Sementara keluarga korban (Irene Sokoy) yang juga merupakan akademisi Prof. Dr. Fredrik F. Sokoy, S.Sos, M.Sos mengaku sangat menyangkan tindakan dari pihak rumah sakit yang menolak almarhumah dengan banyak alasan. Prof Fredrik mengatakan kematian Irene Sokoy dan bayi-nya sebagai contoh dari sebuah system pelayanan Kesehatan yang bobrok dan tidak manusiawi di Kota Jayapura.
“Sekalipun kita masih berada di wilayah kota sentani dan Jayapura, bagaimana sahabat kami di wilayah yang terpencil jauh. Sedih dan sedih,” ucap Prof Fredrik. Lebih jauh Prof Fredrik mengatakan saat ini pihak dari keluarga almarhum sementara berunding untuk mengambil tindakan selanjutnya terhadap rumah sakit yang dianggap lebih mementingkan uang ketimbang nyawa.
Ia berharap peristiwa yang dialami oleh keluarganya itu, tidak terjadi juga dengan pasien yang lain. Adapun langkah-langkah yang sementara diusahakan oleh keluarga saat ini adalah meminta pertanggung jawaban moril dari beberapa rumah sakit yang menolak almarhumah. Menurutnya cara yang dilakukan oleh beberapa rumah sakit itu merupakan perbuatan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip bahwa keselamatan pasien lebih diutamakan ketimbang administrasi dan keuangan.
Ketika ditanya mengenai langkah hukum dari pihak keluarga kedepannya atas peristiwa itu terjadi, Prof Fredrik menjawab pihaknya sementara dilakukan perunding untuk mempertimbangkan keputusan yang akan diambil. “Sedang kami diskusikan. Saya pikir keluarga juga sedang mempertimbangkan hal itu. Mudah-mudahan hasil rapat kami (keluarga) untuk mempertimbangkan hal itu akan kami putuskan,” pungkasnya. (fia/ana/jim/ade)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOSÂ https://www.myedisi.com/cenderawasihpos
Sementara keluarga korban (Irene Sokoy) yang juga merupakan akademisi Prof. Dr. Fredrik F. Sokoy, S.Sos, M.Sos mengaku sangat menyangkan tindakan dari pihak rumah sakit yang menolak almarhumah dengan banyak alasan. Prof Fredrik mengatakan kematian Irene Sokoy dan bayi-nya sebagai contoh dari sebuah system pelayanan Kesehatan yang bobrok dan tidak manusiawi di Kota Jayapura.
“Sekalipun kita masih berada di wilayah kota sentani dan Jayapura, bagaimana sahabat kami di wilayah yang terpencil jauh. Sedih dan sedih,” ucap Prof Fredrik. Lebih jauh Prof Fredrik mengatakan saat ini pihak dari keluarga almarhum sementara berunding untuk mengambil tindakan selanjutnya terhadap rumah sakit yang dianggap lebih mementingkan uang ketimbang nyawa.
Ia berharap peristiwa yang dialami oleh keluarganya itu, tidak terjadi juga dengan pasien yang lain. Adapun langkah-langkah yang sementara diusahakan oleh keluarga saat ini adalah meminta pertanggung jawaban moril dari beberapa rumah sakit yang menolak almarhumah. Menurutnya cara yang dilakukan oleh beberapa rumah sakit itu merupakan perbuatan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip bahwa keselamatan pasien lebih diutamakan ketimbang administrasi dan keuangan.
Ketika ditanya mengenai langkah hukum dari pihak keluarga kedepannya atas peristiwa itu terjadi, Prof Fredrik menjawab pihaknya sementara dilakukan perunding untuk mempertimbangkan keputusan yang akan diambil. “Sedang kami diskusikan. Saya pikir keluarga juga sedang mempertimbangkan hal itu. Mudah-mudahan hasil rapat kami (keluarga) untuk mempertimbangkan hal itu akan kami putuskan,” pungkasnya. (fia/ana/jim/ade)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOSÂ https://www.myedisi.com/cenderawasihpos