“Penyakit yang perlu dibenahi di rumah sakit ini adalah orang-orangnya. Tingkat disiplin di manajemen tidak berjalan baik, ketika apel yang diselenggarakan pada pukul 7:45 WIT dan 14:45 WIT, jarang sekali yang hadir,” bebernya.
Sambungnya, padahal ketika manajemen disiplin ikut apel pagi dan sore. Setiap persoalan yang terjadi di rumah sakit bisa direspon dengan cepat dan langsung diambil solusinya saat itu juga.
“Teman-teman juga harus rajin turun ke lapangan untuk melihat kebutuhan yang ada di layanan, sebab teman-teman di layanan ini kan sudah melayani pasien,” katanya.
Selain itu, berhubung anggaran dari pemerintah daerah semakin sedikit. Maka harus memiliki jiwa kewirausahaan, bagaimana bisa mencari uang dan mencari pos-pos pembiayaan yang bekerja sama dengan unsur terkait. Sebagaimana yang sudah ada saat ini adalah portal, menyewakan unit-unit usaha yang ada dan lainnya.
Sementara itu, dr Aaron mengaku jika dirinya sedang berada di Jakarta untuk membahas terkait akreditasi RSUD Jayapura menjadi rumah sakit pendidikan yang menurutnya selama ini belum terakreditasi.
“Kita juga sedang berupaya menjadikan RSUD Jayapura sebagai rumah sakit pengampu untuk pendidikan dokter spesialis kandungan, dokter spesialis bedah, spesialis anastesis, dokter spesialis penyakit dalam dan dokter spesialis anak,” ungkapnya.
“Itu termasuk meminta dukungan alat kesehatan kepada menteri kesehatan berupa CT-Scan dan MRI,” sambungnya. Seiring dengan dirinya diganti dari jabatan direktur, Aaron meminta tenaga kesehatan di RSUD Jayapura tetap semangat bekerja dan mendukung kepemimpinan Gubernur Papua, Matius D Fakhiri untuk menjadikan rumah sakit ini menjadi lebih baik ke depannya. (fia/ade)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos