan sepihak. Ia menekankan pentingnya melakukan konfirmasi sebelum menyampaikan informasi kepada publik.
“Kita semua cinta Papua. Mari kita tunjukkan cinta itu lewat tindakan nyata, bukan hanya lewat kata-kata,” pungkasnya (rel/ade)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos