Saturday, April 27, 2024
25.7 C
Jayapura

Disiapkan Untuk PON Papua, Tetap Melukis Meski Sepi Pembeli

Yosepina Kere saat memperlihatkan lukisan kulit kayu di rumahnya, Sabtu (18/4).  ( FOTO: Elfira/Cepos)

Yosepina Kere Pengrajin Lukisan Kulit Kayu di Tengah Pandemi Corona

Wabah virus Corona atau Covid-19, tidak menyurutkan semangat Yosepina Kere untuk berkarya menghasilkan lukisan dari kulit kayu. Apa yang dilakukan Yosepina Kere, selama pandemi Corona ini ?

Laporan: Elfira, Sentani, Kabupaten Jayapura

SAAT Cenderawasih Pos menyambangi rumahnya di Kampung Asei, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Sabtu (18/4), sejumlah kerajinan tangan dari kulit kayu karya Yosepina Kere digelar di lantai rumahnya yang terbuat dari kayu. 

Wabah virus Corona atau Covid-19, menggoncang semua sektor usaha termasuk kerajinan tangan yang digeluti perempuan asli Papua yang dikarunia tujuh orang anak. 

Sejak awal Maret 2020 lalu, tak ada satu pun hasil karyanya yang terjual. Padahal sebelum pandemi Covid-19 terjadi, Mama Yosepina panggilan akrabnya, sanggup menjual tiga hingga lima lukisan kulit kayu dalam sehari. 

Baca Juga :  Langsung Terbang ke Jakarta Temui Tito Karnavian

“Jangankan tiga atau empat, satu lukisan kulit kayu saja tidak terjual dalam sehari,” ucap Mama Yosepina kepada Cenderawasih Pos, Sabtu (18/4).

Biasanya, yang membeli lukisan kayu Mama Yosepina adalah para turis atau orang yang datang dari luar Papua yang kebetulan berkunjung ke Kampung Asei untuk berwisata.

Meskipun sepi pembeli, namun ia mengaku masih tetap melukis. Sebab, lukisan kulit kayu dan ukiran Papua lainnya dibuat untuk persiapan Pekan Olah Raga (PON) di Papua nantinya.

“Daripada keluar rumah, mendingan saya di rumah saja sambil membuat ukiran dan melukis,” ungkapnya.

Kerajinan tangan yang menggunakan wadah kulit kayu ini, digeluti Mama Yosepina sejak tahun 1970-an. Tradisi melukis di di atas kulit kayu mulai ia lakoni sejak masih memiliki dua anak.

Puluhan tahun menekuni melukis di atas kulit kayu, barusan kali ini ia mengaku tidak ada orang yang datang ke kampung untuk membeli hasil lukisannya.

Baca Juga :  Jaringan Pencari Senjata dan Amunisi  KKB Ditangkap

Adapun motif kulit kayu yang biasanya dilukis Mama Yosepina dan warga setempat, yakni motif yang bernuansa kekayaan alam, kearifan lokal, dan keadaan di sekitar lingkungan warga. Dimana setiap lukisan yang dihasilkan memiliki makna bagi keberlangsungan kehidupan warga setempat.

Untuk harga, Mama Yosepina mengaku tergantung ukuran dan tingkat kesulitan dalam proses pembuatan. Untuk lukisan kulit kayu, Mama Yosepina menjualnya dengan harga mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 1 jutaan. Sementara untuk topi dibanderol dengan harga Rp 50 hingga Rp 200 ribu dan gantungan kunci Rp 30 ribu. “Dengan adanya Corona ini, harga barang saya turunkan. Bisa ditawarlah,” ucapnya.

Adapun lukisan yang paling diminati menurutnya adalah burung Cenderawasih dan perahu yang melambangkan keseharian orang Asei itu sendiri.***

Yosepina Kere saat memperlihatkan lukisan kulit kayu di rumahnya, Sabtu (18/4).  ( FOTO: Elfira/Cepos)

Yosepina Kere Pengrajin Lukisan Kulit Kayu di Tengah Pandemi Corona

Wabah virus Corona atau Covid-19, tidak menyurutkan semangat Yosepina Kere untuk berkarya menghasilkan lukisan dari kulit kayu. Apa yang dilakukan Yosepina Kere, selama pandemi Corona ini ?

Laporan: Elfira, Sentani, Kabupaten Jayapura

SAAT Cenderawasih Pos menyambangi rumahnya di Kampung Asei, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Sabtu (18/4), sejumlah kerajinan tangan dari kulit kayu karya Yosepina Kere digelar di lantai rumahnya yang terbuat dari kayu. 

Wabah virus Corona atau Covid-19, menggoncang semua sektor usaha termasuk kerajinan tangan yang digeluti perempuan asli Papua yang dikarunia tujuh orang anak. 

Sejak awal Maret 2020 lalu, tak ada satu pun hasil karyanya yang terjual. Padahal sebelum pandemi Covid-19 terjadi, Mama Yosepina panggilan akrabnya, sanggup menjual tiga hingga lima lukisan kulit kayu dalam sehari. 

Baca Juga :  Negara Tak Serius Selesaikan Kasus Pelanggaran HAM di Papua

“Jangankan tiga atau empat, satu lukisan kulit kayu saja tidak terjual dalam sehari,” ucap Mama Yosepina kepada Cenderawasih Pos, Sabtu (18/4).

Biasanya, yang membeli lukisan kayu Mama Yosepina adalah para turis atau orang yang datang dari luar Papua yang kebetulan berkunjung ke Kampung Asei untuk berwisata.

Meskipun sepi pembeli, namun ia mengaku masih tetap melukis. Sebab, lukisan kulit kayu dan ukiran Papua lainnya dibuat untuk persiapan Pekan Olah Raga (PON) di Papua nantinya.

“Daripada keluar rumah, mendingan saya di rumah saja sambil membuat ukiran dan melukis,” ungkapnya.

Kerajinan tangan yang menggunakan wadah kulit kayu ini, digeluti Mama Yosepina sejak tahun 1970-an. Tradisi melukis di di atas kulit kayu mulai ia lakoni sejak masih memiliki dua anak.

Puluhan tahun menekuni melukis di atas kulit kayu, barusan kali ini ia mengaku tidak ada orang yang datang ke kampung untuk membeli hasil lukisannya.

Baca Juga :  Langsung Terbang ke Jakarta Temui Tito Karnavian

Adapun motif kulit kayu yang biasanya dilukis Mama Yosepina dan warga setempat, yakni motif yang bernuansa kekayaan alam, kearifan lokal, dan keadaan di sekitar lingkungan warga. Dimana setiap lukisan yang dihasilkan memiliki makna bagi keberlangsungan kehidupan warga setempat.

Untuk harga, Mama Yosepina mengaku tergantung ukuran dan tingkat kesulitan dalam proses pembuatan. Untuk lukisan kulit kayu, Mama Yosepina menjualnya dengan harga mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 1 jutaan. Sementara untuk topi dibanderol dengan harga Rp 50 hingga Rp 200 ribu dan gantungan kunci Rp 30 ribu. “Dengan adanya Corona ini, harga barang saya turunkan. Bisa ditawarlah,” ucapnya.

Adapun lukisan yang paling diminati menurutnya adalah burung Cenderawasih dan perahu yang melambangkan keseharian orang Asei itu sendiri.***

Berita Terbaru

Artikel Lainnya