Monday, April 29, 2024
25.7 C
Jayapura

Empat dari 275 Bahasa di Papua Mulai Punah

Bahasa Nasional juga Bisa Jadi Penyebab Bahasa Daerah Punah

JAYAPURA-Empat dari 275 bahasa di Papua dan Papua Barat mulai punah berdasarkan data yang ada di SIL (Suluh Insan Lestari). Empat Bahasa yang punah itu yakni bahasa Inanwatan, Afra, Mor dan Namla.

Sekedar diketahui, bahasa Inanwatan sendiri dituturkan di Kabupaten Sorong Selatan Provinsi Papua Barat, bahasa Mor dituturkan di teluk Cenderawasih dekat Waropen dan dekat Teluk Wondama. Sementara bahasa Namla dituturkan oleh masyarakat di Kabupaten Keerom.

Spesialis Literasi Rachfri Kirihio menyampaikan, penyebab bahasa punah di Papua berdasarkan skala ketergangguan antargenerasi berlandai yang diperluas.

Urutan 0-3 nasional/internasional, urutan 4 digunakan dalam bidang pPendidikan, urutan 5 ditulis oleh sebagian tapi digunakan secara lisan semua usia, urutan 6 digunakan secara lisan oleh semua anak anak dan digunakan secara lisan oleh sebagian anak anak. Sementara urutan 7 digunakan secara lisan hanya orang dewasa, kemudian urutan 8 digunakan secara lisan hanya orang tua tua dan hampir jarang digunakan. Lalu urutan 9 digunakan hanya untuk menguatkan ikatan sosial.

“Empat bahasa itu sudah tidak lagi digunakan oleh generasi penutur, orang yang sebenarnya pemilik bahasa itu namun ia sudah tidak tahu,” ungkap Rachfri kepada Cenderawasih Pos, Jumat (18/3).

Baca Juga :  Bangga Pelajar SMK di Papua Beri Kontribusi Signifikan

Rachfri yang pernah tinggal di Belanda menyampaikan, dimungkinkan ke depannya ada bahasa daerah di Papua juga yang berpotensi punah, jika para generasi saat ini tidak paham atau tidak lagi menggunakan bahasa daerahnya.

Menurutnya, agar ratusan bahasa daerah di Papua dan Papua Barat tidak punah, maka dalam keluarga terutama orang tua yang mengetahui bahasa dearahnya harus mengajarkan anak-anak mereka berbahasa daerah.

“Penyebab suatu bahasa daerah bisa hilang karena orang menikah keluar dari sukunya dan asimilasi. Bisa juga karena orang tua yang tidak mengajarkan anak-anak soal bahasa daerahnya dan ada bahasa nasional yang lebih bergengsi seperti kalau di Papua harus tahu bahasa Indonesia,” terangnya.

Selain itu, penyebab bahasa suatu daerah punah jika masyarakat di suatu daerah tersebut jumlah penuturnya yang sedikit. “Di Papua ada satu suku yang penuturnya hanya 110 orang saja dan bahasa itu dalam generasi ini akan punah atau sudah tidak ada lagi,” ungkapnya.

Menurut Rachfri, yang perlu didorong agar ratusan bahasa di Papua dan Papua Barat kedepannya tidak hilang, maka pemerintah bisa membuat peraturan. Di daerah tertentu dimana anak-anak tidak tahu bahasa Indonesia, sejak kelas awal para anak-anak tersebut sudah diajarkan persiapan literasi dan literasi dalam bahasa daerah mereka sendiri.

Baca Juga :  Teman-Teman Selalu Mengingatkan untuk Menjalankan Ibadah

“Bukan sekedar menggunakan bahasa daerah mereka dengan baik dan benar, tetapi juga mereka bisa menulisnya. Ini salah satu hal yang bisa menolong ketahanan bahasa suatu daerah. Jika sebatas bahasa lisan itu bisa gampang hilang seiring dengan perkembangan zaman,” bebernya.

Selain itu kata Rachfri, semakin kecil penuturnya semakin berpotensi bahasa itu punah. Apalagi keadaan di Indonesia, dimana ada bahasa nasional yang digunakan ditingkat pendidikan formal. “Bahasa nasional juga bisa menjadi sebab bahasa daerah punah. Sebab, bahasa nasional ini memudahkan komunikasi untuk banyak orang dari berbagai daerah,” ungkapnya.

