Friday, November 22, 2024
24.7 C
Jayapura

Dicekal, Akan Sangat Berdampak bagi kesehatan Gubernur

Terpaksa Konsultasi Online dengan Dokter Singapura

JAYAPURA – Dokter Pribadi Gubernur Papua, dr Anton Mote menyebut, pasca ditetapkan sebagai tersangka kondisi kesehatan Gubernur Papua Lukas Enembe dimana gejala gejala yang sebenarnya harus tidak muncul akhirnya muncul. Seperti kaki bengkak akibat  komplikasi.

Dr Anton Mote sendiri menjadi dokter pribadi Gubernur Papua Lukas Enembe sejak 10 tahun lalu. Ia menyebut jika Gubernur Papua mengalami beberapa jenis penyakit, salah satu adalah stroke, diabetes, tensi, jantung dan komplikasi ke ginjal.

“Untuk pengobatan selama ini beliau rutin melaksanakan pelayanan dan kontrol penanganan kesehatan di salah satu rumah sakit di Singapura dan Manila. Kami hanya melengkapi  seluruh kelengkapan yang mana disampaikan dari dokter yang menangani beliau di Singapura dan menindaklanjuti apa yang sudah dianjurkan dari Singapura,” kata dr Anton dalam keterangan persnya kepada wartawan di Jayapura, Rabu (14/9).

Ia menyampaikan jika Gubernur selama ini cukup rutin mengkonsumsi obat yang dimiliknya  dan terpantau baik, hanya saja harus melakukan kontrol kembali ke dokter di Singapura dan Manila.

“Kontrol yang akan dilakukan Gubernur ke Negara Singapura pada September ini dipending dengan beberapa pernyataan surat dari KPK yang sebenarnya Kemendagri sendiri sudah memberikan izin kepada gubernur untuk bisa berobat,” ungkap dr Anton.

Baca Juga :  687 Personel TNI/ Polri Siap Amankan Penetapan DOB Papua Pegunungan

Ia pun menyampaikan bahwa beberapa waktu kemarin gejala-gejala yang sebenarnya tidak harus muncul akhirnya muncul kembali seperti kaki bengkak dikarenakan komplikasi.

“Semestinya beliau (Gubernur-red) segera mendapat penanganan medis, hingga kini kami masih berkoordinasi dengan pihak kuasa hukum, Kementrian Dalam Negeri dan KPK agar bisa memberikan ruang hak gubernur mendapatkan penanganan medis,” ucapnya.

Lanjutnya, dikarenaka gubernur tidak bisa berangkat atau dicekal terpaksa pihaknya harus lebih ekstra untuk melakukan pengawasan terhadap mantan Bupati Puncak Jaya itu di Jayapura. Dan saat ini orang nomor satu di Papua itu sedang berada di kediamannya di Koya.

“Kami sudah melalukan beberapa pemeriksaan terhadap Gubernur dan terpaksa harus melakukan konsultasi secara online ke Singapura,” jelasnya.

Dr Anton meminta agar hak-hak gubernur sebagai seorang pasien harus dihargai oleh semua pihak, baik lembaga KPK maupun pemerintah agar mempermudah beliau (Gubernur-red) dalam menjalankan penanganan kesehatan.

“Kami terus memantau kondisi kesehatan Gubernur, selebihnya dengan tekanan persoalan ini kami harus sampaikan bahwa tekanan persoalan ini pasti akan memperberat kondisi gubernur perihal kesehatannya. Kami mohon dukungan untuk gubernur, tapi sebagai dokter pribadi akan terus memberikan pelayanan dan pengawasan ketat,” kara dr Anton.

Baca Juga :  Mulai Menjauh

Disampaikan dr Anton yang juga Direktur RSUD Jayapura ini, untuk mendatangkan dokter dari Singapura ke Jayapura dianggap cukup rumit. Sejauh ini sebatas komunikasi via telefon pasca pencekalan gubernur ke luar.

“Pemeriksaan yang kami lakukan di sini (Jayapura-red) akan kami sampaikan ke sana (Singapura-red), walaupun secara pemeriksaan alat penunjang yang sangat terbatas di tanah Papua yang tentunya tidak memberikan pelayanan maksimal kepada seorang Gubernur,” terangnya.

Dr Anton menyebut berdampak besar untuk kesehatan Gubernur Papua jika beliau tidak mendapatkan izin berobat keluar sebagaimana yang dilakukan selama ini. “Dampaknya sangat besar bagi kesehatan Gubernur jika tidak berobat ke luar,” tegasnya.

Dari data yang dimiliki dr Anton, pada tahun 2021 Gubernur Papua pernah melakukan terapi kesehatan di Papua Nugini. Dan pada tahun 2022  melakukan Medical Check Up di Ukraina.

“Yang paling sering itu Beliau (Gubernur-red) ke Singapura untuk berobat,” kata dr Anton

Kata dr Anton, hampir beberapa negara gubernur kunjungi untuk melakukan terapi, check up dan berobat seperti di Ukraina, Singapura, PNG dan bahkan Amerika ketika sedang  mengunjungi anak anak Papua.

“Bapak itu diabetes sejak lama bahkan sebelum beliau jadi gubernur,” pungkasnya. (fia/wen)

Terpaksa Konsultasi Online dengan Dokter Singapura

JAYAPURA – Dokter Pribadi Gubernur Papua, dr Anton Mote menyebut, pasca ditetapkan sebagai tersangka kondisi kesehatan Gubernur Papua Lukas Enembe dimana gejala gejala yang sebenarnya harus tidak muncul akhirnya muncul. Seperti kaki bengkak akibat  komplikasi.

Dr Anton Mote sendiri menjadi dokter pribadi Gubernur Papua Lukas Enembe sejak 10 tahun lalu. Ia menyebut jika Gubernur Papua mengalami beberapa jenis penyakit, salah satu adalah stroke, diabetes, tensi, jantung dan komplikasi ke ginjal.

“Untuk pengobatan selama ini beliau rutin melaksanakan pelayanan dan kontrol penanganan kesehatan di salah satu rumah sakit di Singapura dan Manila. Kami hanya melengkapi  seluruh kelengkapan yang mana disampaikan dari dokter yang menangani beliau di Singapura dan menindaklanjuti apa yang sudah dianjurkan dari Singapura,” kata dr Anton dalam keterangan persnya kepada wartawan di Jayapura, Rabu (14/9).

Ia menyampaikan jika Gubernur selama ini cukup rutin mengkonsumsi obat yang dimiliknya  dan terpantau baik, hanya saja harus melakukan kontrol kembali ke dokter di Singapura dan Manila.

“Kontrol yang akan dilakukan Gubernur ke Negara Singapura pada September ini dipending dengan beberapa pernyataan surat dari KPK yang sebenarnya Kemendagri sendiri sudah memberikan izin kepada gubernur untuk bisa berobat,” ungkap dr Anton.

Baca Juga :  Keterlambatan Pembayaran Mulai Berimbas pada Mahasiswa Dalam Negeri

Ia pun menyampaikan bahwa beberapa waktu kemarin gejala-gejala yang sebenarnya tidak harus muncul akhirnya muncul kembali seperti kaki bengkak dikarenakan komplikasi.

“Semestinya beliau (Gubernur-red) segera mendapat penanganan medis, hingga kini kami masih berkoordinasi dengan pihak kuasa hukum, Kementrian Dalam Negeri dan KPK agar bisa memberikan ruang hak gubernur mendapatkan penanganan medis,” ucapnya.

Lanjutnya, dikarenaka gubernur tidak bisa berangkat atau dicekal terpaksa pihaknya harus lebih ekstra untuk melakukan pengawasan terhadap mantan Bupati Puncak Jaya itu di Jayapura. Dan saat ini orang nomor satu di Papua itu sedang berada di kediamannya di Koya.

“Kami sudah melalukan beberapa pemeriksaan terhadap Gubernur dan terpaksa harus melakukan konsultasi secara online ke Singapura,” jelasnya.

Dr Anton meminta agar hak-hak gubernur sebagai seorang pasien harus dihargai oleh semua pihak, baik lembaga KPK maupun pemerintah agar mempermudah beliau (Gubernur-red) dalam menjalankan penanganan kesehatan.

“Kami terus memantau kondisi kesehatan Gubernur, selebihnya dengan tekanan persoalan ini kami harus sampaikan bahwa tekanan persoalan ini pasti akan memperberat kondisi gubernur perihal kesehatannya. Kami mohon dukungan untuk gubernur, tapi sebagai dokter pribadi akan terus memberikan pelayanan dan pengawasan ketat,” kara dr Anton.

Baca Juga :  Ribuan Warga Lapago Tolak Dialog yang Dimotori Komnas HAM RI

Disampaikan dr Anton yang juga Direktur RSUD Jayapura ini, untuk mendatangkan dokter dari Singapura ke Jayapura dianggap cukup rumit. Sejauh ini sebatas komunikasi via telefon pasca pencekalan gubernur ke luar.

“Pemeriksaan yang kami lakukan di sini (Jayapura-red) akan kami sampaikan ke sana (Singapura-red), walaupun secara pemeriksaan alat penunjang yang sangat terbatas di tanah Papua yang tentunya tidak memberikan pelayanan maksimal kepada seorang Gubernur,” terangnya.

Dr Anton menyebut berdampak besar untuk kesehatan Gubernur Papua jika beliau tidak mendapatkan izin berobat keluar sebagaimana yang dilakukan selama ini. “Dampaknya sangat besar bagi kesehatan Gubernur jika tidak berobat ke luar,” tegasnya.

Dari data yang dimiliki dr Anton, pada tahun 2021 Gubernur Papua pernah melakukan terapi kesehatan di Papua Nugini. Dan pada tahun 2022  melakukan Medical Check Up di Ukraina.

“Yang paling sering itu Beliau (Gubernur-red) ke Singapura untuk berobat,” kata dr Anton

Kata dr Anton, hampir beberapa negara gubernur kunjungi untuk melakukan terapi, check up dan berobat seperti di Ukraina, Singapura, PNG dan bahkan Amerika ketika sedang  mengunjungi anak anak Papua.

“Bapak itu diabetes sejak lama bahkan sebelum beliau jadi gubernur,” pungkasnya. (fia/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya