Sunday, April 28, 2024
24.7 C
Jayapura

Pemerintah Melockdown Babi Masuk Papua

JAYAPURA – Pemerintah Provinsi Papua, menglockdown segala jenis babi yang masuk ke wilayahnya. Entah itu ternak babi, olahan hingga produk babi. Hal ini seiring dengan maraknya virus African Swine Fever (ASF) atau demam Babi Afrika.

“Kita menglockdown dan menolak semua jenis ternak babi, produk maupun olahannya untuk masuk ke Provinsi Papua,” tegas Asisten II Setda Provinsi Papua, Suzana Wanggai, kepada wartawan usai menggelar rapar koordinasi penanganan ASF di wilayah Papua, Rabu (21/2) kemarin.

Suzana menyebut, apa yang dilakukan tersebut seiring dengan maraknya perkembangan virus ASF. Terlebih di daerah tetangga seperti Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, ada 142 ekor babi mati setiap harinya.

“Kami imbau seluruh masyarakat untuk tidak panik, sebab kita di Provinsi Papua masih berada di zona aman. Selain itu juga, virus ini tidak menular ke manusia,” kata Susi.

Untuk penanganan kasus virus ASF ini, Susi mengaku pihaknya telah melakukan rapat koordinasi antara Pemprov bersama sembilan kabupaten/kota di Papua.

“Kami baru saja melakukan rapat koordiansi bersama sembilan kabupaten/kota di Papua  dalam rangka mengantisipasi ASF, sebagaimana saat ini Papua Tengah kasus ASF sudah masuk dengan angka kematian babi mencapai 1000-an. Rata rata kematian 142 ekor per hari,” jelasnya.

Dikatakan Susi, rapat koordinasi tersebut bukan kali pertama dilakukan. Namun sebelumnya pihaknya juga telah melakukan rapat dalam rangka penanganan ASF. Bahkan sosialisasi kepada para peternak, dan sudah dilakukan disinfeksi kandang ternak babi.

Baca Juga :  Manuel Selamat Saat Air Terbagi, Yesayas Kehilangan Dua Anaknya

“Tim gerak cepat juga sudah turun ke lapangan, sebelumnya sempat ada beberapa kasus kematian babi. Namun setelah diperiksa di leb itu bukan kasus ASF,” kata Susi.

Bahkan kata Susi, kolaborasi tim dengan teman teman Karantina sangat baik. Dilakukan  pemeriksaan barang bawaan atau tentengan daging babi di bandara maupun di pelabuhan.

Sebelumnya, Plt Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan, Debora Salosa, menyampaikan sehubungan dengan merebaknya kasus kematian pada ternak babi mulai pada awal Januari 2024 di Kabupaten Mimika, Gubernur Papua telah mengeluarkan instruksi dalam rangka kewaspadaan terhadap ancaman penularan dan penyebaran penyakit tersebut di Provinsi Papua.

Pointnya adalah melarang melalulintaskan ternak babi, produk dan olahannya ke wilayah Provinsi Papua dari daerah Timika dan daerah lain yang tertular ataupun terduga ASF, sesuai Instruksi Gubernur No. 1 Tahun 2015.

Untuk mengantisipasi ASF masuk ke wilayah Provinsi Papua, Debora mengaku pihaknya sudah melakukan langkah langkah pencegahannya diantaranya menyambangi peternak babi yang ada di wilayah Jayapura dan sekitarnya, menyambagi rumah makan yang menjual daging babi termasuk ke penjual daging untuk mengecek stok daging mereka.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan peternakan Kota Jayapura, Jean Rollo mengatakan, tahun ini pihaknya akan melakukan pemeriksaan sampel darah terhadap hewan ternak besar seperti sapi, babi dan juga jenis unggas. Ini untuk memastikan ada tidaknya penyebaran 10 jenis  penyakit yang sering melanda ternak.

Baca Juga :  Besok, Mendagri Canangkan Pembagian 10 Juta Bendera Merah Putih

“Kami akan ambil sampel darah ternak besar,seperti sapi, kemudian ada Babi dan juga unggas, untuk memastikan 10 jenis penyakit yang kerap menyerang ternak,” kata Jean Rollo, Rabu (21/2) kemarin.

Menurutnya, setiap tahun Dinas Pertanian dan peternakan kota Jayapura selalu menginventarisir identifikasi perkembangan penyakit terutama 10 penyakit.  Ini tujuannya untuk mengantisipasi apabila dari hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan ditemukan adanya indikasi penyebaran penyakit maka langsung ditangani atau diantisipasi agar tidak merebak.

“Program pengobatan penyakit menular ternak itu setiap tahun dilakukan,  cuma terfokus ke penyakit penyakit tertentu, apabila merebak pemerintah langsung mengambil langkah antisipasi.  Terkait hal ini Pemerintah Kota Jayapura selalu berupaya untuk membangun koordinasi dengan pemerintah provinsi Papua melalui instansi terkait,” katanya.