Untuk itu lanjutnya, mengatasi kepunahan bahasa daerah maka pemerintah setempat perlu menyadarkan masyarakat dengan membuat pelatihan dan seminar serta, membuat dongeng lokal. “Bahasa daerah yang harus ditulis, lalu tulisan-tulisan bahasa daerah itu diletakkan di perpustakaan. Sehingga, anak generasi berikutnya bisa membacanya,” tutupnya. (fia/nat)

Bahasa Nasional juga Bisa Jadi Penyebab Bahasa Daerah Punah

JAYAPURA-Empat dari 275 bahasa di Papua dan Papua Barat mulai punah berdasarkan data yang ada di SIL (Suluh Insan Lestari). Empat Bahasa yang punah itu yakni bahasa Inanwatan, Afra, Mor dan Namla.

Sekedar diketahui, bahasa Inanwatan sendiri dituturkan di Kabupaten Sorong Selatan Provinsi Papua Barat, bahasa Mor dituturkan di teluk Cenderawasih dekat Waropen dan dekat Teluk Wondama. Sementara bahasa Namla dituturkan oleh masyarakat di Kabupaten Keerom.

Spesialis Literasi Rachfri Kirihio menyampaikan, penyebab bahasa punah di Papua berdasarkan skala ketergangguan antargenerasi berlandai yang diperluas.

Urutan 0-3 nasional/internasional, urutan 4 digunakan dalam bidang pPendidikan, urutan 5 ditulis oleh sebagian tapi digunakan secara lisan semua usia, urutan 6 digunakan secara lisan oleh semua anak anak dan digunakan secara lisan oleh sebagian anak anak. Sementara urutan 7 digunakan secara lisan hanya orang dewasa, kemudian urutan 8 digunakan secara lisan hanya orang tua tua dan hampir jarang digunakan. Lalu urutan 9 digunakan hanya untuk menguatkan ikatan sosial.

“Empat bahasa itu sudah tidak lagi digunakan oleh generasi penutur, orang yang sebenarnya pemilik bahasa itu namun ia sudah tidak tahu,” ungkap Rachfri kepada Cenderawasih Pos, Jumat (18/3).

Baca Juga :  Serang Polisi, Warga Arso III Ditembak

Rachfri yang pernah tinggal di Belanda menyampaikan, dimungkinkan ke depannya ada bahasa daerah di Papua juga yang berpotensi punah, jika para generasi saat ini tidak paham atau tidak lagi menggunakan bahasa daerahnya.

Menurutnya, agar ratusan bahasa daerah di Papua dan Papua Barat tidak punah, maka dalam keluarga terutama orang tua yang mengetahui bahasa dearahnya harus mengajarkan anak-anak mereka berbahasa daerah.

“Penyebab suatu bahasa daerah bisa hilang karena orang menikah keluar dari sukunya dan asimilasi. Bisa juga karena orang tua yang tidak mengajarkan anak-anak soal bahasa daerahnya dan ada bahasa nasional yang lebih bergengsi seperti kalau di Papua harus tahu bahasa Indonesia,” terangnya.

Selain itu, penyebab bahasa suatu daerah punah jika masyarakat di suatu daerah tersebut jumlah penuturnya yang sedikit. “Di Papua ada satu suku yang penuturnya hanya 110 orang saja dan bahasa itu dalam generasi ini akan punah atau sudah tidak ada lagi,” ungkapnya.

Menurut Rachfri, yang perlu didorong agar ratusan bahasa di Papua dan Papua Barat kedepannya tidak hilang, maka pemerintah bisa membuat peraturan. Di daerah tertentu dimana anak-anak tidak tahu bahasa Indonesia, sejak kelas awal para anak-anak tersebut sudah diajarkan persiapan literasi dan literasi dalam bahasa daerah mereka sendiri.

Baca Juga :  Teman-Teman Selalu Mengingatkan untuk Menjalankan Ibadah

“Bukan sekedar menggunakan bahasa daerah mereka dengan baik dan benar, tetapi juga mereka bisa menulisnya. Ini salah satu hal yang bisa menolong ketahanan bahasa suatu daerah. Jika sebatas bahasa lisan itu bisa gampang hilang seiring dengan perkembangan zaman,” bebernya.

Selain itu kata Rachfri, semakin kecil penuturnya semakin berpotensi bahasa itu punah. Apalagi keadaan di Indonesia, dimana ada bahasa nasional yang digunakan ditingkat pendidikan formal. “Bahasa nasional juga bisa menjadi sebab bahasa daerah punah. Sebab, bahasa nasional ini memudahkan komunikasi untuk banyak orang dari berbagai daerah,” ungkapnya.

Untuk itu lanjutnya, mengatasi kepunahan bahasa daerah maka pemerintah setempat perlu menyadarkan masyarakat dengan membuat pelatihan dan seminar serta, membuat dongeng lokal. “Bahasa daerah yang harus ditulis, lalu tulisan-tulisan bahasa daerah itu diletakkan di perpustakaan. Sehingga, anak generasi berikutnya bisa membacanya,” tutupnya. (fia/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya