Ini menyangkut perjalanan dan tantangan pelayanan bedah anak di wilayah Papua dengan keterbatasan sumber daya. Dian memaparkan ada berbagai hambatan yang dihadapi yaitu keterbatasan sumber daya manusia, fasilitas seperti ruang bayi, obat-obat dan peralatan medis yang terbatas.
Juga kondisi geografis Papua yang dapat menyebabkan keterlambatan pasien mendapatkan penanganan awal. Oleh karena itu dr Dian menekankan pentingnya inovasi lokal dan kolaborasi lintas profesi untuk memastikan pelayanan kesehatan Bedah anak tetap berjalan, meskipun fasilitas dan tenaga ahli masih sangat terbatas.
Ia juga membagikan berbagai pendekatan praktis yang telah dilakukan di RSUD Jayapura untuk meningkatkan akses dan keselamatan pasien anak di Papua.
Salah satunya dengan telemedicine dan telekonsultasi, di mana ketika ada dokter spesialis anak, dokter umum mau pun perawat di seluruh pelosok Papua mendapatkan pasien dengan kelainan bawaan anak dapat langsung menghubungi untuk berkonsultasi sehingga tidak terjadi keterlambatan penanganan awal dan juga dapat direncanakan rujukan ke RSUD Jayapura.
Dengan optimis dr Dian menyampaikan bahwa dengan kolaborasi yang baik dan dukungan penuh dari Pemerintah Daerah pelayanan Bedah Anak ini dapat menyentuh dan berdampak baik bagi seluruh anak di Papua termasuk di pedalaman.
Ketua Kolegium Bedah Anak Indonesia Prof. dr. Gunadi, Ph.D, Sp.BA, Subsp.D.A(K) menyampaikan Keikutsertaan dr. Dian mewakili wilayah Papua mencerminkan komitmen Kolegium Bedah Anak dalam mendorong pemerataan kesempatan bagi seluruh dokter bedah anak di Indonesia untuk berperan aktif dalam forum ilmiah nasional maupun internasional.
Ini juga menunjukkan semangat kolaborasi dan pengembangan kapasitas yang inklusif, agar kemajuan ilmu bedah anak dapat dirasakan secara merata di seluruh daerah, termasuk kawasan timur Indonesia.
“Kami berharap partisipasi ini dapat menjadi inspirasi bagi tenaga medis muda di Papua dan Indonesia Timur untuk terus berkarya, memperluas jejaring ilmiah, serta berkontribusi dalam pengembangan ilmu kedokteran bedah anak di tingkat nasional dan global,” ujarnya
Ini menyangkut perjalanan dan tantangan pelayanan bedah anak di wilayah Papua dengan keterbatasan sumber daya. Dian memaparkan ada berbagai hambatan yang dihadapi yaitu keterbatasan sumber daya manusia, fasilitas seperti ruang bayi, obat-obat dan peralatan medis yang terbatas.
Juga kondisi geografis Papua yang dapat menyebabkan keterlambatan pasien mendapatkan penanganan awal. Oleh karena itu dr Dian menekankan pentingnya inovasi lokal dan kolaborasi lintas profesi untuk memastikan pelayanan kesehatan Bedah anak tetap berjalan, meskipun fasilitas dan tenaga ahli masih sangat terbatas.
Ia juga membagikan berbagai pendekatan praktis yang telah dilakukan di RSUD Jayapura untuk meningkatkan akses dan keselamatan pasien anak di Papua.
Salah satunya dengan telemedicine dan telekonsultasi, di mana ketika ada dokter spesialis anak, dokter umum mau pun perawat di seluruh pelosok Papua mendapatkan pasien dengan kelainan bawaan anak dapat langsung menghubungi untuk berkonsultasi sehingga tidak terjadi keterlambatan penanganan awal dan juga dapat direncanakan rujukan ke RSUD Jayapura.
Dengan optimis dr Dian menyampaikan bahwa dengan kolaborasi yang baik dan dukungan penuh dari Pemerintah Daerah pelayanan Bedah Anak ini dapat menyentuh dan berdampak baik bagi seluruh anak di Papua termasuk di pedalaman.
Ketua Kolegium Bedah Anak Indonesia Prof. dr. Gunadi, Ph.D, Sp.BA, Subsp.D.A(K) menyampaikan Keikutsertaan dr. Dian mewakili wilayah Papua mencerminkan komitmen Kolegium Bedah Anak dalam mendorong pemerataan kesempatan bagi seluruh dokter bedah anak di Indonesia untuk berperan aktif dalam forum ilmiah nasional maupun internasional.
Ini juga menunjukkan semangat kolaborasi dan pengembangan kapasitas yang inklusif, agar kemajuan ilmu bedah anak dapat dirasakan secara merata di seluruh daerah, termasuk kawasan timur Indonesia.
“Kami berharap partisipasi ini dapat menjadi inspirasi bagi tenaga medis muda di Papua dan Indonesia Timur untuk terus berkarya, memperluas jejaring ilmiah, serta berkontribusi dalam pengembangan ilmu kedokteran bedah anak di tingkat nasional dan global,” ujarnya