Site icon Cenderawasih Pos

Keabsahan New York Agreement Dipertanyakan

JAYAPURA – Aksi demonstrasi yang dilakukan kelompok massa dari Komite Nasional Papua Barat (KNPB) akhirnya, Kamis (15/8) digelar. Sejumlah kabupaten dilakukan aksi demo termasuk di Kota Jayapura.

Untuk Jayapura sendiri dilakukan di empat titik mulai dari Perumnas III, Lingkaran Abepura, Gapura Uncen Abepura dan Buper Waena. Hanya dari jumlah massa terlihat jika aksi ini hanya dilakukan oleh tim militant yang dimiliki KNPB padahal sebelumnya sudah  banyak undangan dan selebaran yang dibagikan termasuk lewat media social.

Disini pendemo mempertanyakan kembali keabsahan “kawin paksa” New York Agreement yang dikatakan tidak melibatkan orang Papua kala itu. Perjanjian inilah yang akhirnya menjadi akar dimana Papua bisa bergabung dengan Republik Indonesia. Demo di empat titik ini juga dilakukan pembubaran paksa. Hal tersebut tak lepas dari para pendemo melakukan aksi tanpa mengantongi ijin dari aparat kepolisian termasuk terindikasi melakukan tindakan anarkis.

Meski dikatakan menyampaikan pendapat dimuka umum dilindungi undang – undang, namun pihak kepolisian tegas menyampaikan bahwa aksi demo juga memiliki aturan main dan tidak bisa seenaknya dilakukan.

AKBP.Deni Herdiana Wakapolresta Jayapura Kota (foto: Karel/Cepos)

“Dari dasar itulah kami melakukan tindakan tegas dan terukur terhadap aksi – aksi hari ini,” jelas Wakapolres Jayapura Kota, AKBP Deni Herdiana saat ditemui di Lingkaran Abepura, Kamis sore.

Ia bersyukur meski sempat terjadi ketegangan namun tak ada yang mengalami korban jiwa. Baik dari pihak kepolian maupun dari pendemo. Yang ada hanyalah beberapa kendaraan aparat yang rusak akibat dilempar.

“Puji tuhan semuanya berjalan aman. Kami harus membubarkan karena para pendemo ini melanggar kesepakatan terkait waktu. Kami sudah beri waktu tapi diulur terus,” bebernya.

Wakapolresta mengatakan empat titik yang dibubarkan karena telah mengganggu ketertiban umum dan melanggar komitmen yang telah dibangun melalui komunikasi antara pihaknya bersama para korlap.  “Korlapnya juga tidak bisa mengontrol akhirnya kami lakukan tindakan tegas terukur sesuai dengan aturan perundang-undang,” ungkap AKBP Deni.

Selain itu mantan Kapolres Yahukimo ini menyampaikan bahwa tak ada pendemo yang diamankan. Begitu pula dengan adanya korban yang tertembak.

“Tidak ada, bohong itu, kami sudah cek tidak ada yang tertembak dan yang diamankan,” imbuhnya.

Sementara itu Wakil Ketua 1 KNPB Pusat, Warpo Sampari Wetipo mengatakan aksi tersebut bertujuan untuk mengingatkan rakyat Papua bahwa Perjanjian New York adalah sebuah perjanjian yang diprakarsai secara sepihak antaran Amerika Serikat dengan Indonesia. Karenanya KNPB mendesak PBB untuk meninjau kembali Perjanjian New York 1962 dan Pepera 1969 yang dianggap cacat hukum dan tidak memenuhi standar internasional.

Karena proses tersebut tidak hanya melanggar Piagam PBB Pasal 1(2) yang menegaskan hak semua bangsa untuk menentukan nasib mereka sendiri, tetapi juga bertentangan dengan Resolusi Majelis Umum PBB 1514 (XV) tahun 1960 tentang Deklarasi Pemberian Kemerdekaan kepada Negara dan Rakyat Kolonial.

“Kami minta PBB mengakui hak bangsa Papua untuk menggelar referendum penentuan nasib sendiri yang benar-benar demokratis, bebas dari tekanan serta intimidasi militer, sesuai dengan prinsip satu orang satu suara (One Man One Vote) yang diatur dalam Resolusi Majelis Umum PBB 1541 (XV) tahun 1960,” tegasnya melalui pernyataan resmi yang diterima Cendrawasih Pos.

Diapun mengatakan perjanjian New York tidak memiliki legitimasi karena tidak mencerminkan keinginan dan aspirasi rakyat Papua. Tidak hanya itu KNPB ini juga menolak hasil Pepera 1969 karena hanya melibatkan 1.026 orang dari sekitar 809.337 rakyat Papua.

“Kami meminta Indonesia untuk menghormati hak kami sebagai bangsa Papua untuk menentukan masa depan kami sendiri,” tegasnya.

KNPB juga menuntut Indonesia segera menyelenggarakan referendum yang adil dan demokratis bagi bangsa Papua, sesuai dengan prinsip-prinsip hukum internasional, termasuk Piagam PBB Pasal 1(2) dan Resolusi Majelis Umum PBB 1514 (XV) tahun 1960 tentang hak penentuan nasib sendiri.

Warpo juga menyebut harapan didukung oleh Melanesian Spearhead Group (MSG) juga Pasific Island Forum (PIF) untuk memperkuat solidaritas antara bangsa-bangsa Pasifik dalam mendukung perjuangan bangsa Papua.

Tidak sampai disitu KNPB juga meminta dukungan Paus Fransiskus Xaverius dalam momentum kunjungan ke Indonesia. Paus dapat menggunakan pengaruh dan suara moral yang dimiliki dalam membela keadilan dan perdamaian bagi bangsa Papua.

“Kami berharap Paus dapat bersuara untuk menyuarakan dukungan terhadap hak bangsa Papua untuk menentukan nasib sendiri, sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan yang diakui dalam ajaran gereja,” imbuhnya.

Sementara, aksi massa yang awalnya dikatakan akan menurunkan ribuan orang ternyata tidak terbukti. Aktifitas warga juga tidak sepenuhnya lumpuh mengingat pasar tradisional dan sejumlah pusat perbelanjaan masih beraktifitas seperti biasa.

Meski ada beberapa yang tutup namun itu tak lepas dari sekolah yang berada didekat jalan utama, seperti SMP. St. Paulus Abepura dan juga SMP Adven yang berada di padang bulan. Persiapan upacara di Lapangan Trikora juga dilakukan seperti biasa.

Satu warga bernama Abdul mengaku awalnya merasa cemas dan takut karena dari selebaran kertas yang beredar tampak seperti aksi besar – besaran namun dengan melihat mobilitias aparat kepolisian yang siaga sejak Rabu malam akhirnya mereka berani membuka toko.

“Memang ada rasa takut,tapi tidak seperti sebelum sebelumnya. Sekarang sudah kami anggap biasa,” singkatnya. Polri menyiapkan langkah antisipasi dengan menurunkan sekitar 700 personel, yang terdiri dari 300 personel Polresta Jayapura Kota, 300 personel Polres Jayapura, dan 100 personel dari Polda Papua.

Beberapa titik yang akan dijaga ketat, Kombes Benny yang meliputi Taman Imbi, Dok V atas, Pos Kampung Buton-Skyline, Lingkaran Abepura, Uncen Bawah, pertigaan USTJ, Perumnas, Expo, Genyem, Jalan Sosial Sentani, Mata Jalan Pos 7, Kampung Harapan, Pasar Lama, serta area lain yang dianggap rawan.

Tidak hanya di Jayapura dan sekitarnya, pengamanan juga akan dilakukan di daerah lain seperti Jayawijaya, Nabire, Dogiyai, dan Deiyai. Kombes Pol. Ignatius Benny menambahkan bahwa Polri juga bekerja sama dengan TNI serta Pemerintah Daerah untuk mencegah potensi gangguan keamanan. Pantauan Cenderawasih Pos di Waena, massa yang awalnya berkumpul di Perumnas II akhirnya berhasil dipukul mundur oleh aparat.

Namun massa yang kocar kacir ini justru menyebar di tiga titik dan kemudian menyerang balik. Terjadi lemparan batu berkali – kali  dan itu dibalas dengan tembakan air mata. Blokade aparat di Perumnas II ini berakhir sekira pukul 13.30 WIT dimana setelah dianggap reda, aparat kemudian meluncur ke Expo Waena dan kembali membubarkan massa.

Sempat terjadi ketegangan bahkan aparat dan massa akhirnya berhadap – hadapan setelah sebelumnya dihambur menggunakan gas air mata. Sekira pukul 15.00 WIT akhirnya massa yang dikawal Kabag Ops, Kompol Clief Duwith ini berhasil disuruh mundur masuk ke Jl Buper Waena. Hingga sore hari tak ada insiden berarti hingga semua membubarkan diri. (kar/jim/ade)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version