Karena itu Dia mengingatkan para peternak agar selalu membersihkan atau memperhatikan sanitasi kandang agar bakteri maupun virus tidak bertahan hingga pada akhirnya kemudian dapat menyerang hewan ternak itu sendiri.(fia/roy/wen)

Dapatkan update berita pilihan setiap hari dari Cenderawasihpos.jawapos.com 

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

JAYAPURA – Pemerintah Provinsi Papua, menglockdown segala jenis babi yang masuk ke wilayahnya. Entah itu ternak babi, olahan hingga produk babi. Hal ini seiring dengan maraknya virus African Swine Fever (ASF) atau demam Babi Afrika.

“Kita menglockdown dan menolak semua jenis ternak babi, produk maupun olahannya untuk masuk ke Provinsi Papua,” tegas Asisten II Setda Provinsi Papua, Suzana Wanggai, kepada wartawan usai menggelar rapar koordinasi penanganan ASF di wilayah Papua, Rabu (21/2) kemarin.

Suzana menyebut, apa yang dilakukan tersebut seiring dengan maraknya perkembangan virus ASF. Terlebih di daerah tetangga seperti Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, ada 142 ekor babi mati setiap harinya.

“Kami imbau seluruh masyarakat untuk tidak panik, sebab kita di Provinsi Papua masih berada di zona aman. Selain itu juga, virus ini tidak menular ke manusia,” kata Susi.

Untuk penanganan kasus virus ASF ini, Susi mengaku pihaknya telah melakukan rapat koordinasi antara Pemprov bersama sembilan kabupaten/kota di Papua.

“Kami baru saja melakukan rapat koordiansi bersama sembilan kabupaten/kota di Papua  dalam rangka mengantisipasi ASF, sebagaimana saat ini Papua Tengah kasus ASF sudah masuk dengan angka kematian babi mencapai 1000-an. Rata rata kematian 142 ekor per hari,” jelasnya.

Dikatakan Susi, rapat koordinasi tersebut bukan kali pertama dilakukan. Namun sebelumnya pihaknya juga telah melakukan rapat dalam rangka penanganan ASF. Bahkan sosialisasi kepada para peternak, dan sudah dilakukan disinfeksi kandang ternak babi.

Baca Juga :  Demo ke DPRP Dihadang, PRP Pastikan Tidak Mundur

“Tim gerak cepat juga sudah turun ke lapangan, sebelumnya sempat ada beberapa kasus kematian babi. Namun setelah diperiksa di leb itu bukan kasus ASF,” kata Susi.

Bahkan kata Susi, kolaborasi tim dengan teman teman Karantina sangat baik. Dilakukan  pemeriksaan barang bawaan atau tentengan daging babi di bandara maupun di pelabuhan.

Sebelumnya, Plt Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan, Debora Salosa, menyampaikan sehubungan dengan merebaknya kasus kematian pada ternak babi mulai pada awal Januari 2024 di Kabupaten Mimika, Gubernur Papua telah mengeluarkan instruksi dalam rangka kewaspadaan terhadap ancaman penularan dan penyebaran penyakit tersebut di Provinsi Papua.

Pointnya adalah melarang melalulintaskan ternak babi, produk dan olahannya ke wilayah Provinsi Papua dari daerah Timika dan daerah lain yang tertular ataupun terduga ASF, sesuai Instruksi Gubernur No. 1 Tahun 2015.

Untuk mengantisipasi ASF masuk ke wilayah Provinsi Papua, Debora mengaku pihaknya sudah melakukan langkah langkah pencegahannya diantaranya menyambangi peternak babi yang ada di wilayah Jayapura dan sekitarnya, menyambagi rumah makan yang menjual daging babi termasuk ke penjual daging untuk mengecek stok daging mereka.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan peternakan Kota Jayapura, Jean Rollo mengatakan, tahun ini pihaknya akan melakukan pemeriksaan sampel darah terhadap hewan ternak besar seperti sapi, babi dan juga jenis unggas. Ini untuk memastikan ada tidaknya penyebaran 10 jenis  penyakit yang sering melanda ternak.

Baca Juga :  Serahkan Aset Mobil Dinas Senilai Rp 4 M

“Kami akan ambil sampel darah ternak besar,seperti sapi, kemudian ada Babi dan juga unggas, untuk memastikan 10 jenis penyakit yang kerap menyerang ternak,” kata Jean Rollo, Rabu (21/2) kemarin.

Menurutnya, setiap tahun Dinas Pertanian dan peternakan kota Jayapura selalu menginventarisir identifikasi perkembangan penyakit terutama 10 penyakit.  Ini tujuannya untuk mengantisipasi apabila dari hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan ditemukan adanya indikasi penyebaran penyakit maka langsung ditangani atau diantisipasi agar tidak merebak.

“Program pengobatan penyakit menular ternak itu setiap tahun dilakukan,  cuma terfokus ke penyakit penyakit tertentu, apabila merebak pemerintah langsung mengambil langkah antisipasi.  Terkait hal ini Pemerintah Kota Jayapura selalu berupaya untuk membangun koordinasi dengan pemerintah provinsi Papua melalui instansi terkait,” katanya.

Karena itu Dia mengingatkan para peternak agar selalu membersihkan atau memperhatikan sanitasi kandang agar bakteri maupun virus tidak bertahan hingga pada akhirnya kemudian dapat menyerang hewan ternak itu sendiri.(fia/roy/wen)

Dapatkan update berita pilihan setiap hari dari Cenderawasihpos.jawapos.com 

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya