Lebih lanjut Taufik sampaikan bahwa kedua ular tersebut tidak hanya hidup di gunung Cyclop saja tetapi dilingkungan sekitar juga ada seperti sekeliling rumah, kebun dan lainnya. Karena itu ia menghimbau kepada masyarakat untuk tetap hati-hati dan selalu menjaga kebersihan lingkungan terutama sekitar rumah.
Dalam keterangannya juga Ia menjelaskan Ular Putih Papua (Micropechis Ikaheka) adalah salah satu ular paling berbisa di dunia yang hanya ditemukan di Papua dan pulau-pulau sekitarnya. Hal ini kata Taufik menjadikannya spesies endemik yang sangat khas. Ular ini dikenal dengan nama Ikaheka, yang berarti “belut darat” dalam bahasa lokal Papua Barat, dan juga disebut sebagai “Papuan small-eyed snake” atau “New Guinea eel-snake” dalam bahasa Inggris.
Bisa ular ini sangat berbahaya, bahkan lebih berbahaya dari kobra. Kematian akibat gigitan Micropechis Ikaheka bukanlah hal yang langka.
“Saat ini, belum ada antivenom atau serum anti racun yang tersedia untuk mengatasi gigitan ular putih Papua,” ungkapnya.
Sebutnya Ular ini suka tinggal di tempat-tempat lembab, basah, dan berlumpur seperti rawa, anak sungai, lahan basah, hutan hujan dataran rendah, dan tumpukan sisa-sisa vegetasi. Sementara itu Death Adder Kata Taufik diketahui banyak tersebar di hampir seluruh wilayah Australia dan Papua bagian selatan, termasuk di Kabupaten Mimika.
Death adder diketahui bisa menyuntikkan sekitar 40-100 miligram (mg) racun saraf, yang mana sekali gigitan dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian hanya dalam waktu 6 jam yang berakibat pada kegagalan fungsi pernapasan.
“Kurangnya pengetahuan tentang ular tersebut, dan penanganan awal saat digigit sehingga kebanyakan berakibat fatal atau kematian,” tutupnya. (kar/ade)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOSÂ https://www.myedisi.com/cenderawasihpos