Monday, November 24, 2025
26.9 C
Jayapura

Potret Buram Wajah Kesehatan di Hari Otsus

Sementara keluarga korban (Irene Sokoy) yang juga merupakan akademisi Prof. Dr. Fredrik F. Sokoy, S.Sos, M.Sos mengaku sangat menyangkan tindakan dari pihak rumah sakit yang menolak almarhumah dengan banyak alasan. Prof Fredrik mengatakan kematian Irene Sokoy dan bayi-nya sebagai contoh dari sebuah system pelayanan Kesehatan yang bobrok dan tidak manusiawi di Kota Jayapura.

“Sekalipun kita masih berada di wilayah kota sentani dan Jayapura, bagaimana sahabat kami di wilayah yang terpencil jauh. Sedih dan sedih,” ucap Prof Fredrik. Lebih jauh Prof Fredrik mengatakan saat ini pihak dari keluarga almarhum sementara berunding untuk mengambil tindakan selanjutnya terhadap rumah sakit yang dianggap lebih mementingkan uang ketimbang nyawa.

Baca Juga :  Antisipasi Gangguan Kedaulatan Negara, KRI Panah 626 Sandar di Nabire

Ia berharap peristiwa yang dialami oleh keluarganya itu, tidak terjadi juga dengan pasien yang lain. Adapun langkah-langkah yang sementara diusahakan oleh keluarga saat ini adalah meminta pertanggung jawaban moril dari beberapa rumah sakit yang menolak almarhumah. Menurutnya cara yang dilakukan oleh beberapa rumah sakit itu merupakan perbuatan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip bahwa keselamatan pasien lebih diutamakan ketimbang administrasi dan keuangan.

Ketika ditanya mengenai langkah hukum dari pihak keluarga kedepannya atas peristiwa itu terjadi, Prof Fredrik menjawab pihaknya sementara dilakukan perunding untuk mempertimbangkan keputusan yang akan diambil. “Sedang kami diskusikan. Saya pikir keluarga juga sedang mempertimbangkan hal itu. Mudah-mudahan hasil rapat kami (keluarga) untuk mempertimbangkan hal itu akan kami putuskan,” pungkasnya. (fia/ana/jim/ade)

Baca Juga :  10 Juli, Wapres Akan ke Mimika

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Sementara keluarga korban (Irene Sokoy) yang juga merupakan akademisi Prof. Dr. Fredrik F. Sokoy, S.Sos, M.Sos mengaku sangat menyangkan tindakan dari pihak rumah sakit yang menolak almarhumah dengan banyak alasan. Prof Fredrik mengatakan kematian Irene Sokoy dan bayi-nya sebagai contoh dari sebuah system pelayanan Kesehatan yang bobrok dan tidak manusiawi di Kota Jayapura.

“Sekalipun kita masih berada di wilayah kota sentani dan Jayapura, bagaimana sahabat kami di wilayah yang terpencil jauh. Sedih dan sedih,” ucap Prof Fredrik. Lebih jauh Prof Fredrik mengatakan saat ini pihak dari keluarga almarhum sementara berunding untuk mengambil tindakan selanjutnya terhadap rumah sakit yang dianggap lebih mementingkan uang ketimbang nyawa.

Baca Juga :  Pemkab Jayapura Bertanggung Jawab atas Pemulihan di Besum

Ia berharap peristiwa yang dialami oleh keluarganya itu, tidak terjadi juga dengan pasien yang lain. Adapun langkah-langkah yang sementara diusahakan oleh keluarga saat ini adalah meminta pertanggung jawaban moril dari beberapa rumah sakit yang menolak almarhumah. Menurutnya cara yang dilakukan oleh beberapa rumah sakit itu merupakan perbuatan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip bahwa keselamatan pasien lebih diutamakan ketimbang administrasi dan keuangan.

Ketika ditanya mengenai langkah hukum dari pihak keluarga kedepannya atas peristiwa itu terjadi, Prof Fredrik menjawab pihaknya sementara dilakukan perunding untuk mempertimbangkan keputusan yang akan diambil. “Sedang kami diskusikan. Saya pikir keluarga juga sedang mempertimbangkan hal itu. Mudah-mudahan hasil rapat kami (keluarga) untuk mempertimbangkan hal itu akan kami putuskan,” pungkasnya. (fia/ana/jim/ade)

Baca Juga :  Yan Mandenas: Kejar, Tangkap dan Eksekusi!

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya