Demokrasi juga menitipkan kisah kebersamaan dimana setiap suara sekecil apapun menjadi nyanyian harmoni bagi tanah Papua. Dengan hati yang penuh tekad, keduanya memulai langkah-langkah kecil untuk mengejar dukungan partai politik. Sebuah perjalanan panjang yang tidak hanya menguji keteguhan, tetapi juga membawa pelajaran bahwa politik sejati adalah seni melayani, bukan sekadar mengejar kekuasaan. Dikatakan bahwa perjalanan untuk maju dalam pemilihan ini bukanlah tanpa rintangan.
Sebagai calon dari PDI Perjuangan, BTM mengaku rela melepaskan mandat dan jerih payah yang telah diraih sebagai caleg DPR-RI terpilih dengan suara terbanyak demi mengabdikan diri kepada tanah kelahirannya, Papua. Namun, proses pencarian rekomendasi partai menjadi episode yang penuh liku mengingat harga politik dirasa begitu mahal dan bukan hanya materi tetapi juga moral. Demokrasi seakan kehilangan makna ketika kursi kekuasaan menjadi komoditas.
“Kami mengetuk pintu demi pintu partai politik, mengikuti setiap prosedur dengan harapan besar. Namun, pintu-pintu itu rasanya tertutup rapat. Hampir semua partai politik memberikan dukungan kepada competitor, lalu kami berada di ujung keputusasaan,” ujar BTM menceritakan perjalanan mencari dukungan partai pendukung. Sekali lagi, perjalanan ini penuh dengan suka dan duka, diwarnai perjuangan yang sering kali terasa hampir sia-sia.
Tomi Mano menceritakan bahwa ketika itu harapan hampir padam, PDI Perjuangan hadir dengan semangat gotong-royong. Dalam pelukan hangat Ibu Megawati Soekarnoputri BTM-YB merasa diterima kembali sebagai bagian dari perjuangan besar untuk rakyat Papua. “Tak lama kemudian, dukungan tulus datang dari Partai Kebangkitan Nasional (PKN) di bawah pimpinan Anas Urbaningrum (Cak Anas),” tambahnya.
Diakui rekomendasi kedua partai ini tidak cukup untuk mencalonkan keduanya sebagai pasangan gubernur dan wakil gubernur Provinsi Papua karena tidak memenuhi syarat ambang batas pencalonan. “Dan kami pun Ikhlas menerima kegagalan bahkan terlontar dari mulut saya bahwa mungkin Tuhan menghentikan pengabdian saya untuk rakyat papua,” cerita Tomi Mano.
Tetapi Tuhan berkehendak lain. Keputusan Mahkamah Konstitusi yang menghapus ambang batas pencalonan menjadi mukjizat pada hari hari genting menjelang pendaftaran. Ini bukan sekadar keputusan hukum, tetapi kehendak Tuhan yang membangkitkan semangat baru. Keputusan ini seperti membuka tabir sejarah, memberikan ruang baru bagi demokrasi yang lebih inklusif dan berkeadilan. Tuhan Maha Adil.