Sunday, January 5, 2025
24.7 C
Jayapura

Akui Pembebasan Pilot Susi Sangat Melelahkan

JAYAPURA – Polda Papua tak menampik bahwa proses pembebasan Pilot Susi Air, Philips Mark Mehrtens  yang disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya dan perang suku di Puncak Jaya menjadi kasus paling menyolok serta menguras energy selama tahun 2024. Ini mengulang nostalgia sulitnya aparat keamanan membebaskan sosok pria bule asal New Zealand tersebut.

Itu diakui Polda Papua dalam refleksi akhir tahun 2024 yang dipimpin langsung oleh Kapolda Papua, Irjen Petrus Patrige Rudolf Renwarin, Selasa (31/12/2024). Kapolda menyebutkan pembebasan Pilot, aksi kekerasan bersenjata dan perang suku merupakan dua kejadian yang cukup melelahkan. 

“Dinamika perkembangan situasi dan kondisi kamtibmas di Papua seperti aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok sipil bersenjata dan perang suku, secara umum dapat dikendalikan dan dikondisikan dengan baik oleh anggota melalui pendekatan yang persuasif dan humanis serta bantuan dari  berbagai elemen masyarakat,” jelas Patrige.

Baca Juga :  Freeport Kembali Raih Rekor MURI

Ia menyebut selama 2024 tercatat sebanyak 37 personel TNI-Polri menjadi korban KKB, baik penembakan maupun penganiayaan hingga menyebabkan korban meninggal dan terluka.

“37 personel itu tercatat 16 anggota TNI gugur dan terluka, sisanya 11 orang anggota Polri, delapan orang diantaranya gugur. Untuk warga sipil tercatat 29 orang meninggal dan 27 orang lainnya luka-luka,” sambung Patrige.

Sementara itu untuk anggota KKB sendiri tercatat 27 orang meninggal dan 12 lainnya terluka. Lebih lanjut Kapolda menyampaikan pendekatan negosiasi menjadi faktor utama keberhasilan Polda Papua dalam mengendalikan dan mengkondisikan situasi kamtibmas di Papua, salah satu contoh pengendalian yaitu kasus perang suku di Puncak Jaya dan di beberapa daerah lainnya.

Baca Juga :  Akhir Cerita Panjang Phillip Mark Mehrtens

Kendati demikian Kapolda mengakui masih banyak hal–hal yang kurang dan belum terselesaikan oleh Polda Papua.

”Tentunya masih terdapat berbagai kekurangan yang harus kami perbaiki pada capaian kinerja Polri di tahun 2025,” tutupnya. (kar/ade)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

JAYAPURA – Polda Papua tak menampik bahwa proses pembebasan Pilot Susi Air, Philips Mark Mehrtens  yang disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya dan perang suku di Puncak Jaya menjadi kasus paling menyolok serta menguras energy selama tahun 2024. Ini mengulang nostalgia sulitnya aparat keamanan membebaskan sosok pria bule asal New Zealand tersebut.

Itu diakui Polda Papua dalam refleksi akhir tahun 2024 yang dipimpin langsung oleh Kapolda Papua, Irjen Petrus Patrige Rudolf Renwarin, Selasa (31/12/2024). Kapolda menyebutkan pembebasan Pilot, aksi kekerasan bersenjata dan perang suku merupakan dua kejadian yang cukup melelahkan. 

“Dinamika perkembangan situasi dan kondisi kamtibmas di Papua seperti aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok sipil bersenjata dan perang suku, secara umum dapat dikendalikan dan dikondisikan dengan baik oleh anggota melalui pendekatan yang persuasif dan humanis serta bantuan dari  berbagai elemen masyarakat,” jelas Patrige.

Baca Juga :  Alberth Rodja: Saya Bukan Orang Asing di Papua

Ia menyebut selama 2024 tercatat sebanyak 37 personel TNI-Polri menjadi korban KKB, baik penembakan maupun penganiayaan hingga menyebabkan korban meninggal dan terluka.

“37 personel itu tercatat 16 anggota TNI gugur dan terluka, sisanya 11 orang anggota Polri, delapan orang diantaranya gugur. Untuk warga sipil tercatat 29 orang meninggal dan 27 orang lainnya luka-luka,” sambung Patrige.

Sementara itu untuk anggota KKB sendiri tercatat 27 orang meninggal dan 12 lainnya terluka. Lebih lanjut Kapolda menyampaikan pendekatan negosiasi menjadi faktor utama keberhasilan Polda Papua dalam mengendalikan dan mengkondisikan situasi kamtibmas di Papua, salah satu contoh pengendalian yaitu kasus perang suku di Puncak Jaya dan di beberapa daerah lainnya.

Baca Juga :  Kerja Cepat dan Tuntas!

Kendati demikian Kapolda mengakui masih banyak hal–hal yang kurang dan belum terselesaikan oleh Polda Papua.

”Tentunya masih terdapat berbagai kekurangan yang harus kami perbaiki pada capaian kinerja Polri di tahun 2025,” tutupnya. (kar/ade)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/