Friday, April 26, 2024
32.7 C
Jayapura

Sempat Ditembaki, Jenazah Gabriella Berhasil Dievakuasi

JAYAPURA-Jenazah tenaga kesehatan (nakes) Gabriella Meilani (22) yang gugur saat KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) pimpinan Lamek Taplo menyerang Distrik Kiwirok,  berhasil dievakuasi Satgas Pamtas di jurang  kedalaman sekitar 300 meter dengan kemiringan 90 derajat. 

Saat proses evakuasi, anggota Satgas Pamtas ditembaki dari arah ketinggian oleh KKB, Jumat (17/9).

Proses evakuasi terhadap jenazah Gabriella dilakukan oleh 10 personel Satgas Pamtas yang turun ke jurang. Saat ini, jenazah Gabriella disemayamkan di Koramil Kiwirok menunggu proses evakuasi selanjutnya yang direncanakan dilakukan Sabtu (18/9) hari ini.  

Sementara untuk rekan almarhumah Gabriella yang berjumlah 9 orang, telah dievakuasi dari Kiwirok ke Jayapura menggunakan helikopter milik TNI AU yang mendarat di Lapangan Frans Kaisepo Makodam XVII/Cenderawasih sekira pukul 10:57 WIT.

Selanjutnya, 9 orang Nakes bersama 1 anggota Satgas Pamtas Yonif 403 dilarikan ke Rumah Sakit Marthen Indey untuk mendapatkan penanganan medis.

Kasdam XVII/Cenderawasih, Brigjen TNI Bambang Trisnohadi menyampaikan, para Nakes yang dievakuasi mengalami luka akibat penyiksaan dan penganiayaan dari KKB.

Kasdam Bambang Trisnohadi mengecam kejadian yang terjadi di Kiwirok yang membuat gugurnya satu Nakes. KKB menurutnya sudah melampaui batas-batas kemanusiaan mereka.

“Petugas kesehatan adalah pahlawan kemanusiaan yang mengabdikan dirinya untuk bertugas di daerah terpencil melayani masyarakat yang sakit di daerah Kiwirok, tapi kenapa mereka justru yang menjadi korban. Tindakan ini sangat keji, kami mengutuknya. Saya bilang ini tindakan pengecut, menyakiti wanita-wanita mulia yang tidak berdosa,” tegas Kasdam.

Baca Juga :  Sidang Paniai Berdarah Dinilai Ajang Baku Tipu

Sementara itu, Komandan Korem 172/PWY Brigjen TNI Izak Pangemanan menyampaikan, insiden penyerangan dan pembakaran fasilitas publik di Distrik Kiwirok yang terjadi pada Senin (13/9) sudah direncanakan.

“Jika dilihat dari video yang beredar, pelaku pembakaran fasilitas publik di Kiwirok tidak seperti KKB yang ada di Intan Jaya, Ilaga atau daerah lain. Mereka ini orang kota yang diduga kelompok KNPB. Pembakaran yang mereka lakukan ada kaitannya dengan penangkapan dua anggota mereka yakni YO dan KO, anggota KNPB yang ditangkap di Batom bersama lima pucuk senjata oleh anggota TNI,” tuturnya.

Danrem Izak Pangemanan menerangkan, sebelum kejadian pada Senin (13/9) lalu, pagi harinya masyarakat setempat mengingatkan kepada Nakes bahwa OPM akan menyerang TNI-Polri. Anggota sendiri saat itu sudah mengetahui akan ada aksi penyerangan dan sudah diantisipasi.

“Aparat sudah tahu karena pergerakan mereka (KKB-red) kita ikuti, pergerakan mereka kita sudah antisipasi sehingga ketika mereka mendakati Pos kita sergap mereka,” terangnya.

“Untuk tenaga kesehatan ini diminta masyarakat untuk tidak meninggalkan Puskesmas seandainya ada masyarakat yang terluka maka Nakeslah nantinya yang akan mengobati, sehingga mereka siap di Puskesmas saat itu,” sambung Danrem.

Baca Juga :  Salju di Puncak Jaya “Cartenz” Diprediksi Akan Hilang

Lanjut Danrem, dalam posisi standby di Puskesmas, sekelompok orang datang menyerang lalu mengumpulkan Nakes di satu tempat lalu dianiaya. Dalam kejadian ini, satu anggota Nakes hingga saat ini belum ditemukan. “Satu Nakes yang belum ditemukan sedang kami cari,kita berharap dia masih hidup,” ucapnya.

Disampaikan Danrem, untuk saat ini pihaknya sudah menggeser 1 pleton anggota TNI untuk memperkuat pengamanan di Distrik Kiwirok.

“Kita akan kejar kelompok ini. Kekuatan kita tambah 1 pleton dan ada juga anggota dari Brimob. Kalau kurang personel, kita tambah pasukan lagi. Mereka (KKB-red) yang ada di situ harus kita tumpas semunya. Jika tidak maka semakin banyak korban nantinya dan menyebabkan pembangunan tidak jalan. Apalagi mereka sudah melakukan pembakaran fasilitas publik,” terangnya.

Dikatakan, penyerangan dan pembakaran fasilitas publik di Distrik Kiwirok terkait dengan penangkapan dua anggota KKB di Batom bersama lima pucuk senjata. “Saat tenaga kesehatan dianiaya, mereka paksa meminta dua orang dan senjatanya dikembalikan,” kata Danrem.

Sementara itu, upaya pencegahan kedepan agar hal serupa tidak terulang, pihaknya akan mengawal ketat pelayanan kesehatan. “Sehingga salah satu cara kita harus tumpaskan mereka (KKB-red) agar tidak menganggu pembangunan di Papua khususnya di Pegunungan Bintang,” tutupnya. (fia/nat)

JAYAPURA-Jenazah tenaga kesehatan (nakes) Gabriella Meilani (22) yang gugur saat KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) pimpinan Lamek Taplo menyerang Distrik Kiwirok,  berhasil dievakuasi Satgas Pamtas di jurang  kedalaman sekitar 300 meter dengan kemiringan 90 derajat. 

Saat proses evakuasi, anggota Satgas Pamtas ditembaki dari arah ketinggian oleh KKB, Jumat (17/9).

Proses evakuasi terhadap jenazah Gabriella dilakukan oleh 10 personel Satgas Pamtas yang turun ke jurang. Saat ini, jenazah Gabriella disemayamkan di Koramil Kiwirok menunggu proses evakuasi selanjutnya yang direncanakan dilakukan Sabtu (18/9) hari ini.  

Sementara untuk rekan almarhumah Gabriella yang berjumlah 9 orang, telah dievakuasi dari Kiwirok ke Jayapura menggunakan helikopter milik TNI AU yang mendarat di Lapangan Frans Kaisepo Makodam XVII/Cenderawasih sekira pukul 10:57 WIT.

Selanjutnya, 9 orang Nakes bersama 1 anggota Satgas Pamtas Yonif 403 dilarikan ke Rumah Sakit Marthen Indey untuk mendapatkan penanganan medis.

Kasdam XVII/Cenderawasih, Brigjen TNI Bambang Trisnohadi menyampaikan, para Nakes yang dievakuasi mengalami luka akibat penyiksaan dan penganiayaan dari KKB.

Kasdam Bambang Trisnohadi mengecam kejadian yang terjadi di Kiwirok yang membuat gugurnya satu Nakes. KKB menurutnya sudah melampaui batas-batas kemanusiaan mereka.

“Petugas kesehatan adalah pahlawan kemanusiaan yang mengabdikan dirinya untuk bertugas di daerah terpencil melayani masyarakat yang sakit di daerah Kiwirok, tapi kenapa mereka justru yang menjadi korban. Tindakan ini sangat keji, kami mengutuknya. Saya bilang ini tindakan pengecut, menyakiti wanita-wanita mulia yang tidak berdosa,” tegas Kasdam.

Baca Juga :  Hanya 2 Jam Pecahkan Rekor Nasional, Kurangi Kelahiran dari Operasi Caesar

Sementara itu, Komandan Korem 172/PWY Brigjen TNI Izak Pangemanan menyampaikan, insiden penyerangan dan pembakaran fasilitas publik di Distrik Kiwirok yang terjadi pada Senin (13/9) sudah direncanakan.

“Jika dilihat dari video yang beredar, pelaku pembakaran fasilitas publik di Kiwirok tidak seperti KKB yang ada di Intan Jaya, Ilaga atau daerah lain. Mereka ini orang kota yang diduga kelompok KNPB. Pembakaran yang mereka lakukan ada kaitannya dengan penangkapan dua anggota mereka yakni YO dan KO, anggota KNPB yang ditangkap di Batom bersama lima pucuk senjata oleh anggota TNI,” tuturnya.

Danrem Izak Pangemanan menerangkan, sebelum kejadian pada Senin (13/9) lalu, pagi harinya masyarakat setempat mengingatkan kepada Nakes bahwa OPM akan menyerang TNI-Polri. Anggota sendiri saat itu sudah mengetahui akan ada aksi penyerangan dan sudah diantisipasi.

“Aparat sudah tahu karena pergerakan mereka (KKB-red) kita ikuti, pergerakan mereka kita sudah antisipasi sehingga ketika mereka mendakati Pos kita sergap mereka,” terangnya.

“Untuk tenaga kesehatan ini diminta masyarakat untuk tidak meninggalkan Puskesmas seandainya ada masyarakat yang terluka maka Nakeslah nantinya yang akan mengobati, sehingga mereka siap di Puskesmas saat itu,” sambung Danrem.

Baca Juga :  Salju di Puncak Jaya “Cartenz” Diprediksi Akan Hilang

Lanjut Danrem, dalam posisi standby di Puskesmas, sekelompok orang datang menyerang lalu mengumpulkan Nakes di satu tempat lalu dianiaya. Dalam kejadian ini, satu anggota Nakes hingga saat ini belum ditemukan. “Satu Nakes yang belum ditemukan sedang kami cari,kita berharap dia masih hidup,” ucapnya.

Disampaikan Danrem, untuk saat ini pihaknya sudah menggeser 1 pleton anggota TNI untuk memperkuat pengamanan di Distrik Kiwirok.

“Kita akan kejar kelompok ini. Kekuatan kita tambah 1 pleton dan ada juga anggota dari Brimob. Kalau kurang personel, kita tambah pasukan lagi. Mereka (KKB-red) yang ada di situ harus kita tumpas semunya. Jika tidak maka semakin banyak korban nantinya dan menyebabkan pembangunan tidak jalan. Apalagi mereka sudah melakukan pembakaran fasilitas publik,” terangnya.

Dikatakan, penyerangan dan pembakaran fasilitas publik di Distrik Kiwirok terkait dengan penangkapan dua anggota KKB di Batom bersama lima pucuk senjata. “Saat tenaga kesehatan dianiaya, mereka paksa meminta dua orang dan senjatanya dikembalikan,” kata Danrem.

Sementara itu, upaya pencegahan kedepan agar hal serupa tidak terulang, pihaknya akan mengawal ketat pelayanan kesehatan. “Sehingga salah satu cara kita harus tumpaskan mereka (KKB-red) agar tidak menganggu pembangunan di Papua khususnya di Pegunungan Bintang,” tutupnya. (fia/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya